kewenangan, kesempatan, atau sarana haruslah memiliki hubungan dengan jabatan atau kedudukan. Jabatan atau kedudukan menjadikan seseorang
mempunyai kewenangan, kesempatan, dan sarana yang timbul karena jabatan atau kedudukan tersebut. Jika jabatan atau kedudukan tersebut hilang, maka
serta merta juga kewenangan, kesempatan, dan sarana juga hilang karenanya. Dengan demikian, tidaklah mungkin ada penyalahgunaan kewenangan,
kesempatan, atau sarana karena jabatan atau kedudukan yang sudah tidak dimilikinya.
5 Dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara
Unsur ini telah disebutkan secara cukup jelas pada pembahasan tindak pidana korupsi “memperkaya diri” Pasal 2 di bagian depan, maka mengenai unsur ini
tidak dibahas lagi.
5. Subjek Hukum dalam Tindak Pidana Korupsi
Subjek hukum tindak pidana korupsi di Indonesia pada dasarnya adalah orang pribadi sebagaimana seperti yang tercantum dalam hukum pidana umum.
Hal ini tidak mungkin ditiadakan, namun ditetapkan pula suatu badan yang dapat menjadi subjek hukum tindak pidana korupsi sebagaimana dimuat dalam pasal 20
Jo Pasal 1 dan 3 Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999.
83
Subjek hukum tindak pidana korupsi terdiri dari subjek hukum orang dan subjek hukum korporasi.
1. Subjek hukum orang
Subjek hukum tindak pidana tidak terlepas dari sistem pembebanan tanggung jawab pidana yang dianut. Dalam hukum pidana umum KUHP adalah
83
Adami Chazawi, Opcit, halaman 341
Universitas Sumatera Utara
pribadi orang. Pertanggung jawaban bersifat pribadi, artinya orang yang dibebani tanggung jawab pidana dan dipidana hanyalah orang atau pribadi yang melakukan
tindak pidana tersebut. Pertanggung jawaban pribadi tidak dapat dibebankan pada orang yang tidak berbuat atau subjek hukum yang lain vicarious liability.
Hukum pidana di Indonesia yang menganut asas concordantie dari hukum pidana Belanda menganut sistem pertanggungjawaban pribadi.
84
Sangat jelas dari setiap rumusan tindak pidana dalam KUHP dimulai dengan perkataan
“barang siapa” hij die, yang dalam hukum pidana khusus adakalanya menggunakan perkataan “setiap orang” yang dimaksudnya adalah orang pribadi
misalnya Pasal 5 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001. Sistem pertanggungjawaban pribadi sangat sesuai dengan kodrat
manusia, sebab hanya manusia yang berpikir dan berakal serta berperasaan. Dari kemampuan pikir dan akal serta perasaan seseorang menetapkan kehendak untuk
berbuat yang kemudian diwujudkan. Apabila perbuatan itu berupa perbuatan yang bersifat tercela dan bertentangan dengan hukum, maka orang itulah yang
dipersalahkan dan bertanggung jawab atas perbuatannya. Kemampuan pikir dan kemampuan menggunakan akal dalam nenetapkan kehendak untuk berbuat hanya
dimiliki oleh orang dan yang dijadikan dasar untuk menetapkan orang sebagai subjek hukum tindak pidana.
85
Subjek hukum orang dalam UU PTPK ditentukan melalui dua cara antara lain:
86
84
Ibid, halaman 342
85
Ibid, halaman 342-343
86
Ibid, halaman 343-344
Universitas Sumatera Utara
a Cara pertama disebutkan sebagai subjek hukum orang pada umumnya,
artinya tidak ditentukan kualitas pribadinya. Kata permulaan dalam kalimat rumusan tindak pidana yang menggambarkan atau menyebutkan
subjek hukum tindak pidana orang pada umumnya, yang in casu
87
tindak pidana korupsi diseutkan dengan perkataan “setiap orang” misalnya Pasal
2, 3, 21, 22, tetapi juga subjek hukum tindak pidana juga diletakkan di tengan rumusan misalnya Pasal 5, 6.
b Sedangkan cara kedua menyebutkan kualitas pribadi dari subjek hukum
orang tersebut, yang in casu ada banyak kualitas pembuatnya antara lain 1 pegawai negeri; Penyelenggara Negara misalnya Pasal 8, 9, 10, 11, 12
huruf a, b, e, f, g, h, i; 2 pemborong ahli bangunan Pasal 7 ayat 1 huruf a; 3 hakim Pasal 12 huruf c; 4 advokat pasal 12 huruf d; 5 saksi
pasal 24, bahkan 6 tersangka bisa juga menjadi subje hukum Pasal 22 Jo 28.
2. Subjek hukum korporasi
Peraturan perundang-undangan di Indonesia mulai mengenal korporasi sebagai subjek tindak pidana yaitu dalam Undang-Undang Drt No. 7 Tahun 1951
tentang penimbunan barang-barang secara luas dikelan dengan Undang-Undang Drt. No. 7 Tahun 1955 Tentang Tindak Pidana Ekonomi.
88
Secara etimologis, kata korporasi berasal dari kata “corporatio” dalam bahasa latin yang berasal dari
kata kerja “corporare” yang banyak dipakai orang pada abad pertengahan sesudah
87
Arti kata dari in casu se diri adalah dalam hal ini, dalam perkara ini http:www.arti-definisi.comin20casu halaman 1
88
Mahmud Mulyadi Feri Antoni Surbakti, Politik Hukum Pidana Terhadap Kejahatan Korporasi, PT. Softmedia, Jakarta, 2010, halaman 5
Universitas Sumatera Utara
itu. “corporare” sendiri berasal dari kata corpus yang berarti memberikan badan atau membadankan. Dengan demikian, corporatio adalah hasil pekerjaan yang
membadankan, atau dengan kata lain badan yang dijadikan orang, badan yg diperoleh dengan perbuatan manusia yang terjadi menurut alam.
89
Menurut terminologi Hukum Pidana, bahwa korporasi adalah suatu badan atau usaha yang mempunyai identitas sendiri, kekayaan sendiri terpisah dari
kekayaan anggota.
90
Sutan Remy Sjahdeni mengemukakan bahwa korporasi dilihat dari bentuknya dapat diberi arti luas dan sempit. Dalam arti sempit
korporasi adalah badan hukum, sedangkan dalam arti luas korporasi adalah dapat berbentuk badan hukum atau bukan badan hukum. Satjipto Rahardjo menyatakan
korporasi adalah suatu badan hasil ciptaan hukum, yang diciptakannya itu terdiri dari corpus yaitu struktur fisiknya dan kedalamnya hukum memasukkan unsur
animus yang membuat badan itu mempunyai kepribadian. Oleh karena badan hukum itu merupakan ciptaan hukum maka kecuali penciptaanya, kematiannya
pun juga ditentukan oleh hukum.
91
Ronal A. Anderson, et.al., mengemukakan bahwa korupsi dapat digolongkan dengan didasarkan kepada hubungannya dengan public, sumber
kekuasaan, dan sifat aktivitas dari korporasi itu sendiri. Penggolongan tersebut adalah sebagai berikut:
92
89
Ibid, halaman 11
90
Ibid, halaman 12
91
Ibid, halaman 12
92
Ibid, halaman 13
Universitas Sumatera Utara
1. Korporasi Publik, adalah sebuah korporasi yang didirikan oleh pemerintah
yang mempunyai tujuan untuk memenuhi tugas administrasi di bidang urusan publik, contohnya Pemerintahan Kabupaten dan Kota;
2. Korporasi Privat, yaitu korporasi yang didirikan untuk kepentingan pribadi
yang dapat bergerak di bidang industry dan perdagangan, contohnya PT. Garuda, Tbk;
3. Korporasi Publik quasi, atau yang lebih dikenal dengan korporasi yang
melayani kepentingan umum public service, contohnya PT. Kereta Api Indonesia, Perusahaan Air Minum, dan PLN.
Sehubungan dengan konsep pengaturan korporasi sebagai subjek Hukum Pidana, dapat dikemukakan bahwa didalam ketentuan umum KUHP yang
digunakan sampai saat ini masih menganut bahwa delik hanya dapat dilakukan oleh manusia naturalijk person,
93
hal ini dapat dilihat dalam Pasal 59 KUHP yang isinya:
Dalam hal menentukan hukuman karena pelanggaran terhadap pengurus, anggota salah satu pengurus atau komisaris maka hukuman tidak dijatuhkan
atas pengurus atau komisaris jika nyata bahwa pelanggaran itu telah terjadi di luar tanggungannya.
94
Hukum pidana khusus hukum pidana diluar KUHP yang sifatnya melengkapi hukum pidana umum pada dasarnya sudah tidak lagi berpegang teguh
pada prinsip pertanggungjawaban pidana secara pribadi yang dianut dan dipertahankan sejak terbentuknya WvS Belanda 1881.
93
Ibid, halaman 16
94
R. Soesilo, Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, Politeia, Bogor, 1993, halaman 77
Universitas Sumatera Utara
Beberapa peraturan perundang-undangan Indonesia tampaknya telah menganut sistem pertanggungjawaban strict liability pembebanan tanggungjawab
pidana tanpa melihat kesalahan dan vicarious liability pembebanan tanggungjawab pidana pada selain si pembuat dengan menarik badan atau
korporasi ke dalam pertanggungjawaban pidana.
95
Tindak pidana korupsi yang dilakukan oleh suatu korporasi dalam UU PTPK dirumuskan dalam Pasal 20 yang
menyatakan sebagai berikut: 1.
Dalam hal tindak pidana korupsi oleh atau nama suatu korporasi, maka tuntutan dan penjatuhan pidana dapat dilakukan terhadap korporasi dan atau
pengurusnya; 2.
Tindak pidana korupsi dilakukan oleh korporasi apabila tindak pidana tersebut dilakukan oleh orang-orang baik berdasarkan hubungan kerja maupun
berdasarkan hubungan lain, bertindak dalam lingkungan korporasi tersebut baik sendiri maupun bersama-sama;
3. Dalam hal tuntutan pidana dilakukan terhadap suatu korporasi tersebut diwakili
oleh pengurus; 4.
Pengurus yang mewakili korporasi sebagaimana dimaksud dalam ayat 3 dapat diwakili oleh orang lain;
5. Hakim dapat memerintahkan supaya pengurus korporasi menghadap sendiri di
pengadilan dan dapat pula memerintahkan supaya pengurus tersebut dibawa ke sidang pengadilan;
95
Adami Chazawi, Opcit. Halaman 344-345
Universitas Sumatera Utara
6. Dalam hal tuntutan pidana dilakukan terhadap korporasi, maka panggilan unutk
menghadap dan penyerahan surat tersebut disampaikan kepada pengurus di tempat tinggal pengurus atau di tempat penguru berkantor;
7. Pidana pokok yang dapat dijatuhkan terhadap korporasi hanya pidana denda,
dengan ketentuan maksimum pidana ditambah 13 satu per-tiga. Ketentuan yang ada didalam Pasal 20 ini terdapat tiga hal yang benar-
benar harus dpahami dalam menetapkan subjek hukum korporasi yang telah melakukan tindak pidana korupsi, yakni:
1 Indicator kapan telah terjadi tindak pidana korupsi oleh korporasi;
2 Hukum acaranya, dan;
3 Mengenai pembebanan tanggungjawab pidananya.
Pertama, tentang indikator mengenai kapan telah terjadinya tindak pidana korupsi oleh korporasi ialah apabila korupsi tersebut dilakukan oleh orang-orang
baik yang berdasarkan hubungan kerja maupun berdasarkan hubungan lain bertindak dalam lingkungan korporasi tersebut baik sendiri-sendiri maupun
bersama ayat 2.
96
Kedua, mengenai bagaimana penanganannya hukum acaranya, walaupun sangat sumir
97
, tetapi setidaknya telah memberikan sedikit keterangan yakni dalam hal tejadinya tindak pidana korupsi oleh korporasi, maka tuntutan
penjatuhan pidananya dilakukan terhadap korporasinya dan atau pengurusnya ayat1. Namun, apabila tuntutan dilakukan terhadap korporasi, maka korporasi
96
Ibid, halaman 346-347
97
Arti kata Su ir i i adalah singkat tt sidang pengadilan spt ketika menyidangkan pelanggaran lalu lintas; pendek; ringkas: ikhtisar yg
– http:www.artikata.comarti-352399-
sumir.html halaman 1
Universitas Sumatera Utara
diwakilkan oleh pengurusnya ayat 3 atau diwakilkan pada orang lain ayat 4. Begitu juga di dalam hal persidangan. Sehingga, memang penguruslah yang ada
pada kenyataannya sebagai subjek hukum yang dapat dipanggil, dapat menghadap, dan dapat member keterangan.
98
Korporasi hanya dapat dituntut secara pidana dan dijatuhi pidana denda saja. Siapa yang dimaksud dengan pengurus korporasi oleh penjelasan mengenai
Pasal 20 ayat 2 terdapat keterangan bahwa, yang dimaksud dengan pengurus adalah organ korporasi yang menjalankan kepengurusan korporasi yang
bersangkutan sesuai dengan anggaran dasar, termasuk mereka yang dalam kenyataannya memiliki kewenangan dan ikut memutuskan kebijakan korporasi
yang dapat dikualifikasikan sebagai tindak pidana korupsi.
99
Ketiga, tentang bagaimana pembenan tanggungjawab pidananya jika tindak pidana korupsi ini dilakukan oleh korporasi ditentukan pada ayat 7 yang
menyatakan bahwa pembebanan tanggungjawab terhadap korporasi hanya dapat dijatuhi pidana pokok denda yang dapat diperberat dengan ditambah sepertiga dari
ancaman maksimum denda pada tindak pidana korupsi yang dilakukan oleh korporasi tersebut. Pada kenyataannya, tidak mungkin dipidana yang intinya
hilang kemerdekaan sanksi dalam hukum pidana, melainkan hanyalah pidana denda.
100
98
Ibid, halaman 347
99
Ibid.
100
Ibid, halaman 348
Universitas Sumatera Utara
Korporasi sebagai
subjek tindak
pidana dan
dibebani pertanggungjawaban pidana memiliki 3tiga sistem pertanggungjawaban,
yaitu:
101
1. Pengurus korporasi sebagai pembuat, dan yang bertanggung jawab;
2. Korporasi sebagai pembuat, dan pengurus yang bertanggung jawab;
3. Korporasi sebagai pembuat dan yang bertanggung jawab.
Korporasi yang dapat menjadi subjek hukum tindak pidana korupsi diterangkan didalam Pasal 1 UU PTPK yang menyatakan bahwa “korporasi
adalah kumpulan orang dan atau kekayaan yang terorganisasi baik merupakan badan hukum mauoun bukan badan hukum”. Berdasarkan pengertian korporasi
yang menjadi subjek hukum tindak pidana korupsi sejauh ini jauh lebih luas dari pada pengertian recht person yang umumnya diartikan sebagai badan hukum atau
suatu korporasi yang oleh peraturan perundang-undangan ditetapkan sebagai badan hukum yang didirikan dengan cara memenuhi syarat-syarat yang ditentukan
oleh hukum.
102
B. Alat Bukti dalam Tindak Pidana Korupsi