Standar Mutu Pendidikan Mutu Pendidikan

8. Kualitas yang dipersepsikan perceived quality, yaitu karakteristik yang berkaitan dengan reputasi brand name, image. 29 Adapun indikator atau kriteria yang dapat dijadikan tolok ukur mutu pendidikan yaitu hasil akhir pendidikan, hasil langsung pendidikan hasil langsung inilah yang dipakai sebagai titik tolok pengukuran mutu pendidikan suatu lembaga pendidikan, misal: tes tertulis daftar cek, anekdot, skala rating, dan skala sikap, proses pendidikan, instrument input alat berinteraksi dengan raw input, yakni siswa, serta raw input dan lingkungan. Dalam konteks pendidikan, pengertian mutu berpedoman pada konteks hasil pendidikan yang mengacu pada prestasi yang dicapai oleh sekolah pada setiap kurun waktu tertentu missal: setiap semester, setahun, 5 tahun dan sebagainya. Prestasi yang dicapai dapat berupa hasil tes kemampuan akademis misal: ulangan umum, UN dan lain-lain atau prestasi dibidang lain misal: dalam cabang olahraga dan seni. Bahkan prestasi sekolah dapat berupa kondisi yang tidak dapat dipegang Intangible, seperti suasana disiplin, keakraban, saling menghormati dan sebagainya.

C. Kerangka Berfikir

Mutu Pendidikan secara umum merupakan suatu gambaran dan karakteristik menyeluruh dari barang atau jasa yang menunjukkan kemampuannya dalam memuaskan kebutuhan yang diharapkan. Dalam konteks pendidikan pengertian mutu mencakup input, proses, dan output pendidikan. Proses dikatakan bermutu tinggi apabila pengelolaan input pendidikan dilakukan secara harmonis, seperti guru yang mampu menciptakan situasi pembelajaran yang menyenangkan enjoyable learning, mampu mendorong motivasi dan minat belajar, dan benar-benar mampu memberdayakan peserta didik. 29 Umiarso dan Imam Gojali, Manajemen Mutu Sekolah di Era Otonomi Pendidikan, Jogjakarta; IRCiSoD, 2010, cet-I, h.130-132 Komite Sekolah dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2000 tentang Program Pembangunan Nasional Propenas. Komite Sekolah dibentuk di setiap satuan pendidikan atau kelompok satuan pendidikan. Keberadaan Komite Sekolah kini telah diperkuat dari aspek legal karena telah dicantumkan dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tantang Sistem Pendidikan Nasional, yaitu pada Pasal 56. Komite Sekolah dibentuk agar ada suatu organisasi masyarakat sekolah yang mempunyai komitmen dan loyalitas serta peduli terhadap peningkatan kualitas sekolah. Komite Sekolah yang dibentuk dapat dikembangkan secara khas dan berakar dari budaya, demografis, ekologis, nilai kesepakatan. Oleh karena itu, Komite Sekolah yang dibangun harus merupakan pengembang kekayaan filosifis masyarakat secara kolektif. Artinya, Komite Sekolah mengembangkan konsep yang berorientasi kepada pengguna client model, berbagi kewenangan power sharing and advocacy model, dan kemitraan partnership model yang difokuskan pada peningkatan mutu pendidikan. Komite sekolah tidak mempunyai hubungan yang hierarkis dengan satuan pendidikan maupun lembaga pemerintah lainnya. Komite sekolah merupakan badan yang pada dasarnya memiliki tujuan, tugas pokok, peran dan fungsi yang dibentuk pada satuan pendidikan khususnya sekolah. Peran komite sekolah yang dijabarkan dalam fungsi komite sekolah adalah sebagai pemberi pertimbangan advisory, pendukung supporting, pengontrol controlling, dan mediator. Pemberi pertimbangan ialah memberikan masukan, pertimbangan dan rekomendasi kepada satuan pendidikan mengenai 1 kebijakan dan program pendidikan, 2 RAPBS, 3 kriteria kinerja satuan pendidikan 4 kriteria tenaga kependidikan, 5 kriteria fasilitas pendidikan, dan 6 hal-hal lain yang terkait dengan pendidikan. Sebagai pendukung yang dijabarkan dalam fungsi komite sekolah adalah mendorong orang tua dan masyarakat untuk berpartisipasi dalam pendidikan, menggalang dana masyarakat dalam rangka pembiayaan penyelenggaraan pendidikan, mendorong tumbuhnya perhatian dan komitmen masyarakat terhadap penyelengaraan pendidikan yang bermutu. Sebagai pengontrol yang dimaksud ialah melakukan evaluasi dan pengawasan terhadap kebijakan, program, penyelengaraan, dan keluaran pendidikan. Sebagai mediator ialah melakukan kerjasama dengan masyarakat, menampung dan menganalisis aspirasi, ide,tuntutan, dan berbagai kebutuhan pendidikan yang diajukan oleh masyarakat. 30 Terbentuknya komite sekolah diharapkan agar ada organisasi masyarakat sekolah yang memiliki komitmen dan loyalitas tinggi serta peduli terhadap peningkatan kualitas pendidikan. Dengan demikian, apabila komite sekolah mengerti dan paham akan apa yang harus dilakukan dengan komitmen dan loyalitas yang tinggi, maka kualitas atau mutu pendidikan pun akan menjadi baik, dan akan terlihat peran komite sekolah dalam meningkatkan mutu sekolah. 30 Departemen Pendidikan Nasional, Acuan Operasional Kegiatan dan Indikator Komite Sekolah, Jakarta, 2003 h.19 29

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui Peran Komite sekolah di SMP Negeri 244 Jakarta dalam meningkatkan mutu pendidikan.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat penelitian ini adalah di SMP Negeri 244 Jakarta. Adapun penelitian ini dilaksanakan mulai Februari hingga April 2011.

C. Sumber Data

Yang dimaksud dengan sumber data dalam penelitian ini adalah subjek dari mana data dapat diperoleh. Adapun sumber data dalam penelitian ini adalah Kepala Sekolah, guru dan anggota komite sekolah dengan jumlah anggota 17 orang.

D. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif, yaitu penelitian yang menggambarkan keadaan yang sebenarnya dari fenomena objek yang diteliti.