Kerangka Teori dan Konsep

11 Namun penelitian tersebut di atas tidak membahas substansi permasalahan yang sama dengan permasalahan yang hendak dibahas dalam tesis ini, sehingga dapat dikatakan bahwa tesis ini adalah asli dari hasil tulisan penulis. Tesis ini disusun melalui referensi buku-buku dan informasi dari media cetak maupun media elektronik. Dengan demikian keaslian penulisan tesis ini dapat dipertanggungjawabkan, terutama secara ilmiah atau secara akademik.

F. Kerangka Teori dan Konsep

1. Kerangka Teori

Teori adalah suatu kerangka pemikiran atau butir-butir pendapat, teori, tesis mengenai sesuatu kasus atau permasalahan yang dijadikan bahan perbandingan, pegangan teoritis, yang mungkin disetujui ataupun tidak disetujui yang dijadikan masukan dalam membuat kerangka berpikir dalam penulisan. 12 Teori dalam penelitian ini berfungsi untuk mensistematiskan penemuan- penemuan penelitian, membuat ramalan atau prediksi atas dasar penemuan dan menyajikan penjelasan yang dalam hal ini untuk menjawab pertanyaan. Artinya teori merupakan suatu penjelasan rasional yang berkesesuaian dengan objek yang dijelaskan dan harus didukung oleh fakta empiris untuk dapat dinyatakan benar. 13 Teori yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah teori tujuan hukum. Menurut Gustav Radbruch, ada tiga tujuan hukum, yaitu kemanfaatan, kepastian, dan keadilan. Dalam melaksanakan ketiga tujuan hukum ini harus menggunakan azas 12 M.Solly Lubis, Filsafat Ilmu dan Penelitian, Mandar Madju, Bandung, 1994, hal. 80. 13 Ibid., hal. 17. Universitas Sumatera Utara 12 prioritas. 14 Keadilan bisa saja lebih diutamakan dan mengorbankan kemanfaatan bagi masyarakat luas. Gustav Radbruch mengajarkan adanya skala prioritas yang harus dijalankan, dimana prioritas pertama selalu keadilan, kemudian kemanfaatan, dan terakhir barulah kepastian hukum. Hukum menjalankan fungsinya sebagai sarana konservasi kepentingan manusia dalam masyarakat. Tujuan hukum mempunyai sasaran yang hendak dicapai yang membagi hak dan kewajiban antara setiap individu di dalam masyarakat. Hukum juga memberikan wewenang dan mengatur cara memecahkan masalah hukum serta memelihara kepastian hukum. 15 Menurut Rusli Effendy, tujuan hukum dapat dikaji melalui tiga sudut pandang, yaitu dari sudut pandang ilmu hukum normatif, tujuan hukum dititikberatkan pada segi kepastian hukum, dari sudut pandang filsafat hukum, maka tujuan hukum dititikberatkan pada segi keadilan, dan dari sudut pandang sosiologi hukum, maka tujuan hukum dititikberatkan pada segi kemanfaatan. Adapun tujuan hukum pada umumnya atau tujuan hukum secara universal, dapat dilihat dari tiga aliran konvensional : 16 1. Aliran Etis Tujuan hukum adalah semata-mata untuk mencapai keadilan yang ditentukan oleh keyakinan yang etis tentang adil dan yang tidak adil. Hukum bertujuan untuk merealisir atau mewujudkan keadilan. 14 Sonny Pungus, “Teori Tujuan Hukum”, diperoleh dari http:sonny- tobelo.blogspot.com201010teori-tujuan-hukum-gustav-radbruch-dan.html, diakses tanggal 16 Juli 2013. 15 Randy Ferdiansyah, “Tujuan Hukum Menurut Gustav Radbruch”, diperoleh dari http:hukum- indo.blogspot.com201111artikel-politik-hukum-tujuan-hukum.html, diakses tanggal 16 Juli 2013. 16 Ibid. Universitas Sumatera Utara 13 2. Aliran Utilitis Tujuan hukum adalah semata-mata untuk menciptakan kemanfaatan atau kebahagiaan yang sebesar-besarnya bagi manusia dan warga masyarakat dalam jumlah yang sebanyak-banyaknya ajaran moral praktis. 3. Aliran Yuridis Dogmatik Tujuan hukum adalah semata-mata untuk menciptakan kepastian hukum, karena dengan adanya kepastian hukum, fungsi hukum dapat berjalan dan mampu mempertahankan ketertiban. Kepastian hukum adalah syarat mutlak setiap aturan, persoalan keadilan dan kemanfaatan hukum bukan alasan pokok dari tujuan hukum tetapi yang penting adalah kepastian hukum. Dikaitkan dengan fungsinya sebagai perlindungan kepentingan manusia, hukum mempunyai tujuan dan sasaran yang hendak dicapai. Adapun tujuan pokok hukum adalah menciptakan tatanan masyarakat yang tertib, menciptakan ketertiban, dan keseimbangan. Dengan tercapainya ketertiban dalam masyarakat diharapkan kepentingan manusia akan terlindungi. Dalam mencapai tujuannya itu hukum bertugas untuk membagi hak dan kewajiban antar perorangan di dalam masyarakat, membagi wewenang, dan mengatur cara memecahkan masalah hukum serta memelihara kepastian hukum. 17 Menurut Soedjono Dirdjosisworo, dalam pergaulan hidup manusia, kepentingan-kepentingan manusia bisa senantiasa bertentangan satu dengan yang lain, maka tujuan hukum adalah untuk melindungi kepentingan-kepentingan itu. 18 17 Sudikno Mertokusumo, Mengenal Hukum Suatu Pengantar, Liberty, Yogyakarta 2003, hal. 77. 18 Soedjono Dirjosisworo, Pengantar Ilmu Hukum, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1983, hal. 11. Universitas Sumatera Utara 14 Sedangkan Muchsin menyatakan sebenarnya hukum bukanlah sebagai tujuan tetapi dia hanyalah sebagai alat, yang mempunyai tujuan adalah manusia, maka yang dimaksud dengan tujuan hukum adalah manusia dengan hukum sebagai alat untuk mencapai tujuan itu. Van Apeldoorn mengatakan bahwa tujuan hukum ialah mengatur pergaulan hidup secara damai. Maksudnya hukum menghendaki perdamaian, yang semuanya bermuara kepada suasana damai. Rudolf Von Jhering mengatakan bahwa tujuan hukum ialah untuk memelihara keseimbangan antara berbagai kepentingan. Aristoteles mengatakan tujuan hukum itu ialah untuk memberikan kebahagiaan yang sebesar-besarnya bagi anggota masyarakat sebanyak- banyaknya, sedangkan Roscoe Pound mengatakan tujuan hukum ialah sebagai alat untuk membangun masyarakat law is tool of social engineering. 19 Teori yang berkenaan dengan teori tujuan hukum dalam penelitian ini berkaitan dengan kepastian hukum. Kepastian hukum berarti bahwa dengan adanya hukum setiap orang mengetahui yang mana dan seberapa haknya dan kewajibannya. Selain itu termasuk juga teori kemanfaatan hukum, yaitu terciptanya ketertiban dan ketentraman dalam kehidupan masyarakat, karena adanya hukum yang tertib rechtsorde. Kepastian hukum mengandung dua pengertian yaitu pertama adanya aturan yang bersifat umum membuat individu mengetahui perbuatan apa yang boleh atau tidak boleh dilakukan, dan kedua berupa keamanan hukum bagi individu dari kesewenangan pemerintah karena dengan adanya aturan hukum yang bersifat umum itu individu dapat mengetahui apa saja yang boleh dibebankan atau dilakukan oleh 19 Muchsin, Ikhtisar Ilmu Hukum, Badan Penerbit Iblam, Jakarta, 2006, hal. 11. Universitas Sumatera Utara 15 negara terhadap individu. Kepastian hukum bukan hanya berupa pasal-pasal dalam undang-undang melainkan juga adanya konsistensi dalam putusan hakim antara putusan hakim yang satu dengan putusan hakim lainnya untuk kasus yang serupa yang telah diputuskan. 20 Menurut Satjipto Raharjo teori kemanfaatan kegunaan hukum bisa dilihat sebagai perlengkapan masyarakat untuk menciptakan ketertiban dan keteraturan. Oleh karena itu ia bekerja dengan memberikan petunjuk tentang tingkah laku dan berupa norma aturan-aturan hukum. Pada dasarnya peraturan hukum yang mendatangkan kemanfaatan atau kegunaan hukum ialah untuk terciptanya ketertiban dan ketentraman dalam kehidupan masyarakat, karena adanya hukum tertib rechtsorde. 21 Selanjutnya teori keadilan yang dipelopori oleh Aristoteles menyatakan bahwa setiap orangpihak wajib memperoleh hak dan kewajibannya secara seimbang proporsional dalam suatu kesepakatan perjanjian. Dalam konstruksi filosofis mahluk moral yang rasional inilah, Aristoteles menyusun teorinya tentang hukum. Karena hukum menjadi pengarah manusia pada nilai-nilai moral yang rasional, maka ia harus adil. Keadilan hukum identik dengan keadilan umum, yang ditandai dengan hubungan yang baik antara satu sama lain, tidak mengutamakan kepentingan pribadi tapi juga tidak mengutamakan kepentingan pihak lain, serta ada kesamaan. Di sini tampak kembali apa yang menjadi dasar teori 20 Peter Mahmud Marzuki, Pengantar Ilmu Hukum, Kencana Pranada Media Group, Jakarta, 2008, hal. 158. 21 Satjipto Rahardjo, Ilmu Hukum, Alumni, Bandung, 1991, hal. 13. Universitas Sumatera Utara 16 Aristoteles, yakni perasaan ‘sosial-etis’. Tidak mengherankan jika formulasinya tentang keadilan bertumpu pada tiga sari hukum alam yang dianggapnya sebagai prinsip keadilan utama, yaitu: Honeste vivere, alterum non laedere, suum quique tribuere hidup secara terhormat, tidak mengganggu orang lain, dan memberi kepada tiap orang bagiannya. 22 Menurut Aristoteles, berdasarkan kepada teori keadilan terdapat lima jenis perbuatan yang dapat digolongkan adil, yaitu : 23 a. Keadilan kumulatif adalah perlakuan terhadap seseorang dengan tidak melihat jasa-jasa yang dilakukannya. b. Keadilan distributif adalah perlakuan terhadap seseorang sesuai dengan jasa-jasa yang telah dilakukannya. c. Keadilan kodrat alam adalah memberi sesuatu sesuai dengan yang diberikan orang lain kepada kita. d. Keadilan konvensional adalah keadilan apabila seorang warga negara telah menaati segala peraturan perundang-undangan yang telah diwajibkan. e. Keadilan menurut teori perbaikan. Perbuatan adil menurut teori perbaikan apabila seseorang telah berusaha memulihkan nama baik orang lain yang telah tercemar. 22 Dirtamam, “Teori-teori Hukum”, diperoleh dari http:munzdirtamam.blogspot.com201105teori-teori-hukum.html, diakses tanggal 2 Juli 2013. 23 Joshua Lampasa, “Makna Keadilan”, diperoleh dari http:id.shvoong.comsocial- sciences2193610-makna-keadilan, diakses tanggal 5 Juli 2013. Universitas Sumatera Utara 17 Kerangka teori adalah kerangka pemikiran atau butir-butir pendapat teori, mengenai suatu permasalahan yang dapat dijadikan sebagai bahan pegangan teoritis bagi peneliti atau penulis. Teori adalah serangkaian preposisi atau keterangan yang saling berhubugan dalam sistem deduksi yang mengemukakan suatu penjelasan atau gejala. 24 “Perkembangan ilmu hukum, selain bergantung pada metodologi, aktifitas penelitian dan imajinasi sosial sangat ditentukan oleh teori”. 25 Teori berfungsi untuk menerangkan atau menjelaskan mengapa gejala spesifik atau proses tertentu terjadi dan suatu teori harus diuji dengan menghadapkannya pada fakta-fakta yang dapat menunjukkan ketidakbenaran. 26 Menurut M. Solly Lubis bahwa : Teori yang dimaksud disini adalah penjelasan mengenai gejala yang terdapat dalam dunia fisik tersebut tetap merupakan suatu abstraksi intelektual dimana pendekatan secara rasional digabungkan dengan pengalaman empiris. Artinya teori ilmu hukum merupakan suatu penjelasan rasional yang bersesuaian dengan objek yang dijelaskannya. Suatu penjelasan walau bagaimanapun menyakinkan, tetapi harus didukung oleh fakta empiris untuk dapat dinyatakan benar. 27 Suatu kerangka teori bertujuan menyajikan cara-cara untuk bagaimana mengorganisasikan dan menginterpretasi hasil-hasil penelitian dan menghubungkannya dengan hasil-hasil penelitian yang terdahulu. 28 24 Purnama Sianturi, Perlindungan Hukum Terhadap Pembeli Barang Jaminan Tidak Bergerak Melalui Lelang, Mandar Maju, Bandung, 2008, hal. 10. 25 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, UI Press, Jakarta, 1986, hal.6. 26 J.J.J.M. Wuisman. Penelitian Ilmu-Ilmu Sosial, Asas-Asas, Universitas Indonesia, Jakarta, 1996, hal.203. 27 M. Solly Lubis, op.cit., hal.27. 28 Burhan Ashofa, Metode Penelitian Hukum,Rineka Cipta, Jakarta, 1996, hal.19. Universitas Sumatera Utara 18 Kontrak yang berasal dari bahasa Inggris “contract”, adalah : Agreement between two or more persons which treaties an obligation to do or not to do a particular thing. It’s essentials are competent, subject matters, a legal concideration, mutuality of agreement, and mutuality of obligation the writing which contains the agreement of parties, with the terms and conditions, and which serves as a proof the obligations. 29 Jadi, kontrak adalah suatu perjanjian tertulis di antara dua atau lebih orang pihak yang menciptakan hak dan kewajiban untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu hal khusus. Suatu kontrak dari definisi di atas “memiliki unsur- unsur, yaitu pihak-pihak yang kompeten, pokok yang disetujui, pertimbangan hukum, perjanjian timbal balik, serta hak dan kewajiban timbal balik. 30 Pembuat Kitab Undang-undang Hukum Perdata menyamakan istilah “kontrak dengan perjanjian, dan bahkan juga dengan persetujuan. 31 Pengertian perjanjian sewa-menyewa secara umum dapat ditemui pada pasal 1548 Kitab Undang-undang Hukum Perdata yang mengatakan bahwa : “Sewa- menyewa ialah suatu persetujuan, dengan mana pihak yang satu mengikatkan dirinya untuk memberikan kepada pihak yang lainnya kenikmatan dari suatu barang, selama suatu waktu tertentu dan dengan pembayaran suatu harga, yang oleh pihak tersebut belakangan itu disanggupi pembayarannya”. Kita perhatikan lagi, yang dapat menjadi objek sewa-menyewa yaitu barang, dan dalam pasal 1548 ayat 2 Kitab Undang- 29 J. Satrio, Hukum Perjanjian, Citra Aditya Bakti, Bandung, 1992, hal.33. 30 Ibid. 31 Ibid., hal.19. Universitas Sumatera Utara 19 undang Hukum Perdata ditegaskan bahwa “semua jenis barang baik yang tak bergerak, baik bergerak dapat disewakan. Unsur yang ada dalam Pasal 1548 Kitab Undang-undang Hukum Perdata di atas yaitu persetujuan, pihak-pihak, barang dan pembayaran. Persetujuan terjadi bila ada kata sepakat. Pihak-pihak adalah pemilik barang yang disewakan dan penyewa. Barang yang dimaksud barang secara umum baik benda bergerak maupun benda tetap. Harga ialah nilai yang ada materi ekonomis yang disepakati pihak-pihak dan pembayaran adalah merupakan atau jenis maupun bentuk pembayaran. Jadi, adanya kemauan untuk saling mengikatkan diri dalam suatu kontrak, membangkitkan kepercayaan bahwa kontrak itu dipenuhi. Namun, harus diingat bahwa asas kepercayaan ini merupakan “nilai etis yang bersumber pada moral”. Manusia terhormat akan memelihara janjinya. Para pihak di dalam suatu kontrak saling percaya bahwa di belakang hari masing-masing akan memenuhi perikatan tersebut. Asas ini memberikan arah terhadap pihak sehingga mereka itu mengikatkan dirinya. Teori tujuan hukum penting dalam pelaksanaan perjanjian sewa-menyewa rooftop antara perusahaan telekomunikasi dengan pemilik bangunan. Perjanjian sewa- menyewa tersebut merupakan suatu perbuatan hukum yang dibuat oleh para pihak sehingga klausula dalam perjanjian harus didasarkan pada prinsip keadilan, kemanfaatan, dan kepastian hukum agar kedua belah pihak kedudukannya seimbang dan proposional. Universitas Sumatera Utara 20 Selain itu azas ini penting untuk memberikan perlindungan hukum kepada pemilik bangunan danatau pihak ketiga khususnya jika terjadi wanprestasi oleh perusahaan telekomunikasi terkait perjanjian penggunaan rooftop tersebut. Sehingga adalah adil, apabila hukum menjamin hak-hak dari pemilik bangunan yang telah menyewakan lahan bangunannya kepada perusahaan telekomunikasi. Para pihak dalam perjanjian juga menghendaki adanya jaminan kepastian hukum atas perikatan yang dilakukan tersebut. Tanpa perlindungan yang memadai maka yang terjadi adalah, salah satu pihak bisa saja ingkar dari kewajibannya, tanpa perlu takut bahwa tindakannya dapat terjerat oleh hukum.

2. Kerangka Konsep

Dalam bahasa Latin, kata conceptio di dalam bahasa Belanda : begrip atau pengertian merupakan hal yang dimengerti. Pengertian bukanlah merupakan “definisi” yang di dalam bahasa Latinnya adalah definitio. Definisi tersebut berarti perumusan di dalam bahasa Belanda : omschrijving yang pada hakikatnya merupakan suatu bentuk ungkapan pengertian di samping aneka bentuk lain yang dikenal dalam epistemologi atau teori ilmu pengetahuan. 32 Dalam penelitian hukum sebagai suatu penelitian kualitatif yang sering kali lebih bersifat normatif atau doktrinal, adanya kerangka konsepsional dan landasan atau kerangka teoretis menjadi syarat yang sangat penting agar penelitian ini menjadi tidak bias. Dalam kerangka konsepsional ini harus diungkapkan beberapa konsepsi 32 Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif: Suatu Tinjauan Singkat, Rajawali Pers, Jakarta, 1995, hal. 6. Universitas Sumatera Utara 21 atau pengertian yang akan digunakan sebagai dasar penelitian hukum, dan di dalam landasan atau kerangka teoretis duraikan segala sesuatu yang terdapat dalam teori sebagai sistem aneka “theore’ma” atau ajaran di dalam bahasa Belanda : “leerstelling”. 33 Konsep adalah salah satu bagian terpenting dari teori. Konsepsi diterjemahkan sebagai usaha membawa sesuatu dari abstrak menjadi suatu yang konkrit, yang disebut dengan operational definition. 34 Peranan konsep dalam penelitian adalah untuk menghubungkan dunia teori dan penelitian, antara abstraksi dan realita. 35 Konsep atau pengertian merupakan unsur pokok dari suatu penelitian. Jika masalah dan kerangka konsep teoretisnya sudah jelas, biasanya sudah diketahui pula fakta mengenai gejala-gejala yang menjadi pokok perhatian. “Konsep sebenarnya adalah definisi secara singkat dari kelompok fakta atau gejala. Maka konsep merupakan definisi dari apa yang perlu diamati, menemukan antara variabel-variabel yang lain, menentukan adanya hubungan empiris”. 36 Kerangka konsep merupakan penggambaran hubungan antara konsep-konsep khusus yang akan diteliti. Konsep bukan merupakan gejala yang akan diteliti, tetapi 33 Ibid., hal.7. 34 Sutan Remy Sjahdeini, Kebebasan Berkontrak dan Perlindungan yang Seimbang Bagi Para Pihak dalam Perjanjian Kredit Bank di Indonesia, Institut Bankir Indonesia, Jakarta, 1993, hal.10. 35 Masri Singarimbun dan Sofian Effendi, Metode Penelitian Survei, UI Press, Jakarta, 1989, hal.34. 36 Koentjoroningrat, Metode-Metode Penelitian Masyarakat, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 1997, hal. 21. Universitas Sumatera Utara 22 merupakan abstraksi dari gejala tersebut. 37 Adapun kerangka konsep dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : a. Perjanjian, adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengakibatkan dirinya terhadap satu orang atau lebih. 38 b. Rooftop, adalah bubungan atap atau disebut juga pucukpuncak bangunan. Dalam hal ini rooftop mengacu pada bagian datar dari lantai atau tingkat teratas pada suatu bangunan, yang kemudian dipergunakan oleh operator telekomunikasi untuk mendirikan menara telekomunikasinya. 39 c. Sewa-menyewa, ialah suatu perjanjian dengan mana pihak yang satu mengikatkan dirinya untuk memberikan kepada pihak yang lainnya kenikmatan dari sesuatu barang, selama suatu waktu tertentu dan dengan pembayaran sesuatu harga, yang oleh pihak yang tersebut belakangan itu disanggupi pembayarannya. 40 d. Telekomunikasi, adalah setiap pemancaran, pengiriman, dan atau penerimaan dari setiap informasi dalam bentuk tanda-tanda, isyarat, tulisan, gambar, suara, dan bunyi melalui sistem kawat, optik, radio, atau sistem elektromagnetik lainnya. 41 e. Operator telekomunikasi, adalah penyelenggara telekomunikasi yang berbentuk perseorangan, koperasi, badan usaha milik daerah, badan usaha milik negara, 37 Sri Mamudji, Metode Penelitian dan Penulisan Hukum, Badan Penerbit Fakultas Hukum Universitas Indonesia, Jakarta, 2005, hal. 4. 38 Pasal 1313 Kitab Undang-undang Hukum Perdata. 39 “Deskripsi Rooftop”, diperoleh dari http:deskripsi.comrrooftop, diakses tanggal 5 Juli 2013 40 Pasal 1548 Kitab Undang-undang Hukum Perdata. 41 Pasa l 1 angka 1 Undang-undang Nomor 36 Tahun 1999 tentang Telekomunikasi Universitas Sumatera Utara 23 badan usaha swasta, instansi pemerintah, dan instansi pertahanan keamanan negara. Operator telekomunikasi melakukan kegiatan penyediaan dan pelayanan telekomunikasi sehingga memungkinkan terselenggaranya telekomunikasi. 42 f. Bangunan, adalah rumah, gedung ataupun segala sarana, prasarana atau infrastruktur dalam kebudayaan atau kehidupan manusia dalam membangun peradabannya. 43 Fungsi bangunan umumnya dipergunakan sebagai tempat tinggal ataupun tempat usaha oleh manusia. Bangunan gedung adalah wujud fisik hasil pekerjaan konstruksi yang menyatu dengan tempat kedudukannya, sebagian atau seluruhnya berada di atas danatau di dalam tanah danatau air, yang berfungsi sebagai tempat manusia melakukan kegiatannya, baik untuk hunian atau tempat tinggal, kegiatan keagamaan, kegiatan usaha, kegiatan sosial, budaya, maupun kegiatan khusus. 44 g. Menara telekomunikasi, adalah bangunan khusus yang berfungsi sebagai sarana penunjang untuk menempatkan peralatan telekomunikasi yang desain atau bentuk konstruksinya disesuaikan dengan keperluan penyelenggaraan telekomunikasi. 45

G. Metode Penelitian

Metode penelitian merupakan suatu sistem dan suatu proses yang mutlak harus dilakukan dalam suatu kegiatan penelitian dan pengembangan ilmu 42 Pasal 1 angka 8 dan 12 Undang-undang Nomor 36 Tahun 1999 tentang Telekomunikasi 43 “Definisi Bangunan”, diperoleh dari http:id.wikipedia.orgwikiBangunan, diakses tanggal 5 Juli 2013. 44 Pasal 1 angka 1 Undang-undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung 45 Pasal 1 angka 3 Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika Nomor 2PERM.KOMINFO32008 Universitas Sumatera Utara 24 pengetahuan. Penelitian hukum merupakan suatu kegiatan ilmiah, yang didasarkan pada metode, sistematika dan pemikiran tertentu, yang bertujuan untuk mempelajari satu atau beberapa gejala hukum tertentu, dengan jalan menganalisanya. Kecuali itu, maka diadakan juga pemeriksaan mendalam terhadap fakta hukum tersebut, untuk kemudian mengusahakan suatu pemecahan atas permasalahan-permasalahan yang timbul di dalam gejala yang bersangkutan. 46 Metode penelitian yang dipergunakan dalam penyusunan tesis ini adalah sebagai berikut :

1. Jenis dan Sifat Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan dalam penyusunan tesis ini menggunakan metode penelitian hukum normatif yuridis normatif atau disebut juga penelitian hukum kepustakaan, yaitu penelitian hukum yang dilakukan secara meneliti bahan pustaka atau data sekunder belaka. 47 Penelitian yuridis normatif doktrinal adalah penelitian yang dilakukan dengan menginventarisir hukum positif yang berkaitan dengan penulisan tesis untuk menemukan landasan hukum yang jelas. Penelitian hukum dengan menggunakan pendekatan hukum normatif dimaksudkan untuk mendapatkan data dan informasi secara menyeluruh yang bersifat normatif baik dari bahan hukum primer, sekunder, maupun tersier. Selain itu sebagai tambahan juga digunakan metode penelitian yuridis empiris studi lapangan, yang menitikberatkan pada penelitian lapangan yang menjelaskan 46 Soerjono Soekanto, op.cit., hal. 43. 47 Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif, Suatu Tinjauan Singkat, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2003, hal. 13-14. Universitas Sumatera Utara 25 situasi serta hukum yang berlaku dalam masyarakat secara menyeluruh, sistematis, faktual, akurat mengenai fakta-fakta dan dari segi peraturan perundang-undangan yang berlaku serta dokumen-dokumen berbagai teori. 48 Sifat penelitian yang dilaksanakan adalah penelitian yang bersifat preskriptif, yaitu untuk mempelajari tujuan hukum, nilai-nilai keadilan, validitas aturan hukum, konsep-konsep hukum, dan norma-norma hukum. Dalam hal ini ilmu hukum bukan hanya menempatkan hukum sebagai suatu gejala sosial yang hanya dipandang dari luar, melainkan masuk menusuk ke suatu hal yang esensial yaitu sisi intrinsik dari hukum. Dengan penelitian yang bersifat preskriptif dimaksudkan untuk mencari jawaban cara apakah untuk dapat menjembatani antara dua realitas yaitu apa yang senyatanya ada berhadapan dengan apa yang seharusnya, yang kemudian diakhiri dengan memberikan rumusan-rumusan tertentu. 49 Pendekatan dalam penelitian ini dilakukan melalui pendekatan perundang- undangan statute approach. “Pendekatan undang-undang statute approach dilakukan dengan menelaah semua undang-undang dan regulasi yang bersangkut paut dengan isu hukum yang sedang ditangani”. 50

2. Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kepustakaan library research yang berfungsi untuk mendapatkan konsep, teori atau 48 Ibrahim Johni, Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif, Bayu Media Publishing, Malang, 2005, hal. 336. 49 Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, Kencana, Jakarta, 2008, hal. 22. 50 Ibid., hal.93. Universitas Sumatera Utara 26 doktrin, pendapat atau pemikiran konseptual dan penelitian pendahuluan yang berhubungan dengan objek yang diteliti dengan mempelajari dan menganalisa secara sistematis seluruh peraturanundang-undang, buku, artikelberita dari media cetak, tulisan ilmiah, bahan seminar, bahan dari internet dan bahan pustaka lainnya yang berhubungan dengan materi yang dibahas dalam tesis ini. Adapun data sekunder dalam penelitian ini terdiri dari bahan hukum primer, sekunder dan tersier, yaitu : 1. Bahan hukum primer yaitu berupa peraturan perundang-undangan dan peraturan turunannya seperti Undang-Undang, Peraturan Pemerintah, dan aneka peraturan terkait yang masih berlaku hingga saat ini. 2. Bahan hukum sekunder Yaitu bahan yang memberikan informasi atau hal-hal yang mengacu pada bahan hukum primer serta implementasinya seperti buku, laporan penelitian, artikel ilmiah, makalah pertemuan ilmiah, dan tesis yang berhubungan dengan penelitian ini. 3. Bahan hukum tersier Yaitu bahan referensi, bahan acuan atau bahan rujukan yang memberikan petunjuk maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer atau bahan hukum sekunder. Bahan acuan ini membantu dalam memperoleh informasi tertentu secara cepat. Dengan demikian dalam hal ini bisa secara langsung menuju kepada informasi yang dimuat dalam bahan acuan tersier tersebut. Dalam penelitian ini, bahan hukum tersier yang digunakan adalah ensiklopedi dan Universitas Sumatera Utara 27 kamus sebagai bahan rujukan untuk memperoleh informasi berupa pengertian suatu kata atau istilah yang diperlukan dalam penelitian ini. Untuk memperoleh data yang akurat dan relevan, dilaksanakan 2 dua tahap penelitian antara lain: 1. Studi kepustakaan library research, yaitu dengan membaca, menelaah, mempelajari, dan menganalisis bahan hukum kepustakaan untuk meneliti lebih jauh, guna memperoleh data sekunder berupa bahan hukum primer dan sekunder yang relevan dengan penelitian tesis ini. 2. Wawancara, yaitu dengan melakukan tanya jawab secara langsung antara peneliti dengan narasumber untuk mendapatkan informasi. 51 Dalam hal ini peneliti menggunakan pedoman wawancara yang telah ditentukan terstruktur yang ditujukan kepada narasumber yang telah ditetapkan, yakni : a. pemilik bangunan di kota Medan, yang rooftop-nya disewakan untuk pendirian menara telekomunikasi sebanyak dua orang, yaitu : 1. Bapak Hasan, pemilik bangunan perseorangan yang menyewakan rooftop ke operator XL. 2. Ibu Ida, pemilik bangunan perseorangan yang menyewakan rooftop ke operator Smart. b. operator telekomunikasi yang diwakili oleh personil site acquisition sitac, yaitu Bapak Agus Manurung, site acquisition coordinator pada perusahaan 51 Ibid, hal. 161. Universitas Sumatera Utara 28 telekomunikasi XL, selaku penanggung jawab dalam pekerjaan konstruksi pendirian menara BTS XL pada rooftop bangunan milik Bapak Hasan.

3. Analisis Data

Analisis data merupakan kegiatan mengurai sesuatu sampai ke komponen- komponennya dan kemudian menelaah hubungan masing-masing komponen dengan keseluruhan konteks dari berbagai sudut pandang. Penelaahan dilakukan sesuai dengan tujuan penelitian yang telah diharapkan. 52 Analisis data yang digunakan dalam penelitian tesis ini adalah analisa data kualitatif yaitu analisa data yang tidak mempergunakan angka-angka tetapi berdasarkan atas peraturan perundang-undangan dan keterangan dari para narasumber sehingga dapat menjawab permasalahan dari penelitian ini. Bahan hukum primer dan sekunder yang diperoleh dari penelitian kepustakaan library research disusun secara berurutan dan sistematis dan selanjutnya dianalisis dengan menggunakan pendekatan kualitatif, yang merupakan tata cara penelitian yang menghasilkan data deskriptif analitis, yaitu apa yang dinyatakan oleh sasaran penelitian yang bersangkutan secara tertulis atau lisan dan perilaku nyata. 53 Kemudian ditarik kesimpulan dengan menggunakan metode deduktif, yaitu cara berpikir yang dimulai dari hal-hal yang bersifat umum untuk selanjutnya menuju kepada hal-hal yang bersifat khusus dalam menjawab segala permasalahan yang ada dalam suatu penelitian, sehingga memungkinkan menghasilkan kesimpulan yang menjawab permasalahan yang telah ditetapkan. 52 Sri Mamudji, op.cit., hal. 67. 53 Ibid. Universitas Sumatera Utara 29

BAB II TERJADINYA PERJANJIAN PENGGUNAAN

Dokumen yang terkait

Hukum Perjanjian Antara Agen Pemasaran Perusahaan Property One Dan Pemilik Rumah/Tanah (Studi Pada Perusahaan Property One Medan Kota)

11 89 157

Tinjauan Yuridis Pelaksanaan Perjanjian Pembangunan Tower Telekomunikasi Antara PT. Telkomsel Dengan Perusahaan Mitra Kerja

1 89 165

Perjanjian Kerjasama Bongkar Muat Kapal Antara Pemilik Barang Dengan Perusahaan Bongkar Muat (Studi Perjanjian PT Sentana Adidaya Pratama Dan PT Bhanda Ghara Persero Medan).

0 2 13

Perjanjian Kerjasama Bongkar Muat Kapal Antara Pemilik Barang Dengan Perusahaan Bongkar Muat (Studi Perjanjian PT Sentana Adidaya Pratama Dan PT Bhanda Ghara Persero Medan).

0 0 2

PERJANJIAN KERJASAMA PEMBANGUNAN RUMAH TOKO ANTARA PEMILIK TANAH DENGAN PEMILIK MODAL DI KOTA PONTIANAK - Diponegoro University | Institutional Repository (UNDIP-IR)

0 0 2

BAB II HUKUM PERJANJIAN SECARA UMUM A. Tinjauan Umum Perihal Perjanjian 1. Pengertian Perjanjian - Hukum Perjanjian Antara Agen Pemasaran Perusahaan Property One Dan Pemilik Rumah/Tanah (Studi Pada Perusahaan Property One Medan Kota)

0 0 56

Hukum Perjanjian Antara Agen Pemasaran Perusahaan Property One Dan Pemilik Rumah/Tanah (Studi Pada Perusahaan Property One Medan Kota)

0 1 25

BAB II TERJADINYA PERJANJIAN PENGGUNAAN ROOFTOP ANTARA PERUSAHAAN TELEKOMUNIKASI DENGAN PEMILIK BANGUNAN DI KOTA MEDAN A. Pengertian Perjanjian Pada Umumnya - Perjanjian Penggunaan Rooftop antara Perusahaan Telekomunikasi dengan Pemilik Bangunan di Kota M

0 0 32

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Perjanjian Penggunaan Rooftop antara Perusahaan Telekomunikasi dengan Pemilik Bangunan di Kota Medan

0 2 29

PERJANJIAN PENGGUNAAN ROOFTOP ANTARA PERUSAHAAN TELEKOMUNIKASI DENGAN PEMILIK BANGUNAN DI KOTA MEDAN TESIS

0 0 13