Kerangka Teori Perjanjian Penggunaan Rooftop antara Perusahaan Telekomunikasi dengan Pemilik Bangunan di Kota Medan

11 Namun penelitian tersebut di atas tidak membahas substansi permasalahan yang sama dengan permasalahan yang hendak dibahas dalam tesis ini, sehingga dapat dikatakan bahwa tesis ini adalah asli dari hasil tulisan penulis. Tesis ini disusun melalui referensi buku-buku dan informasi dari media cetak maupun media elektronik. Dengan demikian keaslian penulisan tesis ini dapat dipertanggungjawabkan, terutama secara ilmiah atau secara akademik.

F. Kerangka Teori dan Konsep

1. Kerangka Teori

Teori adalah suatu kerangka pemikiran atau butir-butir pendapat, teori, tesis mengenai sesuatu kasus atau permasalahan yang dijadikan bahan perbandingan, pegangan teoritis, yang mungkin disetujui ataupun tidak disetujui yang dijadikan masukan dalam membuat kerangka berpikir dalam penulisan. 12 Teori dalam penelitian ini berfungsi untuk mensistematiskan penemuan- penemuan penelitian, membuat ramalan atau prediksi atas dasar penemuan dan menyajikan penjelasan yang dalam hal ini untuk menjawab pertanyaan. Artinya teori merupakan suatu penjelasan rasional yang berkesesuaian dengan objek yang dijelaskan dan harus didukung oleh fakta empiris untuk dapat dinyatakan benar. 13 Teori yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah teori tujuan hukum. Menurut Gustav Radbruch, ada tiga tujuan hukum, yaitu kemanfaatan, kepastian, dan keadilan. Dalam melaksanakan ketiga tujuan hukum ini harus menggunakan azas 12 M.Solly Lubis, Filsafat Ilmu dan Penelitian, Mandar Madju, Bandung, 1994, hal. 80. 13 Ibid., hal. 17. Universitas Sumatera Utara 12 prioritas. 14 Keadilan bisa saja lebih diutamakan dan mengorbankan kemanfaatan bagi masyarakat luas. Gustav Radbruch mengajarkan adanya skala prioritas yang harus dijalankan, dimana prioritas pertama selalu keadilan, kemudian kemanfaatan, dan terakhir barulah kepastian hukum. Hukum menjalankan fungsinya sebagai sarana konservasi kepentingan manusia dalam masyarakat. Tujuan hukum mempunyai sasaran yang hendak dicapai yang membagi hak dan kewajiban antara setiap individu di dalam masyarakat. Hukum juga memberikan wewenang dan mengatur cara memecahkan masalah hukum serta memelihara kepastian hukum. 15 Menurut Rusli Effendy, tujuan hukum dapat dikaji melalui tiga sudut pandang, yaitu dari sudut pandang ilmu hukum normatif, tujuan hukum dititikberatkan pada segi kepastian hukum, dari sudut pandang filsafat hukum, maka tujuan hukum dititikberatkan pada segi keadilan, dan dari sudut pandang sosiologi hukum, maka tujuan hukum dititikberatkan pada segi kemanfaatan. Adapun tujuan hukum pada umumnya atau tujuan hukum secara universal, dapat dilihat dari tiga aliran konvensional : 16 1. Aliran Etis Tujuan hukum adalah semata-mata untuk mencapai keadilan yang ditentukan oleh keyakinan yang etis tentang adil dan yang tidak adil. Hukum bertujuan untuk merealisir atau mewujudkan keadilan. 14 Sonny Pungus, “Teori Tujuan Hukum”, diperoleh dari http:sonny- tobelo.blogspot.com201010teori-tujuan-hukum-gustav-radbruch-dan.html, diakses tanggal 16 Juli 2013. 15 Randy Ferdiansyah, “Tujuan Hukum Menurut Gustav Radbruch”, diperoleh dari http:hukum- indo.blogspot.com201111artikel-politik-hukum-tujuan-hukum.html, diakses tanggal 16 Juli 2013. 16 Ibid. Universitas Sumatera Utara 13 2. Aliran Utilitis Tujuan hukum adalah semata-mata untuk menciptakan kemanfaatan atau kebahagiaan yang sebesar-besarnya bagi manusia dan warga masyarakat dalam jumlah yang sebanyak-banyaknya ajaran moral praktis. 3. Aliran Yuridis Dogmatik Tujuan hukum adalah semata-mata untuk menciptakan kepastian hukum, karena dengan adanya kepastian hukum, fungsi hukum dapat berjalan dan mampu mempertahankan ketertiban. Kepastian hukum adalah syarat mutlak setiap aturan, persoalan keadilan dan kemanfaatan hukum bukan alasan pokok dari tujuan hukum tetapi yang penting adalah kepastian hukum. Dikaitkan dengan fungsinya sebagai perlindungan kepentingan manusia, hukum mempunyai tujuan dan sasaran yang hendak dicapai. Adapun tujuan pokok hukum adalah menciptakan tatanan masyarakat yang tertib, menciptakan ketertiban, dan keseimbangan. Dengan tercapainya ketertiban dalam masyarakat diharapkan kepentingan manusia akan terlindungi. Dalam mencapai tujuannya itu hukum bertugas untuk membagi hak dan kewajiban antar perorangan di dalam masyarakat, membagi wewenang, dan mengatur cara memecahkan masalah hukum serta memelihara kepastian hukum. 17 Menurut Soedjono Dirdjosisworo, dalam pergaulan hidup manusia, kepentingan-kepentingan manusia bisa senantiasa bertentangan satu dengan yang lain, maka tujuan hukum adalah untuk melindungi kepentingan-kepentingan itu. 18 17 Sudikno Mertokusumo, Mengenal Hukum Suatu Pengantar, Liberty, Yogyakarta 2003, hal. 77. 18 Soedjono Dirjosisworo, Pengantar Ilmu Hukum, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1983, hal. 11. Universitas Sumatera Utara 14 Sedangkan Muchsin menyatakan sebenarnya hukum bukanlah sebagai tujuan tetapi dia hanyalah sebagai alat, yang mempunyai tujuan adalah manusia, maka yang dimaksud dengan tujuan hukum adalah manusia dengan hukum sebagai alat untuk mencapai tujuan itu. Van Apeldoorn mengatakan bahwa tujuan hukum ialah mengatur pergaulan hidup secara damai. Maksudnya hukum menghendaki perdamaian, yang semuanya bermuara kepada suasana damai. Rudolf Von Jhering mengatakan bahwa tujuan hukum ialah untuk memelihara keseimbangan antara berbagai kepentingan. Aristoteles mengatakan tujuan hukum itu ialah untuk memberikan kebahagiaan yang sebesar-besarnya bagi anggota masyarakat sebanyak- banyaknya, sedangkan Roscoe Pound mengatakan tujuan hukum ialah sebagai alat untuk membangun masyarakat law is tool of social engineering. 19 Teori yang berkenaan dengan teori tujuan hukum dalam penelitian ini berkaitan dengan kepastian hukum. Kepastian hukum berarti bahwa dengan adanya hukum setiap orang mengetahui yang mana dan seberapa haknya dan kewajibannya. Selain itu termasuk juga teori kemanfaatan hukum, yaitu terciptanya ketertiban dan ketentraman dalam kehidupan masyarakat, karena adanya hukum yang tertib rechtsorde. Kepastian hukum mengandung dua pengertian yaitu pertama adanya aturan yang bersifat umum membuat individu mengetahui perbuatan apa yang boleh atau tidak boleh dilakukan, dan kedua berupa keamanan hukum bagi individu dari kesewenangan pemerintah karena dengan adanya aturan hukum yang bersifat umum itu individu dapat mengetahui apa saja yang boleh dibebankan atau dilakukan oleh 19 Muchsin, Ikhtisar Ilmu Hukum, Badan Penerbit Iblam, Jakarta, 2006, hal. 11. Universitas Sumatera Utara 15 negara terhadap individu. Kepastian hukum bukan hanya berupa pasal-pasal dalam undang-undang melainkan juga adanya konsistensi dalam putusan hakim antara putusan hakim yang satu dengan putusan hakim lainnya untuk kasus yang serupa yang telah diputuskan. 20 Menurut Satjipto Raharjo teori kemanfaatan kegunaan hukum bisa dilihat sebagai perlengkapan masyarakat untuk menciptakan ketertiban dan keteraturan. Oleh karena itu ia bekerja dengan memberikan petunjuk tentang tingkah laku dan berupa norma aturan-aturan hukum. Pada dasarnya peraturan hukum yang mendatangkan kemanfaatan atau kegunaan hukum ialah untuk terciptanya ketertiban dan ketentraman dalam kehidupan masyarakat, karena adanya hukum tertib rechtsorde. 21 Selanjutnya teori keadilan yang dipelopori oleh Aristoteles menyatakan bahwa setiap orangpihak wajib memperoleh hak dan kewajibannya secara seimbang proporsional dalam suatu kesepakatan perjanjian. Dalam konstruksi filosofis mahluk moral yang rasional inilah, Aristoteles menyusun teorinya tentang hukum. Karena hukum menjadi pengarah manusia pada nilai-nilai moral yang rasional, maka ia harus adil. Keadilan hukum identik dengan keadilan umum, yang ditandai dengan hubungan yang baik antara satu sama lain, tidak mengutamakan kepentingan pribadi tapi juga tidak mengutamakan kepentingan pihak lain, serta ada kesamaan. Di sini tampak kembali apa yang menjadi dasar teori 20 Peter Mahmud Marzuki, Pengantar Ilmu Hukum, Kencana Pranada Media Group, Jakarta, 2008, hal. 158. 21 Satjipto Rahardjo, Ilmu Hukum, Alumni, Bandung, 1991, hal. 13. Universitas Sumatera Utara 16 Aristoteles, yakni perasaan ‘sosial-etis’. Tidak mengherankan jika formulasinya tentang keadilan bertumpu pada tiga sari hukum alam yang dianggapnya sebagai prinsip keadilan utama, yaitu: Honeste vivere, alterum non laedere, suum quique tribuere hidup secara terhormat, tidak mengganggu orang lain, dan memberi kepada tiap orang bagiannya. 22 Menurut Aristoteles, berdasarkan kepada teori keadilan terdapat lima jenis perbuatan yang dapat digolongkan adil, yaitu : 23 a. Keadilan kumulatif adalah perlakuan terhadap seseorang dengan tidak melihat jasa-jasa yang dilakukannya. b. Keadilan distributif adalah perlakuan terhadap seseorang sesuai dengan jasa-jasa yang telah dilakukannya. c. Keadilan kodrat alam adalah memberi sesuatu sesuai dengan yang diberikan orang lain kepada kita. d. Keadilan konvensional adalah keadilan apabila seorang warga negara telah menaati segala peraturan perundang-undangan yang telah diwajibkan. e. Keadilan menurut teori perbaikan. Perbuatan adil menurut teori perbaikan apabila seseorang telah berusaha memulihkan nama baik orang lain yang telah tercemar. 22 Dirtamam, “Teori-teori Hukum”, diperoleh dari http:munzdirtamam.blogspot.com201105teori-teori-hukum.html, diakses tanggal 2 Juli 2013. 23 Joshua Lampasa, “Makna Keadilan”, diperoleh dari http:id.shvoong.comsocial- sciences2193610-makna-keadilan, diakses tanggal 5 Juli 2013. Universitas Sumatera Utara 17 Kerangka teori adalah kerangka pemikiran atau butir-butir pendapat teori, mengenai suatu permasalahan yang dapat dijadikan sebagai bahan pegangan teoritis bagi peneliti atau penulis. Teori adalah serangkaian preposisi atau keterangan yang saling berhubugan dalam sistem deduksi yang mengemukakan suatu penjelasan atau gejala. 24 “Perkembangan ilmu hukum, selain bergantung pada metodologi, aktifitas penelitian dan imajinasi sosial sangat ditentukan oleh teori”. 25 Teori berfungsi untuk menerangkan atau menjelaskan mengapa gejala spesifik atau proses tertentu terjadi dan suatu teori harus diuji dengan menghadapkannya pada fakta-fakta yang dapat menunjukkan ketidakbenaran. 26 Menurut M. Solly Lubis bahwa : Teori yang dimaksud disini adalah penjelasan mengenai gejala yang terdapat dalam dunia fisik tersebut tetap merupakan suatu abstraksi intelektual dimana pendekatan secara rasional digabungkan dengan pengalaman empiris. Artinya teori ilmu hukum merupakan suatu penjelasan rasional yang bersesuaian dengan objek yang dijelaskannya. Suatu penjelasan walau bagaimanapun menyakinkan, tetapi harus didukung oleh fakta empiris untuk dapat dinyatakan benar. 27 Suatu kerangka teori bertujuan menyajikan cara-cara untuk bagaimana mengorganisasikan dan menginterpretasi hasil-hasil penelitian dan menghubungkannya dengan hasil-hasil penelitian yang terdahulu. 28 24 Purnama Sianturi, Perlindungan Hukum Terhadap Pembeli Barang Jaminan Tidak Bergerak Melalui Lelang, Mandar Maju, Bandung, 2008, hal. 10. 25 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, UI Press, Jakarta, 1986, hal.6. 26 J.J.J.M. Wuisman. Penelitian Ilmu-Ilmu Sosial, Asas-Asas, Universitas Indonesia, Jakarta, 1996, hal.203. 27 M. Solly Lubis, op.cit., hal.27. 28 Burhan Ashofa, Metode Penelitian Hukum,Rineka Cipta, Jakarta, 1996, hal.19. Universitas Sumatera Utara 18 Kontrak yang berasal dari bahasa Inggris “contract”, adalah : Agreement between two or more persons which treaties an obligation to do or not to do a particular thing. It’s essentials are competent, subject matters, a legal concideration, mutuality of agreement, and mutuality of obligation the writing which contains the agreement of parties, with the terms and conditions, and which serves as a proof the obligations. 29 Jadi, kontrak adalah suatu perjanjian tertulis di antara dua atau lebih orang pihak yang menciptakan hak dan kewajiban untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu hal khusus. Suatu kontrak dari definisi di atas “memiliki unsur- unsur, yaitu pihak-pihak yang kompeten, pokok yang disetujui, pertimbangan hukum, perjanjian timbal balik, serta hak dan kewajiban timbal balik. 30 Pembuat Kitab Undang-undang Hukum Perdata menyamakan istilah “kontrak dengan perjanjian, dan bahkan juga dengan persetujuan. 31 Pengertian perjanjian sewa-menyewa secara umum dapat ditemui pada pasal 1548 Kitab Undang-undang Hukum Perdata yang mengatakan bahwa : “Sewa- menyewa ialah suatu persetujuan, dengan mana pihak yang satu mengikatkan dirinya untuk memberikan kepada pihak yang lainnya kenikmatan dari suatu barang, selama suatu waktu tertentu dan dengan pembayaran suatu harga, yang oleh pihak tersebut belakangan itu disanggupi pembayarannya”. Kita perhatikan lagi, yang dapat menjadi objek sewa-menyewa yaitu barang, dan dalam pasal 1548 ayat 2 Kitab Undang- 29 J. Satrio, Hukum Perjanjian, Citra Aditya Bakti, Bandung, 1992, hal.33. 30 Ibid. 31 Ibid., hal.19. Universitas Sumatera Utara 19 undang Hukum Perdata ditegaskan bahwa “semua jenis barang baik yang tak bergerak, baik bergerak dapat disewakan. Unsur yang ada dalam Pasal 1548 Kitab Undang-undang Hukum Perdata di atas yaitu persetujuan, pihak-pihak, barang dan pembayaran. Persetujuan terjadi bila ada kata sepakat. Pihak-pihak adalah pemilik barang yang disewakan dan penyewa. Barang yang dimaksud barang secara umum baik benda bergerak maupun benda tetap. Harga ialah nilai yang ada materi ekonomis yang disepakati pihak-pihak dan pembayaran adalah merupakan atau jenis maupun bentuk pembayaran. Jadi, adanya kemauan untuk saling mengikatkan diri dalam suatu kontrak, membangkitkan kepercayaan bahwa kontrak itu dipenuhi. Namun, harus diingat bahwa asas kepercayaan ini merupakan “nilai etis yang bersumber pada moral”. Manusia terhormat akan memelihara janjinya. Para pihak di dalam suatu kontrak saling percaya bahwa di belakang hari masing-masing akan memenuhi perikatan tersebut. Asas ini memberikan arah terhadap pihak sehingga mereka itu mengikatkan dirinya. Teori tujuan hukum penting dalam pelaksanaan perjanjian sewa-menyewa rooftop antara perusahaan telekomunikasi dengan pemilik bangunan. Perjanjian sewa- menyewa tersebut merupakan suatu perbuatan hukum yang dibuat oleh para pihak sehingga klausula dalam perjanjian harus didasarkan pada prinsip keadilan, kemanfaatan, dan kepastian hukum agar kedua belah pihak kedudukannya seimbang dan proposional. Universitas Sumatera Utara 20 Selain itu azas ini penting untuk memberikan perlindungan hukum kepada pemilik bangunan danatau pihak ketiga khususnya jika terjadi wanprestasi oleh perusahaan telekomunikasi terkait perjanjian penggunaan rooftop tersebut. Sehingga adalah adil, apabila hukum menjamin hak-hak dari pemilik bangunan yang telah menyewakan lahan bangunannya kepada perusahaan telekomunikasi. Para pihak dalam perjanjian juga menghendaki adanya jaminan kepastian hukum atas perikatan yang dilakukan tersebut. Tanpa perlindungan yang memadai maka yang terjadi adalah, salah satu pihak bisa saja ingkar dari kewajibannya, tanpa perlu takut bahwa tindakannya dapat terjerat oleh hukum.

2. Kerangka Konsep

Dokumen yang terkait

Hukum Perjanjian Antara Agen Pemasaran Perusahaan Property One Dan Pemilik Rumah/Tanah (Studi Pada Perusahaan Property One Medan Kota)

11 89 157

Tinjauan Yuridis Pelaksanaan Perjanjian Pembangunan Tower Telekomunikasi Antara PT. Telkomsel Dengan Perusahaan Mitra Kerja

1 89 165

Perjanjian Kerjasama Bongkar Muat Kapal Antara Pemilik Barang Dengan Perusahaan Bongkar Muat (Studi Perjanjian PT Sentana Adidaya Pratama Dan PT Bhanda Ghara Persero Medan).

0 2 13

Perjanjian Kerjasama Bongkar Muat Kapal Antara Pemilik Barang Dengan Perusahaan Bongkar Muat (Studi Perjanjian PT Sentana Adidaya Pratama Dan PT Bhanda Ghara Persero Medan).

0 0 2

PERJANJIAN KERJASAMA PEMBANGUNAN RUMAH TOKO ANTARA PEMILIK TANAH DENGAN PEMILIK MODAL DI KOTA PONTIANAK - Diponegoro University | Institutional Repository (UNDIP-IR)

0 0 2

BAB II HUKUM PERJANJIAN SECARA UMUM A. Tinjauan Umum Perihal Perjanjian 1. Pengertian Perjanjian - Hukum Perjanjian Antara Agen Pemasaran Perusahaan Property One Dan Pemilik Rumah/Tanah (Studi Pada Perusahaan Property One Medan Kota)

0 0 56

Hukum Perjanjian Antara Agen Pemasaran Perusahaan Property One Dan Pemilik Rumah/Tanah (Studi Pada Perusahaan Property One Medan Kota)

0 1 25

BAB II TERJADINYA PERJANJIAN PENGGUNAAN ROOFTOP ANTARA PERUSAHAAN TELEKOMUNIKASI DENGAN PEMILIK BANGUNAN DI KOTA MEDAN A. Pengertian Perjanjian Pada Umumnya - Perjanjian Penggunaan Rooftop antara Perusahaan Telekomunikasi dengan Pemilik Bangunan di Kota M

0 0 32

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Perjanjian Penggunaan Rooftop antara Perusahaan Telekomunikasi dengan Pemilik Bangunan di Kota Medan

0 2 29

PERJANJIAN PENGGUNAAN ROOFTOP ANTARA PERUSAHAAN TELEKOMUNIKASI DENGAN PEMILIK BANGUNAN DI KOTA MEDAN TESIS

0 0 13