tahun serta hal tersebut di dukung dengan laporan statistik yang di prakarsai oleh WHO 2015
bahwa prevalensi perokok pada usia ≥ 15 tahun di Indonesia pada tahun 2012 sangat tinggi dan di dominasi oleh laki-laki yakni sebanyak 71,8 dan 4 perempuan.
Penderita PPOK di negara maju seperti Amerika di tahun 2006 terbilang cukup tinggi dan merupakan penyebab kematian keempat yakni sebanyak 120.970 jiwa pada tahun GOLD
2006. Sedangkan di Indonesia sendiri, berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar Riskesdas pada tahun 2013 melaporkan bahwa prevalensi PPOK di Indonesia sendiri masih cukup
mengkhawatirkan karena prevalensi PPOK di Indonesia masih terbilang cukup tinggi dengan presentasi 4.5 per mil.
PPOK merupakan masalah serius dengan ditetapkannya sebagai penyebab kematian keempat di dunia, tidak sampai disana beberapa dampak yang diakibatkan oleh PPOK juga
membuat kerugian yang lebih besar. Salah satunya yakni organ yang dipengaruhi oleh PPOK selain paru sebagai akibat dari komplikasi adalah otak yang merupakan salah satu organ
khusus yang mudah diserang oleh dampak sistemik dari PPOK Thakur et al 2010, disamping itu PPOK dapat meningkatkan resiko kerusakan neuron yang berhubungan dengan
hipoksemia Dodd et al, 2009. Gangguan fungsi kognitif pada penderita PPOK menjadi sebuah topik yang menarik
untuk diteliti pasalnya belum terdapat penelitian terkait gangguan fungsi kognitif pada penderita PPOK di Indonesia. Sangat penting mengkaji fungsi kognitif pada pasien dengan
PPOK dalam rangka mengoptimalisasi perawatan yang berorientasi pada pasien sebagai upaya pencegahan komplikasi dari PPOK, sesuai dengan hipotesis penelitian De Carolis et al
2011 yang menjelaskan bahaya dari komplikasi PPOK yakni terjadinya hipoksia kronik yang mana hipoksia kronik pada PPOK meningkatkan kejadian neurodegenerasi penyakit
Alzheimer, yang diakibatkan oleh disfungsi mitokondria dan aktivasi program kematian sel.
Gangguan pada fungsi kognitif akan mempengaruhi produktivitas seseorang bahkan hilangnya kemandirian, terlebih penderita PPOK, pasalnya kemandirian seseorang akan
terhambat karena berdasarkan tanda dan gejala seperti napas pendek, batuk berlebih, frekuensi ekserbasi, kelelahan, dan depresi dapat berdampak besar pada orang normal
terutama pada pasien PPOK yang membutuhkan waktu berjam-jam untuk menyelesaikan hal kecil Barnett, 2006.
Penelitian yang di lakukan oleh Li Guang 2013 menemukan adanya hubungan antara tingkat keparahan penderita PPOK dengan gangguan fungsi kognitif. Penelitian ini
dilakukan dengan cara pengukuran fungsi paru, dimana terlihat rendahnya kadar oksigen atau PaO
2 .
Kadar PaO
2
hanya dapat dilihat melalui pengukuran analisa gas darah melalui cara pengambilan darah arteri perifer Barnett, 2006. Rendahnya kadar oksigen yang
menyebabkan terjadinya hipoksemia kronis. Hipoksemia kronis menyebabkan terjadinya atrofi hippokampus yang berperan sebagai kunci utama terjadinya gangguan kognitif pada
penderita PPOK. Data prevalensi mengenai gangguan fungsi kognitif pada penderita PPOK di
Indonesia masih belum banyak terkaji seperti data angka kematian dan kesakitan PPOK. Hal ini menjadi bukti dasar bahwa gangguan fungsi kognitif pada penderita PPOK masih belum
banyak mendapat perhatian dari kalangan klinis dan akademisi. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk mengetahui bagaimana gambaran fungsi kognitif pada penderita PPOK.
B. Rumusan Masalah
Sesuai dengan latar belakang di atas, peneliti menyimpulkan bahwa PPOK merupakan salah satu penyakit penyebab kematian keempat di dunia. Meskipun WHO dalam terbitannya
GOLD menyatakan bahwa PPOK merupakan penyakit yang dapat di obati tergantung dari tingkat keparahan penyakit akan tetapi penyebab dominan adalah merokok yang menjadi
masalah utama yang cukup memprihatinkan terutama di negara-negara berkembang, bahkan debu polutan pun dapat berkontribusi terjadinya penyakit PPOK. Meski demikian dampak
dari PPOK lebih besar kerugian yang didapat seperti komplikasi berupa terjadinya gagal nafas, hipertensi paru, dan gangguan kognitif.
Perubahan fungsi kognitif pada penderita PPOK di Indonesia masih belum banyak tergali karena dapat dipengaruhi oleh faktor lingkungan, budaya, dan latar belakang
pendidikan. Selain itu perubahan fungsi kognitif akibat dari komplikasi PPOK berupa kejadian hipoksia. Maka dari itu peneliti tertarik untuk meneliti bagaimana gambaran fungsi
kognitif pada penderita penyakit paru obstruksi kronis.
C. Pertanyaan Penelitian
1. Bagaimana gambaran demografi yang terdiri atas usia, jenis kelamin, pendidikan
terakhir pasien PPOK di RSU Kab Tangerang ? 2.
Bagaimana gambaran hasil tes diagnostik yang di sertai diagnosa kerja pada pasien PPOK di RSU Kab Tangerang ?
3. Bagaimana gambaran fungsi kognitif pada pasien PPOK di Kab Tangerang ?
D. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran fungsi kognitif pada pasien penyakit paru obstruktif kronis di RSU Kabupaten Tangerang.
2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi gambaran demografi pada penderita PPOK di RSU Kab
Tangerang.
b. Mengidentifikasi hasil diagnosa kerja pada penderita PPOK di RSU Kab Tangerang.
c. Mengidentifikasi gambaran fungsi kognitif pada penderita PPOK di RSU Kab
Tangerang.
E. Manfaat penelitian
1. Bagi Peneliti
Menambah pengetahuan seputar PPOK beserta dengan komplikasinya yang dapat terjadi dan mekanisme terjadinya gangguan fungsi kognitif.
2. Bagi Perawat
a. Sebagai bahan pertimbangan evaluasi terhadap perawatan dan intervensi
keperawatan terhadap pasien PPOK. b.
Penelitian ini dapat sebagai tanggung jawab yang bisa dijalankan atas dasar perawatan pada pasien PPOK dengan dasar pemenuhan kebutuhan dasar biologis,
psikologis, sosial, budaya, dan spiritual.
3. Bagi pasien PPOK
Penelitian ini diharapkan sebagai sumber informasi bagi penderita penyakit PPOK untuk mencegah terjadinya komplikasi berupa perubahan fungsi kognitif pada penderita PPOK
4. Bagi perkembangan pendidikan keperawatan
Penelitian ini diharapkan hasilnya dapat menambah wawasan dan ilmu pengetahuan dalam bidang pendidikan keperawatan, khususnya keperawatan Medikal Bedah mengenai
pentingnya pengetahuan tentang terjadinya gangguan kognitif pada pasien dengan PPOK untuk meningkatkan kualitas praktik keperawatan pasien dengan PPOK.
F. Ruang Lingkup
Penelitian dilakukan oleh mahasiswa program studi ilmu keperawatan di RSU Kabupaten Tangerang, yang bertujuan untuk mengetahui gambaran fungsi kognitif pada pasien penyakit
paru obstruktif kronis. Jenis penelitian ini menggunakan pendekatan cross sectional dengan
metode purposive sampling yang ditentukan berdasarkan kriteria inklusi-eksklusi. Metode pengambilan data menggunakan kuisioner yang di adaptasi dari Montreal Cognitive
Asessment MoCa dan data rekam medis pasien berupa nilai Analisa Gas Darah AGD, foto rontgen, dan diagnosa kerja. Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei hingga September 2015
yang mana responden yang menjadi subjek adalah pasien yang berada di ruang rawat inap dan rawat jalan RSU Kabupaten Tangerang.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Penyakit Paru Obstruktif Kronis PPOK 1. Definisi PPOK
Menurut Priece and Lorraine 2005 penyakit paru obstruktif kronis PPOK merupakan suatu istilah yang sering digunakan untuk sekelompok penyakit paru yang
berlangsung lama dan ditandai oleh peningkatan resistensi terhadap aliran udara sebagai gambaran patofisiologi utamanya. Bronkhitis kronis, emfisema, dan asma
bronkhial membentuk kesatuan yang disebut PPOK. Sedangkan menurut Djojodibroto 2009 istilah PPOK ditunjukkan untuk mengelompokan penyakit-penyakit yang
mempunyai gejala terhambatnya aliran udara pernapasan. Selain itu PPOK yang didefinisikan oleh Global Initiative for Chronic Obstructive
Lung Disease GOLD 2006, menyatakan bahwa PPOK merupakan keadaan penyakit yang ditandai oleh hambatan aliran udara yang tidak sepenuhnya reversible.
Sementara, National institute for health and care excellence NICE mendefinisikan PPOK adalah obstruksi jalan nafas yang di tunjukan karena kombinasi kerusakan dari
parenkim dan jalan nafas. Berdasarkan beberapa pengertian di atas, penulis menyimpulkan bahwa PPOK
adalah istilah yang sering digunakan untuk sekelompok penyakit yang ditandai oleh hambatan aliran udara yang sepenuhnya tidak irreversibel serta peningkatan resistensi
terhadap aliran udara sebagai gambaran patofisiologi utamanya. Bronkhitis kronis, emfisema, dan asma bronkhial membentuk kesatuan yang disebut PPOK.