Penentuan Kadar Natrium Benzoat, Kalium Sorbat Dan Natrium Sakarin Dalam Sirup Dengan Metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) Di Balai Besar Pengawasan Obat Dan Makanan Medan

(1)

PENENTUAN KADAR NATRIUM BENZOAT, KALIUM SORBAT

DAN NATRIUM SAKARIN DALAM SIRUP DENGAN METODE

KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI ( KCKT ) DI BALAI

BESAR PENGAWASAN OBAT DAN MAKANAN MEDAN

KARYA ILMIAH

Oleh

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KIMIA ANALIS

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2008

S U B A N I


(2)

PENENTUAN KADAR NATRIUM BENZOAT, KALIUM SORBAT

DAN NATRIUM SAKARIN DALAM SIRUP DENGAN METODE

KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI ( KCKT ) DI BALAI

BESAR PENGAWASAN OBAT DAN MAKANAN MEDAN

KARYA ILMIAH

Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Ahli

madya

Oleh

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KIMIA ANALIS

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2008

S U B A N I


(3)

PERSETUJUAN

Judul : Pentuan Kadar Natrium Benzoat ,Kalium Sorbat, Natrium

Sakarin dalam Sirup dengan Metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi ( KCKT ) di Balai Besar Pengawasan Obat dan Makanan Medan.

Kategori : Karya Ilmiah

Nama : Subani

NIM : 052401110

Program Studi : Diploma III Kimia Analis

Departemen : Kimia

Fakultas : Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Disetujui di : Medan, Juli 2008

Diketahui Oleh Disetujui Oleh

Departemen Kimia FMIPA USU Pembimbing

Ketua

DR.Rumondang Bulan NST,MS Andriayani,Spd,M.Si


(4)

PERNYATAAN

PENENTUAN KADAR NATRIUM BENZOAT, KALIUM SORBAT DAN NATRIUM SAKARIN DALAM SIRUP DENGAN METODE

KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI ( KCKT ) DI BALAI BESAR PENGAWASAN OBAT DAN MAKANAN MEDAN

KARYA ILMIAH

Saya mengakui Karya Ilmiah ini adalah hasil kerja saya sendiri, Kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.

Medan, Juni 2008

S U B A N I 052 401 110


(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang mana dengan taufiq dan hidayahnya kita masih diberikan kesehatan dan kesempatan menikmati ilmu pengetahuan yang sangat berarti bagi manusia, baik di kehidupan di Dunia dan di Akherat kelak termuat didalam firman Allah dalam Alqur’an ( QS. Al-Mujadalah: 11 dan QS: Al-isra:36 ) Kita berharap dapat menyandang gelar tersebut, dengan mengikuti petunjuk-petunjuk yang telah diberikan oleh Allah SWT tanpa merasa terbebani dan Ikhlas untuk mendapatkan Ridho Allah SWT.

Shalawat beriringkan salam marilah bersama-sama kita sanjung sajikan kepada Roh junjungan alam Baginda Rasulullah SAW, dimana dengan segenap daya upaya beliau kita dapat menikmati Ilmu Pengetahuan baik didalam bidang Ilmu pengetahuan ataupun Agama, hingga beliau menyimpulkan dalam sabdanya yang berbunyi : “Barang siapa menginginkan soal-soal yang berhubungan dengan dunia, wajiblah ia memiliki ilmunya ; dan barang siapa yang ingin (selamat dan berbahagia ) diakhirat, wajiblah ia mengetahui ilmunya pula; dan barangsiapa yang meginginkan kedua-duanya, wajiblah ia memiliki ilmu kedua-duanya pula". ( HR. Bukhari dan Muslim ) ”.Didalam hadist yang lain juga menyebutkan tentang kewajiban menuntut ilmu, yang berbunyi:”Menuntut Ilmu adalah fardhu bagi tiap-tiap muslim, baik laki-laki maupun perempuan ( Riwayat Ibnu Majah, Al-Baihaqi, Ibnu Abdil Barr, dan Ibnu Adi, dari Anas bin Malik )”. itulah himbauan Baginda Rasulullah SAW kepada Umatnya, didalam hadist yang lain beliau melarang umatnya melakukan perbuatan tanpa ilmu pengetahauan: “Barang siapa yang mengamalkan suatu amalan yang tidak ada baginya Ilmu( amalan tersebut) maka ( amalan tersebut ) ditolak. ( HR:Bukhori ) mudah-mudahan kita mendapat safaatnya di akherat kelak.

Adapun judul dari Tugas Akhir ini adalah :“ Penentuan Kadar Na- Benzoat, K-Sorbat, dan Na-Sakarin dengan Metode HPLC di Balai Besar Pengawasan Obat dan Makanan Medan”. pemilihan judul karya ilmiah tersebut merupakan

inisiatif penulis yang tercermin dari Alqur’an karim (QS Al-A'raf :31 dan QS Ali Imran: 110).

Dalam rangka penyelesaian Karya Ilmiah ini,penulis banyak mengalami kesulitan karena kemampuan yang terbatas, tetapi atas bantuan, bimbingan dan dorongan semangat yang di berikan dari berbagai pihak kepada penulis maka penulisan Karya Ilmuah ini dapat diselesaikan dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Teristimewa buat Ayahanda dan Ibunda tercinta yang telah memberikan cinta dan dukungan baik dalam bentuk moril maupun materi.

2. Buat Adinda Tercinta Muhajir, Rohmat, dan Istiqamah yang telah

mengingatkan kepada penulis akan maknanya kehidupan disertai dengan persudaraan yang erat

3. Buat kawan-kawan Pengurus HmI Komisariat FMIPA USU yang memberikan dukungan demi terselesainya karya ilmiah ini.

4. Buat Kakanda Alumni Seniorer HmI Komisariat FMIPA USU dan Kimia

Analis FMIPA USU

5. Buat Rekan-rekan Mahasiswa/i Kimia Analis FMIPA USU Angkatan 2005 yang memberikan dorongan dan dukungan kepada penulis


(6)

6. Buat kakanda Seniorer Kimia Analis FMIPA USU

7. Buat Rekan-rekan Mahasiswa/i Analis Farmasi dan Farmasi khusunya Ira Veronika, Nanda Sari Muhammad Fadli, Juli dan Bang Bayu Eko Prasetyo 8. Buat Rekan-rekan Mahsiswa/i Ikatan Mahasiswa Takengon dan Bener

Meriah

9. Buat Kawan-kawan Fakultas Sastra khususnya Alwinta Aristoni, Maidil Fitra, dan David Johanes N.

10.Buat Rekan-rekan Mahasiswa Fakultas FISIPOL USU, khusunya Muhammad Idris dan Hendra Bukiarte.

11.Bapak Dr.Eddy Marlianto, M.Sc. selaku Dekan FMIPA USU

12.Ibu Dr Rumodang Bulan,MS. selaku Ketua Jurusan Kimia FMIPA USU 13.Bapak Drs.Djhoni Siahaan,Apt selaku Kepala Bidang Pengujian Pangan dan

Bahan Berbahaya BBPOM

14.Ibu Dra Nina Refrida, Apt. selaku Manager Mutu Balali Besar Pegujian Pangan dan Bahan Berbahaya BBPOM Medan

15.Ibu Andriayani, Spd.MSi. selaku dosen pembimbing PKL dan sekaligus sebagai Pembimbing Karya Ilmiah penulis

16.Buat segenap staf laboratorium Pangan dan Bahan Berbahaya BBPOM Medan 17.Buat Bapak Drs Johannes Simorangkir, M.Sc. yang merupakan dosen wali

penulis

18.Segenap pihak yang membantu baik secara langsung maupun tidak langsung yang telah memberikan bantuan moril dan material yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu

19.Buat teman baikku Herwita Alfiani dan Muhammad Chairul.

20.Buat teman dekatku yang selalu menyayangiku dan memberikan dorongan dan dukungannya atas terselesainya Karya Ilmiah ini.

Dalam penulisan Karya Ilmiah ini penulis menyadari bahwa terdapat banyak kekurangan, oleh karena itu segala kritik dan saran yang bersifat membangun sangat diharapkan oleh penulis demi kesempurnaan Karya Ilmiah ini. Semoga laporan karya Ilmiah ini bermamfaat bagi kita semua. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua yang pihak yang memberikan dorongan dan dukungan atas selesainya Karya Ilmiah ini.

Medan, Juli 2008


(7)

ABSTRAK

Natrium benzoat ,kalium sorbat, dan natrium sakarin merupakan bahan pengawet dan pemanis yang digunakan dalam makanan dan minuman. Karya ilmiah ini telah dilakukan penentuan kadar natrium benzoat, kalium sorbat, dan natrium sakarin dalam sirup markisa pohon pisang dengan menggunakan metode kromatografi Cair Kinerja Tinggi ( KCKT ).

Diperoleh kadar natrium benzoat sebesar 1068 mg/kg, natrium sakarin sebesar 564 mg/kg. dimana kadar natrium benzoat dan natrium sakarin melebihi batas

maksimal Standar Nasional Indonesia ( SNI 01-2984-92 dan SNI 01-6993-04 ) yaitu 1000 mg/kg dan 300 mg/kg. sebaliknnya kadar kalium sorbat tidak terkandung

dalam sampel..


(8)

DETERMINATION OF SADIUM BENZOATE, KALIUM SORBATE, AND SADIUM SACCHARIN BY USING HIGH PERFOMANCE LIQUID

CHROMATOGRAPHY METHOD IN BBPOM MEDAN.

ABTRACK

Sodium benzoate, Potassium sorbate, and sodium saccharin are preservatives and sweetness substances that are used in foods and drinks. this paper had been done analyzed sodium benzoate, potassium sorbate, and sodium saccarin in syrup marquise pohon pisang using High Performance liquid Chromatography ( HPLC ) method.

The content of Sodium benzoate that was 1068 mg/kg, sodium saccharin that was 564 mg/kg. were exceeded the maximal limit of Indonesian national standart (SNI 01-2984-92 and SNI 01-6993-04) that were 1000 mg/kg and 300 mg/kg. whereas the content of potassium sorbate wasn’t founded in sample.


(9)

DAFTAR ISI

Halaman

PERSETUJUAN………. i

PERNYATAAN……….. ii

PENGANTAR...iii

ABSTRAK... v

ABSTRACK...vi

DAFTAR IS... vii

DAFTAR TABEL...ix

DAFTAR LAMPIRAN...x

BAB I PENDAHULUAN... 1

1.1.Latar Belakang………... 2

1.2.Permasalahan………... 4

1.3. Tujuan………... 4

1.4.Manfaat……… 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA………....6

2.1.Bahan Pengawet………... 6

2.1.1.Tujuan Penggunaan Bahan engawet………...9

2.1.2. Persyaratan Bahan Pengawet Kimia………....9

2.1.3. Jenis bahan pengawet………..10

2.2.Bahan Pemanis……….... 15

2.2.1. Tujuan Penggunaan Sintetis………... 16

2.2.2. Persyaratan Bahan Pengawet Sintetis yang Diizinkan Oleh Pemerintah RI...17

2.3.Kromatografi Cair Kinerja Tinggi ( KCKT )...21

2.3.1. Sejarah...21

2.3.2. Kelebihan KCKT...23

2.3.3. Komponen-komponen penting dari KCKT...23

2.3.4. Keuntungan KCKT...29

2.3.5. Seleksi Tipe KCKT...31

2.3.6. Penggunaan KCKT dalam Farmasi...33

BAB III METODOLOGI ... ... 35

3.1.Alat...35

3.2.Bahan...35


(10)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... ..41

4.1. Hasil dan Pembahasan………... 41

4.1.1.Data Persobaan ………..41

4.1.2.Perhitungan……….... 43

4.2. Pembahasan………... 49

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... ..51

5.1. Kesimpulan………... 51

5.2. Saran………...51


(11)

DAFTAR TABEL

A Tabel 2.2 Kelarutan Asam Sorbat dan Kalium Sorbat... 14

B. Tabel 2.2. Persyaratan bahan pemanis sintetis yang diizinkan pemerintah... 17

C. Tabel 4.1. Larutan Baku Na-Benzoat... 41

D. Tabel 4.2. Larutan Baku K-Sorbat... 42

E. Tabel 4.3. Larutan Baku Na-Sakarin……….. 42

F. Tabel 4.4. Sampel……….. 42

G. Tabel 4.5. Natrium Benzoat………... 43

H. Tabel 4.6. Sampel sirup markisa untuk kadar natrium benzoat………... 43

I. Tabel 4.7. Natrium Sakarin……….... 46

J. Tabel 4.8. Sampel sirup markisa untuk kadar natrium sakarin……….. 46


(12)

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN I. Standart Natrium Benzoate, Kalium Sorbate, dan Natrium

Sakarin 0,5 ml / 50 ml ………... 54

LAMPIRAN 2. Standart Natrium Benzoate, Kalium Sorbate, dan Natrium

Sakarin 1 ml / 50 ml ………... 54

LAMPIRAN 3. Standart Natrium Benzoate, Kalium Sorbate, dan Natrium

Sakarin 2 ml / 50 ml ………... 56

LAMPIRAN 4. Standart Natrium Benzoate, Kalium Sorbate, dan Natrium

Sakarin 3 ml / 50 ml ………... 57

LAMPIRAN 5. Standart Natrium Benzoate, Kalium Sorbate, dan Natrium

Sakarin 4 ml / 50 ml ………... 58

LAMPIRAN 6. Analisa Sampel Natrium Benzoat I, dan Natrium

Sakarin I ………... 59

LAMPIRAN 7. Analisa Sampel Natrium Benzoat II, dan Natrium


(13)

BAB I

PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang

Seiring dengan meningkatnya pertumbuhan industri makanan dan minuman di Indonesia, telah terjadi peningkatan produksi minuman ringan yang beredar di masyarakat. Pada minuman ringan sering ditambahkan pengawet dan pemanis buatan yang kadarnya perlu diperhatikan, karena apabila konsumsinya berlebihan dapat membahayakan kesehatan ( Jacobson, 2000 ).

Pemakaian bahan pengawet dari satu sisi menguntungkan karena dengan bahan pengawet, bahan pangan dapat dibebaskan dari kehidupan mikroba. Baik yang bersifat pathogen yang dapat menyebabkan keracunan atau gangguan kesehatan lainnya maupun mikrobial yang nonpatogen yang menyebabkan kerusakan bahan pangan, misalnya pembusukan. Namun di sisi lain, bahan pengawet pada dasarnya adalah senyawa kimia yang merupakan bahan asing yang masuk bersama bahan pangan yang dikonsumsi. Apabila macam pemakaian bahan pangan dan dosisnya tidak diatur dan diawasi, kemungkinan besar menimbulkan kerugian bagi pemakainya, baik yang bersifat langsung misalnya keracunan ataupun yang tidak bersifat langsung atau komulatif misalnya apabila bahan pengawet yang digunakan bersifat karsinogenik. Dalam kehidupan modern seperti sekarang ini banyak dijumpai pemakaian bahan pengawet secara luas.sebagai contoh, bahan pangan keluaran pabrik


(14)

pada umumnya menggunakan bahan tambahan pangan ( food additives ) termasuk didalamnya bahan pengawet secara sengaja ditambahkan agar bahan pangan yang dihasilkan dapat mempertahankan kualitasnya dan memiliki umur simpan lebih lama sehingga memperluas jangkauan distribusinya ( Wisnu, 2006 ).

Pemanis merupakan senyawa kimia yang sering ditambahkan dan digunakan untuk produk olahan pangan, industri, serta minuman dan makanan kesehatan. Pemanis berfungsi untuk meningkatkan cita rasa dan aroma, memperbaiki sifat-sifat fisik, sebagai pengawet, memperbaiki sifat-sifat kimia sekaligus merupakan sumber kalori yang penting bagi tubuh, mengembangkan jenis minuman dan makanan dengan jumlah yang terkontrol, mengontrol program pemeliharaan dan penurunan berat badan, mengurangi kerusakan gigi, dan sebagai bahan substitusi pemanis utama. Perkembangan industri pangan dan minuman akan kebutuhan pemanis dari tahun ketahun semakin meningkat. Industri pangan dan minuman lebih menyukai menggunaan pemanis sintetis karena harganya relatif murah, tingkat kemanisan pemanis sintetis jauh lebih tinggi dari pemanis alami. Hal tersebut mengakibatkan terus meningkatnya penggunaan pemanis sintetis terutama sakarin dan siklamat.

Menurut Undang-undang RI No.7 Tahun 1996 tentang pangan, pada bab II mengenai keamanan pangan. Pasal 10 tentang Bahan Tambahan Makanan dicantumkan, (1) “ Setiap orang yang memproduksi pangan untuk diedarkan dilarang menggunakan bahan apapun sebagai bahan tambahan pangan yang dinyatakan terlarang atau melampaui ambang batas maksimal yang telah ditetapkan. (2) “ Pemerintah menetapkan lebih lanjut bahan yang dilarang dan atau dapat digunakan sebagai bahan tambahan pangan dan kegiatan atau proses produksi pangan serta


(15)

Apabila macam pemakaian bahan pangan dan dosisnya tidak diatur dan diawasi, kemungkinan besar menimbulkan kerugian bagi pemakainya, baik yang bersifat langsung misalnya keracunan ataupun yang tidak bersifat langsung atau komulatif misalnya apabila bahan pengawet yang digunakan bersifat karsinogenik.

Beberapa pustaka menunjukkan bahwa metode kromatografi cair kinerja tinggi fase terbalik merupakan metode terpilih untuk analisis campuran bahan tambahan tersebut, karena zat- zat tersebut bersifat polar dan larut dalam air sehingga sulit dipisahkan menggunakan KCKT fase normal yang menggunakan kolom polar dan fase gerak yang bersifat non polar ( Meyers, 2000; Nollet, 1996 ).

Kromatgrafi fase terbalik sebenarnya sudah lama dipikirkan oleh Boscott ( 1947 ), tetapi baru sekitar tahun 1948 Bonldingh berhasil memisahkan asam-asam lemak dengan rantai panjang melalui suatu kolom yang berisi bahan karet ( non polar ) dan dielusi dengan larutan pengembang campur yang polar yaitu campuran air-metanol-aseton.untuk mendapatkan fase yang non polar silika gel direaksikan dengan klorosilan Cl-Si-(R)n fase diam yang nonpolar yang banyak dipakai adalah jenis C18 , C8, dan C2 ( Mulja, 1995 ).

Untuk mempelajari analisis terhadap bahan tambahan yang terdapat dalam minuman ringan, yaitu asam benzoat dan asam sorbat sebagai pengawet, dan sakarin sebagai pemanis buatan pada identifikasi ini menggunakan metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT), Analisis dengan kromatografi cair kinerja tinggi cepat, daya pisah baik, peka, penyiapan sampel mudah, dan dapat dihubungkan dengan detektor yang sesuai (Johnson, 1991).


(16)

Dengan latar belakang tersebut penulis tertarik untuk membuat Karya Ilmiah ini dengan judul: “ Penentuan Kadar Natrium Benzoat, Kalium Sorbat, dan Natrium Sakarin dalam sirup dengan Metode kromatografi Cair Kinerja Tinggi ”.

I.2.Permasalahan

Permasalahan yang di jumpai adalah :

1. Apakah kadar Na-Benzoat, K-Sorbat, dan Na-Sakarin yang terkandung di

dalam sirup markisa pohon pisang tersebut sudah memenuhi standar (Na-Skarin=1000 mg/kg, K-Sorbat= 600 mg/kg, dan Na-Sakarin= 300 mg/kg )

yang telah ditetapkan oleh Permenkes : 722/MEN.KES/PER/IX/88 tentang bahan tambahan pangan.


(17)

I.3. Tujuan

Adapun tujuan dari penulisan tugas akhir ini adalah :

- Untuk mengetahui metode yang digunakan dalam analisis kadar natrium benzoat, kalium sorbat, dan natrium sakarin dalam sirup markisa pohon pisang secara laboratorium

- Untuk mengetahui kadar natrium benzoat, kalium sorbat, dan natrium sakarin pada sirup markisa pohon pisang

- Untuk mengetahui apakah kadar natrium benzoat, kalium sorbat, dan natrium

sakarin dalam sirup markisa pohon pisang sudah memenuhi standar ( natrium sakarin =1000 mg/kg, kalium sorbat= 600 mg/kg, dan natrium

sakarin= 300 mg/kg ) yang telah ditetapkan oleh Permenkes RI No: 722/MEN.KES/PER/IX/88tentang bahan tambahan pangan.

I.4. Manfaat

Adapun manfaat dari penulisan karya ilmiah ini adalah :

- Memberikan informasi tentang metode yang digunakan untuk analisis sirup markisa pohon pisang

- Memberikan imformasi tentang kadar Natrium Benzoat, Kalium sorbat, dan Natrium sakarin dalam sirup markisa pohon pisang

- Memberikan informasi apakah kadar Natrium Benzoat, Kalium sorbat, dan Natrium sakarin dalam sirup markisa pohon pisang sudah memenuhi standar yang telah ditetapkan oleh Permenkes RI No: 722/MEN.KES/PER/IX/88 tentang bahan tambahan pangan.


(18)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Bahan Pengawet

Pemakaian bahan pengawet dari satu sisi menguntungkan karena dengan bahan pengawet, bahan pangan dapat dibebaskan dari kehidupan mikroba. Baik yang bersifat patogen yang dapat menyebabkan keracunan atau gangguan kesehatan lainnya maupun mikrobial yang nonpatogen yang menyebabkan kerusakan bahan pangan, misalnya pembusukan. Namun di sisi lain, bahan pengawet pada dasarnya adalah senyawa kimia yang merupakan bahan asing yang masuk bersama bahan pangan yang dikonsumsi. Apabila macam pemakaian bahan pangan dan dosisnya tidak diatur dan diawasi, kemungkinan besar menimbulkan kerugian bagi pemakainya, baik yang bersifat langsung misalnya keracunan ataupun yang tidak bersifat langsung atau komulatif misalnya apabila bahan pengawet yang digunakan bersifat karsinogenik. Dalam kehidupan modern seperti sekarang ini banyak dijumpai pemakaian bahan pengawet secara luas.sebagai contoh, bahan pangan keluaran pabrik pada umumnya menggunakan bahan tambahan pangan ( food additives ) termasuk didalamnya bahan pengawet secara sengaja ditambahkan agar bahan pangan yang dihasilkan dapat mempertahankan kualitasnya dan memiliki umur simpan lebih lama sehingga memperluas jangkauan distribusinya ( Wisnu, 2006 ).


(19)

Menurut Undang-undang RI No.7 Tahun 1996 tentang pangan, pada bab II mengenai keamanan pangan. Pasal 10 tentang Bahan Tambahan Makanan dicantumkan, (1) “ Setiap orang yang memproduksi pangan untuk diedarkan dilarang menggunakan bahan apapun sebagai bahan tambahan pangan yang dinyatakan terlarang atau melampaui ambang batas maksimal yang telah ditetapkan. (2) “ Pemerintah menetapkan lebih lanjut bahan yang dilarang dan atau dapat digunakan sebagai bahan tambahan pangan dan kegaiatan atau proses produksi pangan serta ambang batas maksimal sebagaimana dimaksud pada ayat (1).

Pengertian bahan pengawet sangat bervariasi tergantung dari negara yang membuat batasan pengertian tentang bahan pengawet. Bahan pengawet adalah senyawa yang mampu menghambat dan menghentikan proses fermentasi, pengasaman atau bentuk kerusakan lainnya, atau bahan yang dapat memberikan perlindungan bahan pangan dari pembusukan. Menurut peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 722/Menkes/Per/IX/1988 tentang bahan tambahan pangan yang mencegah atau menghambat fermentasi, pengasaman atau penguraian lain terhadap pangan yang disebabkan oleh mikroorganisme ( Wisnu, 2006 ).

Adapun bahan makanan yang di izinkan sesuai dengan peraturan Menteri Kesehatan RI No. 722/MEN.KES/PER/IX/88 tentang bahan makanan :

1. Bahan tambahan makanan yang di izinkan digunakan pada makanan terdiri dari golongan

a. Antioksidan ( Antioxidant ) b. Antikempal ( Anticaking Agent )

c. Pengatur keasaman ( acidity regulator ) d. Pemanis buatan ( Artificial Sweetener )


(20)

e. Pemutih dan pematang tepung ( flour treatment Agent )

f. Pengemulsi, pemantap, pengental ( Emulsifier, Stabilizer, Thickener ) g. Pengawet ( Preservative )

h. Pengeras ( Firming Agent ) i. Pewarna ( Colour )

j. Penyedap rasa dan Aroma, penguat rasa( Flavour, Flavour Enhancer ) k. Sekuestran ( Sequestrant )

2. Untuk makanan yang diizinkan mengandung lebih dari satu macam

antioksidan, maka hasil bagi masing-masing bahan dengan batas maksimum penggunaannya jika di jumlahkan tidak boleh lebih dari satu.

3. Untuk makanan yang di izinkan mengandung lebih dari satu macam pengawet, maka hasil bagi masing-masing bahan dengan batas maksimum penggunaannya jika dijumlahkan tidak boleh lebih dari satu

4. Batas penggunaan ”secukupnya ” adalah penggunaan yang sesuai dengan cara produksi yang baik, yang maksudnya jumlah wajar yang diperlukan sesuai dengan tujuan penggunaan tambahan bahan makanan tersebut.

5. Pada bahan tambahan makanan golongan pengawet, batas maksimum

penggunaan garam benzoat dihitung sebagi asam benzoat, garam sorbat sebagai asam sorbat dan senyawa sulfit sebagi SO2.

6. Pemanis buatan adalah bahan tambahan makanan yang dapat menyebakan rasa manis pada makanan, yang tidak atau hampir mempunyai nilai gizi.

7. Pengawet adalah bahan tambahan makanan yang mencegah atau menghambat fermentasi, pengasaman atau perguraian lain terhadap makanan yang disebabkan oleh mikroorganisme.


(21)

2.1.1. Tujuan Penggunaan Bahan Pengawet

Penambahan bahan pengawet pada pangan secara umum menurut adalah, ( Wisnu , 2006 ) :

1. Menghambat pertumbuhan mikroba pembusuk pada pangan baik yang bersifat patogen maupun yang tidak patogen

2. Memperpanjang umur simpan pangan

3. Tidak menurunkan kulaitas gizi, warna, cita rasa, dan bau bahan pangan yang diawetkan

4. Tidak menyembunyikan keadaan pangan yang berkualitas rendah

5. Tidak digunakan untuk menyembunyikan pengguanaan bahan yang salah atau tidak memenuhi persyaratan

6. Tidak digunakan untuk menyembunyikan kerusakan bahan pangan

2.1.2. Persyaratan Bahan Pengawet Kimia

Terdapat beberapa persyaratan untuk bahan pengawet kimia, selain persyaratan yang dituntut untuk semua bahan tambahan pangan antara lain sebagai berikut,

( Wisnu, 2006 ) :

1. Memberi arti ekonomis dari pengawetan

2. Digunakan hanya apabila cara-cara pengawetan yang lain tidak mencukupi atau tidak tersedia

3. Memperpanjang umur simpan dalam pangan

4. Tidak menurunkan kualitas ( warna, cita rasa, dan bau ) bahan pangan yang diawetkan

5. Mudah dilarutkan


(22)

7. Aman dalam jumlah yang diperlukan 8. Mudah ditentukan dengan analisis kimia 9. Tidak menghambat enzim-enzim pencernaan

10.Tidak dekomposisi atau tidak bereaksi untuk membentuk suatu senyawa kompleks yang bersifat lebih toksik

11.Mudah dikontrol dan didistribusikan secara merata dalam bahan pangan 12.Mempunyai spektra antimikrobia yang luas yang meliputi macam-macam

pembusukan oleh mikrobia yang berhubungan dengan bahan pangan yang diawetkan.

2.1.3. Jenis Bahan Makanan

a. Asam Benzoat memiliki struktur kimia :

Adapun sifat dari asam benzoat yaitu, ( Depkes, RI, 1995 ) : 1. Berat molekul 122,12

2. Mengandung tidak kurang dari 99,5% dan tidak lebih dari 100,5% C6H6O2, dihitung terhadap zat anhidrat

3. Pemerian hablur berbentuk jarum atau sisik, putih, sedikit berbau,biasanya berbau benzaldehida atau benzoin. Agak mudah menguap pada suhu hangat.mudah menguap dalam uap air.

4. Kelarutan sukar dalam air, mudah larut dalam etanol, dalam kloroform dan eter.


(23)

5. Jarak lebur < 1021 >

6. Sisa pemijaran tidak lebih dari 0,05% 7. Arsen tidak lebih dari 3 bpj

8. logam berat tidak lebih dari 10 bpj Manfaat Asam Sorbat :

Asam benzoat (C6H5COOH) merupakan bahan pengawet yang luas penggunaannya dan sering digunakan pada bahan makanan yang asam.bahan ini digunakan untuk mencegah pertumbuhan khamir dan bakteri. Benzoat efektif pada pH 2,5 - 4,0. Karena kelarutan garamnya lebih besar,maka biasa digunakan dalam bentuk garam Na-benzoat. Sedangkan dalam bahan, garam benzoat terurai menjadi bentuk efektif, yaitu bentuk asam benzoat yang tak terdisosiasi ( Winarno, 1997 ).

Dalam tubuh terdapat mekanisme detoksifikasi terhadap benzoat, sehingga tidak terjadi penumpukkan asam benzoat. Asam benzoat akan bereaksi dengan glisin menjai asam hipurat yang akan dibuang oleh tubuh. Asam benzoat secara alami terdapat dalam rempah-rempah seperti cengkeh dan kayu manis ( Winarno, 1997 ).

Bahan pengawet ini dapat menghambat pertumbuhan bakteri penghasil toksin (racun), bakteri spora dan bakteri bukan pembusuk. Senyawa ini dapat mempengaruhi rasa. Bahan makanan atau minuman yang diberi benzoat dapat memberikan kesan aroma fenol, yaitu seperti aroma obat cair. Asam benzoat digunakan untuk mengawetkan minuman ringan, minuman anggur, saus sari buah, sirup, dan ikan asin. Bahan ini bisa menyebabkan dampak negatif pada penderitaasma dan bagi orang yang peka terhadap aspirin. Kalsium Benzoat bisa memicu terjadinya serangan asma ( http:// Bunda Rere’s.Blogspot.com/ ).


(24)

Adapun sifat dari natrium benzoat yaitu, ( Wisnu, 2006 ) : 1. Berupa grabul atau serbuk hablur berwarna putih 2. Tidak berbau dan stabil di udara

3. Mudah larut didalam air

4. Sukar larut didalam etanol dan lebih larut dalam etanol 90%

5. Kelarutan dalam air pada suhu 25oC sebesar 660 gr/L dengan bentuk yang aktif sebagai pengawet sebesar 84,7% pada range pH 4,8

Adapun dampak dari penggunaan natrium benzoat bagi tubuh adalah :

1. Dapat menyebabkan kanker karena Natrium Benzoat berperan sebagai agent karsinogenik (

2. Untuk asam benzoat dan natrium benzoat bisa menimbulkan reaksi alergi dan

penyakit saraf (

3. Asosiasi Konsumen Penang pada 1988 silam telah menyatakan bahwa

berdasarkan penelitian Badan Pangan Dunia ( FAO ), konsumsi benzoat yang berlebihan pada tikus akan menyebabkan kematian dengan gejala-gejala hiperaktif, sawan, kencing terus-menerus dan penurunan berat badan

().

4. Benzoat dipandang tidak mempunyai efek teratogenik menyebabkan cacat bawaan ) jika dikonsumsi melalui mulut, dan juga tidak mempunyai efek karsinogenik (


(25)

Asam sorbat ditemukan oleh Gooding yang mengemukakan bahwa golongan umum dari asam lemak rantai panjang tidak jenuh efektik sebagai agensia fungistatis, terutama asam sorbat yang sangat bermamfaat dalam pengendalian jamur didalam keju yang dikemas. Pada margarin yang dibuat dari susu fermentasi, dilaporkan bahwa untuk tujuan pengawetan, penambahan asam sorbat yang diperlukan secara fungsional adalah sepertiga lebih rendah daripada asam benzoat. Selanjutnya ditunjukkan bahwa asam sorbat secaram efektif terhadap banyak jamur biasa dijumpai dalam daging, dan sekarang penggunaanya dalam pengolahan berbagai-bagai bahan yang telah dilakukan. Pada tingkat pertumbuhan jamur yang rendah, asam sorbat berperan sebagai fungistatis, dan bahkan dapat memperlihatkan sifat fungisida terhadap organisme. Asam sorbat telah menjadi subjek yang diteliti dengan inensif.

Adapun struktur dari kalium sorbat yaitu, ( Wisnu, 2006 ) :

CH3-CH=CH-CH=CH-COOK

Adapun sifat dari kalium sorbat yaitu, ( Wisnu, 2006 ) : 1. Berbentuk kristal putih atau berbentuk tepung 2. Berbau khas

3. Larut didalam air

4. Sedikit larut didalam etanol


(26)

Tabel 2.1.Kelarutan Asam Sorbat dan Kalium Sorbat

Pelarut Kelarutan ( % )

Asam Sorbat Kalium Sorbat

Air Suhu 20oC 0,16 58,2

50oC 0,55 61,0

100oC 4,00 64,0

Etanol 15 % 4,00 64,0

10 % 0,16 57,4

12,9 2,0

d. Asam Sorbat memiliki struktur molekul :

Adapun sifat dari asam sorbat yaitu, ( Depkes RI, 1995 ) : 1. Berat Molekul 112,13

2. Mengandung tidak kurang dari 99,0 % dan tidak lebih dari 101,0% C6H6O2, dihitung terhdap zat anhidrat

3. Pemerian serbuk hablur, putih , mengalir bebas, berbau khas. 4. Kelarutan sukar larut didalam etanol dan dalam eter

5. Jarak lebur antara 132oC dan 135oC 6. Air tidak lebih dari 0,5%

7. Sisa pemijaran tidak lebih dari 0,2% 8. Logam berat tidak boleh lebih dari 10 bpj.


(27)

percobaan memperlihatkan toksisitas yang sangat rendah dari asam sorbat dan sorbat pada hewan mamalia bahkan pada pemeriksaan tingkat kronik sorbat 10 % pada diet dan tanpa menimbulkan aktivitas karsinogenik. Rendahnya tingkat toksisitas, memberikan kenyataan bahwa asam sorbat dan sorbat dimetabolisme seperti asam lemak lainnnya. Kondisi yang ekstrem ( suhu dan konsentrasi yang tinggi ) asam sorbat dapat bereaksi dengan nitrit membentuk produk mutagen yang tidak terdeteksi dibawah kondisi normal penggunaan, bahkan dalam curing asinan. Asam sorbat kemungkinan juga memberikan efek iritasi kulit apabila langsung dipakai pada kulit, sedangkan untuk garam sorbat belum diketahui efeknya terhadap tubuh(Wisnu,2006 ).

2.2. Bahan Pemanis

Pemanis merupakan senyawa kimia yang sering ditambahkan dan digunakan untuk produk olahan pangan, industri, serta minuman dan makanan kesehatan. Pemanis berfungsi untuk meningkatkan cita rasa dan aroma, memperbaiki sifat-sifat fisik, sebagai pengawet, memperbaiki sifat-sifat kimia sekaligus merupakan sumber kalori yang penting bagi tubuh, mengembangkan jenis minuman dan makanan dengan jumlah yang terkontrol, mengontrol program pemeliharaan dan penurunan berat badan, mengurangi kerusakan gigi, dan sebagai bahan substitusi pemanis utama. Perkembangan industri pangan dan minuman akan kebutuhan pemanis dari tahun ketahun semakin meningkat. Industri pangan dan minuman lebih menyukai menggunaan pemanis sintetis karena harganya relatif murah, tingkat kemanisan pemanis sintetis jauh lebih tinggi dari pemanis alami. Hal tersebut mengakibatkan terus meningkatnya penggunaan pemanis sintetis terutama sakarin dan siklamat


(28)

Tambahan bahan makanan lain yang secara khusus menarik perhatian adalah pemanis berkalori rendah atau tanpa energi sama sekali. zat pemanis sintetis merupakan zat yang dapat menimbulkan rasa manis atau dapat membantu mempertajam penerimaan terhadap rasa manis tersebut, sedangkan kalori yang dihasilkannya jauh lebih rendah daripada gula (Winarno, 1997).

Diterimanya pangan oleh suatu individu dipengaruhi oleh sifat estetika seperti rasa, warna, bau, dan tekstur. Rasa bergantung pada selera dan bau. Tanpa adanya rasa, rasa pangan terasa hambar karena membedakan kemanisan, rasa asin, keasaman,rasa pahit, atau kombinasi keempat rasa, hanya bisa dengan penasaran. Rasa manis dapat dirasakan pada ujung sebelah lidah. Rasa manis dihasilkan pada ujung lidah sebelah luar lidah. Rasa manis dihasilkan oleh berbagai senyawa organik, termaksud alkohol, glikol, gula, dan turunan gula. Sukrosa adalah turunan bahan pemanis pertama yang digunakan secara komersial karena pengusahaannya paling ekonomis (Wisnu, 2006).

2.2.1. Tujuan Penggunaan Pemanis Sintetis

Pemanis ditambahkan kedalam bahan pangan mempunyai beberapa tujuan di antaranya sebagai berikut, (Wisnu, 2006) :

1. Sebagai pangan bagi penderita diabetes mellitus karena tidak menimbulkan kelebihan gula darah

2. Memenuhi kebutuhan kalori rendah untuk penderita kegemukan 3. Sebagai penyalur obat

4. Menghindari kerusakan gigi


(29)

sintetis ini selain mempunyai tingkat rasa manis yang lebih tinggi juga harganya relatif murah dibandingkan dengan gula yang di produksi di alam.

2.2.2. Persyaratan bahan Pemanis Sintetis yang Diizinkan oleh Pemerintah

persyaratan pemanis sintetis menurut peraturan Menkes Republik Indonesia No.208/Menkes/Per/ IV /1985.

Tabel 2.2. Persyaratan bahan pemanis sintetis yang diizinkan pemerintah : Nama

Pemanis ADI Jenis Bahan Batas Maksimal

Buatan Makanan Penggunaan

Aspartan

*) 0-40 mg - -

Sakarin ( serta

garam Makanan berkalori rendah :

Natrium ) a. Permen karet 50 mg/kg ( sakarin )

b. Permen 100 mg/kg ( Na-Sakarin )

c. Saus 300 mg/kg ( Na-Sakarin )

d. Es lilin 300 mg/kg ( Na-Sakarin )

e. Jem dan Jeli 200 mg/kg ( Na-Sakarin )

0-2,5 mg f. Minuman ringan 300 mg/kg ( Na-Sakarin )

g. Minuman Yoghurt 300 mg/kg ( Na-Sakarin )

h. Es krim dan sejenisnya 200 mg/kg ( Na-Sakarin )

Sikamat

( serta Makanan berkalori rendah :

garam

Natrium a. Permen karet

500 mg/kg dihitung sebagai Asam siklamat dan garam

kalsium )

b. Permen 1 g/kg dihitung sebagai

Asam siklamat

c. Saus 3 g/kg dihitung sebagai

Asam siklamat

d. Es krim dan sejenisnya 2 g/kg dihitung sebagai Asam siklamat

e Es Lilin 1 g/kg dihitung sebagai

Asam siklamat

f. Jem dan Jeli 1 g/kg dihitung sebagai

Asam siklamat

g. Minuman ringan 1 g/kg dihitung sebagai

Asam siklamat

h. Minuman Yoghurt 1 g/kg dihitung sebagai


(30)

a. Natrium Sakarin

Sebagai pemanis buatan biasanya dalam bentuk garam berupa kalsium, kalium, dan natrium sakarin dengan rumus kimia (C14H8CaN2O6S2.3H2O), (C7H4KNO3S.2H2O), dan (C7H4NaNO3S.2H2O). Secara umum, garam sakarin berbentuk kristal putih, tidak berbau atau berbau aromatik lemah, dan mudah larut dalam air, serta berasa manis. Sakarin memiliki tingkat kemanisan relatif sebesar 300 sampai dengan 500 kali tingkat kemanisan sukrosa dengan tanpa nilai kalori. Kombinasi penggunaannya dengan pemanis buatan rendah kalori lainnya bersifat sinergis

Intensitas natrium sakarin cukup tinggi yaitu 200-700 kali sukrosa 10%. Disamping rasa manis sakarin juga mempunyai rasa pahit yang disebabkan oleh kemurnian yang rendah dari proses sintetik. pemerintah Indonesia mengeluarkan peraturan melalui Menteri Kesehatan RI No.208/Menkes/Per/IV/1985 untuk pemanis buatan dan No.722/Menkes/Per/IX/1988 tentang Bahan Tambahan Pangan, bahwa pada pangan dan minuman olahan khusus yaitu berkalori rendah dan untuk penderita penyakit diabetes mellitus kadar maksimum sakarin yang diperbolehkan adalah 300 mg/kg.


(31)

Struktur molekul natrium sakarin :

Adapun sifat dari natrium sakarin yaitu, ( Depkes RI, 1995 ) :

Mengandung tidak kurang dari 98,0% dan tidak lebih dari 101,0% C7H8HNaO3S, dihitung terhadap zat anhidrat dengan berat molekul 205,16 gram/mol.

1. Pemerian Hablur atau serbuk hablur, putih, tidak berbau atau agak aromatik, rasa sangat manis walau dalam larutan encer. Larutan encernya tidak lebih kurang 300 kali semanis sukrosa.

2. Bentuk serbuk biasanya mengandung sepertiga jumlah teoritis air hidrat akibat perekahan.

3. Kelarutan mudah larut dalam air, agak sukar larut didalam etanol

4. Baku pebanding o-Toluenasulfonamida BPFL, tidak boleh dikeringkan sebelum digunakan, simpan dalam wadah tertutup.

Manfaat natrium Sakarin:

Sakarin secara luas digunakan pengganti gula dengan bahan pemanis lain seperti siklamat dan aspartame. Hal yang dimaksudkan untuk menutupi rasa tidak enak dari sakarin dan memperkuat rasa manis. Sebagai contoh kombinasi sakarin dan siklamat dengan perbandingan 1:3 merupakan campuran paling baik sebagai pemanis yang menyerupai gula dan minuman. Produk pangan yang menggunakan sakarin di


(32)

antaranya adalah minuman ringan ( solf drink ), permen, selai, bumbu salad, gelatin rendah kalori, dan hasil olahan lain tanpa gula. Selain itu sakarin digunakan sebagai bahan tambahan pada produk kesehatan mulut seperti pasta gigi, dan obat pencuci atau penyegar mulut ( Wisnu, 2006 ).

Dampak dari penggunaan Natrium Sakarin :

Natrium sakarin didalam tubuh tidak mengalami metabolisme sehingga diekresikan melalui urine tanpa perubahan kimia. Beberapa penilitian mengenai dampak konsumsi sakarin terhadap tubuh manusia masih menunjukkan hasil konvensional. Hasil penelitian National Academy of Science tahun 1968 menyatakan bahwa konsumsi sakarin oleh orang dewasa sebayak 1 gram atau lebih menyebabkan terjadinya gangguan kesehatan. Pada penelitian lain menyebutkan sakarin pada dosis yang tinggi dapat menyebabkan kanker pada hewan percobaan. Pada tahun 1977 Canada’s Health Protection Branch melaporkan bahwa sakarin bertanggung jawab terjadinya kanker kandung kemih. Sejak saat itu dilarang penggunaan sakarin di Canada (Wisnu, 2006 ). b. Sakarin memiliki struktur, ( Depkes RI, 1995 ) :

O

NH

SO2

Adapun sifat dari sakarin yaitu, ( Depkes RI, 1995 ) :

1. Mengandung tidak kurang dari 98,0% dan tidak lebih dari 101,0% C7H5NO3S dihitung dengan jumlah zat yang keringkan

2. Pemerian serbuk atau hablur putih, tidak berbau aromatik lemah. Larutan bereaksi asam terhadap lakmus


(33)

3. Kelarutan agak sukar larut dalam air, dalam koroform, dan dalam eter. Larut dalam air mendidih dan larut dalam etanol. Mudah larut dalam larutan yang encer, dalam larutan alkali hidroksida dan larutan alkali karbonat dengan pembentukan kanbondioksida.

4. Baku pabanding o-Toluenasulfonamida BPFL, boleh dikeringkan sebelum digunakan., dalam wadah tertutup.

5 Mengandung tidak kurang dari 98,0% dan tidak lebih dari 101,0% C7H8HNaO3S, dihitung terhadap zat anhidrat dengan berat molekul 205,16 gram/mol.

6. Pemerian Hablur atau serbuk hablur, putih, tidak berbau atau agak aromatik, rasa sangat manis walau dalam larutan encer. Larutan encernya tidak lebih kurang 300 kali semanis sukrosa.

7. Bentuk serbuk biasanya mengandung sepertiga jumlah teoritis air hidrat akibat perekahan.

8. Kelarutan mudah larut dalam air, agak sukar larut didalam etanol

9. Baku pebanding o-Toluenasulfonamida BPFL, tidak boleh dikeringkan sebelum digunakan, simpan dalam wadah tertutup.

2.3. Kromatografi Cair Kinerja Tinggi ( KCKT ) 2.3.1. Sejarah

Kromatografi adalah suatu istilah umum yang digunakan untuk bermacam-macam teknik pemisahan yang didasarkan atas partisi sampel diantara suatu rasa gerak yang bisa berupa gas ataupun cair dan rasa diam yang juga bisa berupa cairan ataupun suatu padatan. Penemu Kromatografi adalah Tswett yang pada tahun 1903, mencoba memisahkan pigmen-pigmen dari daun dengan menggunakan suatu kolom yang berisi


(34)

kapur ( CaSO4 ). lstilah kromatografi diciptakan oleh Tswett untuk melukiskan daerah-daerah yang berwarna yang bergerak kebawah kolom. Pada waktu yang hampir bersamaan, D.T. Day juga menggunakan kromatografi untuk memisahkan fraksi-fraksi petroleum, namun Tswett lah yang pertama diakui sebagai penemu dan yang menjelaskan tentang proses kromatografi ( Johnson,1991 ).

Penyelidikan tentang kromatografi kendor untuk beberapa tahun sampai digunakan suatu teknik dalam bentuk kromatografi padatan cair ( LSC ). Kemudian pada akhir tahun 1930-an dan permulaan tahun 1940 an, kromatografi mulai berkembang. Dasar kromatografi lapisan tipis ( TLC ) diletakkan pada tahun 1938 oleh Izmailov dan Schreiber, dan kemudian diperhalus oleh Stahl pada tahun 1958. Hasil karya yang baik sekali dari Martin dan Srynge pada tahun 1941 ( untuk ini mereka memenangkan Nobel ) tidak hanya mengubah dengan cepat kromatografi cair tetapi seperangkat umum langkah untuk pengembangan kromatografi gas dan kromatografi kertas. Pada tahun 1952 Martin dan James mempublikasikan makalah pertama mengenai kromatografi gas. Diantara tahun 1952 dan akhir tahun 1960 an kromatografi gas dikembangkan menjadi suatu teknik analisis yang canggih.

Kromatografi cair, dalam praktek ditampilkan dalam kolom gelas berdiameter besar, pada dasamya dibawah kondisi atmosfer. Waktu analisis lama dan segala prosedur biasanya sangat membosankan. Pada akhir tahun 1960 an, semakin banyak usaha dilakukan untuk pengembangan kromatografi cair sebagai suatu teknik mengimbangi kromatografi gas. High Performance Liquid Chromatography ( HPLC) atau Kromatografi Cair Penampilan Tinggi atau High Preformance = Tekanan atau Kinerja Tinggi, High Speed = Kecepatan Tinggi dan Modern = moderen) telah


(35)

berhasil dikembangkan dari usaha ini. Kemajuan dalam keduanya instrumentasi dan pengepakan kolom terjadi dengan cepatnya sehingga sulit untuk mempertahankan suatu bentuk hasil keahlian membuat instrumentasi dan pengepakan kolom dalam keadaan tertentu. Tentu saja, saat ini dengan teknik yang sudah matang dan dengan cepat KCKT mencapai suatu keadaan yang sederajat dengan kromatografi gas.

2.3.2. Kelebihan KCKT

Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) atau High Pressure Liquid

Chromatography (HPLC) merupakan salah satu metode kimia dan fisikokimia. KCKT termasuk metode analisis terbaru yaitu suatu teknik kromatografi dengan fasa gerak cairan dan fasa diam cairan atau padat. Banyak kelebihan metode ini jika dibandingkan dengan metode lainnya ( Done dkk, 1974; Snyder dan Kirkland, 1979; Hamilton dan Sewell, 1982; Johnson dan Stevenson, 1978).

Kelebihan itu antara lain,

• mampu memisahkan molekul-molekul dari suatu campuran • mudah melaksanakannya

• kecepatan analisis dan kepekaan yang tinggi

• dapat dihindari terjadinya dekomposisi / kerusakan bahan yang dianalisis • Resolusi yang baik

• dapat digunakan bermacam-macam detektor • Kolom dapat digunakan kembali

• mudah melakukan " sample recovery ".


(36)

a. Pompa ( Pump )

Fase gerak dalam KCKT adalah suatu cairan yang bergerak melalui kolom. Ada dua tipe pompa yang digunakan, yaitu kinerja konstan ( constant pressure ) dan pemindahan konstan ( constant displacement ). Pemindahan konstan dapat dibagi menjadi dua, yaitu: pompa reciprocating dan pompa syringe. Pompa reciprocating

menghasilkan suatu aliran yang berdenyut teratur ( pulsating ),oleh karena itu membutuhkan peredam pulsa atau peredam elektronik untuk, menghasilkan garis dasar ( base line ) detektor yang stabil, bila detektor sensitif terhadapan aliran. Keuntungan utamanya ialah ukuran reservoir tidak terbatas. Pompa syringe memberikan aliran yang tidak berdenyut, tetapi reservoirnya terbatas(Johnson, 1991 ).

b. Injektor ( injector )

Sampel yang akan dimasukkan ke bagian ujung kolom, harus dengan disturbansi yang minimum dari material kolom. Ada dua model umum :

a. Stopped Flow

b. Solvent Flowing

Ada tiga tipe dasar injektor yang dapat digunakan :

a. Stop-Flow : Aliran dihentikan, injeksi dilakukan pada kinerja atmosfir, sistem tertutup, dan aliran dilanjutkan lagi. Teknik ini bisa digunakan karena difusi di dalam cairan kecil clan resolusi tidak dipengaruhi.

b. Septum : Septum yang digunakan pada KCKT sama dengan yang digunakan pada Kromtografi Gas. Injektor ini dapat digunakan pada kinerja sampai 60 -70 atmosfir. Tetapi septum ini tidak tahan dengan semua pelarut-pelarut


(37)

Kromatografi Cair.Partikel kecil dari septum yang terkoyak ( akibat jarum injektor ) dapat menyebabkan penyumbatan.

c. Loop Valve: Tipe injektor ini umumnya digunakan untuk menginjeksi volume lebih besar dari 10 dan dilakukan dengan cara automatis ( dengan menggunakan adaptor yang sesuai, volume yang lebih kecil dapat diinjeksikan secara manual ). Pada posisi LOAD, sampel diisi kedalam loop pada kinerja atmosfir, bila VALVE difungsikan, maka sampel akan masuk kedalam kolom. Ada tiga macam sistem injektor pada KCKT yaitu :

a. Injektor dengan memakai diafragma ( septam ) b. Injektor tanpa septum

c. Injektor dengan pipa dosis

Sebab ketetapan jumlah volume sample yang di injeksikan akan sangat penting untuk analisis kuantitatif dan keadaan ini hanya dapat diantisifasi dengan injektor system pipa dosis ( sample load ) prinsi kerja pipa dosis adalah “ load-inject ” ini bearti pada keadaan pertama sample akan masuk loop dan akhirnya dengan volume yang tidak berkurang sedikit pun segera masuk menuju kolom pemisahan. Salah satu conth injektor “ load inject ” adalah memakai nama dagang “ Rheodyne ” dengan bermacam-macam model ( Mulja, 1995 ).

c. Kolom ( Column )

Kolom adalah jantung kromatografi. Berhasil atau gagalnya suatu analisis tergantung pada pemilihan kolom dan kondisi percobaan yang sesuai. Kolom dapat dibagi menjadi dua kelompok :

a. Kolom analitik : Diameter dalam 2 -6 mm. Panjang kolom tergantung pada jenis material pengisi kolom. Untuk kemasan pellicular, panjang yang digunakan


(38)

adalah 50 -100 cm. Untuk kemasan poros mikropartikulat, 10 -30 cm. Dewasa ini ada yang 5 cm.

b. Kolom preparatif : umumnya memiliki diameter 6 mm atau lebih besar dan panjang kolom 25 -100 cm.

Kolom umumnya dibuat dari stainlesteel dan biasanya dioperasikan pada temperatur kamar, tetapi bisa juga digunakan temperatur lebih tinggi, terutama untuk kromatografi penukar ion dan kromatografi eksklusi. Pengepakan kolom tergantung pada model KCKT yang digunakan ( Liquid Solid Chromatography, LSC; Liquid Liquid Chromatography, LLC; Ion Exchange Chromatography, IEC, Exclution

Chromatography, EC )

d. Detektor

Suatu detektor dibutuhkan untuk mendeteksi adanya komponen sampel di dalam kolom ( analisis kualitatif ) dan menghitung kadamya ( analisis kuantitatif ).Detektor yang baik memiliki sensitifitas yang tinggi, gangguan ( noise) yang rendah, kisar respons linier yang luas, dan memberi respons untuk semua tipe senyawa. Suatu kepekaan yang rendah terhadap aliran dan fluktuasi temperatur sangat diinginkan, tetapi tidak selalu dapat diperoleh ( Johnson, 1991 ).

Detektor KCKT yang umum digunakan adalah detektor UV 254 nm. Variabel panjang gelombang dapat digunakan untuk mendeteksi banyak senyawa dengan range yang lebih luas. Detektor indeks refraksi juga digunakan secara luas, terutama pada kromatografi eksklusi, tetapi umumnya kurang sensitif jika dibandingkan dengan detektor UV. Detektor-detektor lainnya antara lain, ( Mulja,1995 ) :

a. Detektor Fluorometer -Detektor Spektrofotometer Massa b. Detektor lonisasi nyala -Detektor Refraksi lndeks


(39)

c. Detektor Elektrokimia -Detektor Reaksi Kimia

Detektor pada kromatografi cair kinerja tinggi dapat digolongkan atas 2 macam yaitu :

• Detektor tipe G ( General ) : mendeteksi zat secara umum, tidak bersifat spesifik, tidak bersifat selektif

• Detektor tipe S ( Selektif ) : mendeteksi komponen dengan spesifik dan selektif.

e. Elusi Gradien

Elusi Gradien didefinisikan sebagai penambahan kekuatan fasa gerak selama analisis kromatografi berlangsung. Efek dari Elusi Gradien adalah mempersingkat waktu retensi dari senyawa-senyawa yang tertahan kuat pada kolom. Dasar-dasar elusi gradien dijelaskan oleh Snyder

Elusi Gradien menawarkan beberapa keuntungan : a. Total waktu analisis dapat direduksi

b. Resolusi persatuan waktu setiap senyawa dalam campuran bertambah c. Ketajaman Peak bertambah ( menghilangkan tailing )

d. Efek sensitivitas bertambah karena sedikit variasi pada peak

f. Fase gerak

Di dalam kromatografi cair komposisi dari solven atau rasa gerak adalah salah

satu dari variabel yang mempengaruhi pemisahan. Terdapat variasi yang sangat luas pada solven yang digunakan untuk KCKT, tetapi ada beberapa sifat umum yang sangat disukai, yaitu rasa gerak harus :

1. Murni, tidak terdapat kontaminan


(40)

3. Sesuai dengan detektor 4. Melarutkan sampel

5. Memiliki visikositas rendah

6. Bila diperlukan, memudahkan " sample recovery "

7. Diperdagangan dapat diperoleh dengan harga murah ( reasonable price )

Umumnya, semua solven yang sudah digunakan langsung dibuang karena prosedur pemurniannya kembali sangat membosankan dan mahal biayanya. Dari semua persyaratan di atas, persyaratan 1 ) s/d 4 ) merupakan yang sangat penting. Menghilangkan gas ( gelembung udara ) dari solven, terutama untuk KCKT yang menggunakan pompa bolak balik ( reciprocating pump ) sangat diperlukan terutama bila detektor tidak tahan kinerja sampai 100 psi. Udara yang terlarut yang tidak dikeluarkan akan menyebabkan gangguan yang besar di dalam detektor sehingga data yang diperoleh tidak dapat digunakan ( the data may be useless ). Menghilangkan gas ( degassing ) juga sangat baik bila menggunakan kolom yang sangat sensitif terhadap udara ( contoh : kolom berikatan dengan NH2 ) ( Johnson, 1991).

Dilihat dari jenis fase diam dan fase gerak maka kromatografi cair kinerja tinggi ( kolomnya ) dibedakan atas :

a. Kromatografi Fase Normal

Kromatografi dengan kolom konvensial dimana fase diamnya “normal” bersifat polar, misalnya silica gel, sedangkan ase geraknya bersifat non polar ( Mulja, 1995 ).

b. Kolom Fase Terbalik.

Kromatografi dengan kolom yang fase diamnya bersifat non polar, sedangkan fase geraknya bersifat polar kebalikan dari fase normal. Kromatgrafi fase terbalik sebenarnya sudah lama dipikirkan oleh Boscott ( 1947 ), tetapi baru sekitar tahun 1948 Bonldingh berhasil memisahkan asam-asam lemak dengan rantai panjang melalui


(41)

suatu kolom yang berisi bahan karet ( non polar ) dan dielusi dengan larutan pengembang campur yang polar yaitu campuran air-metanol-aseton.untuk mendapatkan fase yang non polar silica gel direaksikan dengan klorosilan Cl-Si-(R)n. fase diam yang nonpolar yang banyak dipakai adalah jenis C18 , C8, dan C2.

Keuntungan kromatografi fase terbalik, ( Mulja,1995 ) yaitu :

a. Senyawa yang polar akan lebih pemisahannya pada kromatografi fase terbalik b. Senyawa yang mudah terionkan ( ionik ) yang tidak terpisahkan pada

kromatografi cair kinerja tinggi “normal” akan dapat dipisahkan pada kromatografi fase terbalik.

c. Dengan kromatografi fase terbalik air dapat digunakan sebagai salah satu komponen pada pelarut pegembang campur.

2.3.4.. Keuntungan KCKT

Kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT) dapat dipandang sebagai pelengkap Kromatografi Gas ( KG ). Dalam banyak hal kedua teknik ini dapat digunakan untuk memperoleh efek pemisahan yang sama membaiknya. Bila derivatisasi diperlukan pada KG, namun pada KCKT zat-zat yang tidak diderivatisasi dapat dianalisis. Untuk zat-zat yang labil pada pemanasan atau tidak menguap, KCKT adalah pilihan utama. Namun demikian bukan berarti KCKT menggantikan KG, tetapi akan memainkan peranan yang lebih besar bagi para analis laboratorium. Derivatisasi juga menjadi populer pada KCKT karena teknik ini dapat digunakan untuk menambah sensitivitas detektor UV Visibel yang umumnya digunakan. KCKT menawarkan beberapa keuntungan dibanding dengan kromatografi cair klasik, antara lain:


(42)

Waktu analisis umumnya kurang dari 1 jam. Banyak analisis yang dapat diselesaikan sekitar 15-30 menit. Untuk analisis yang tidak rumit ( uncomplicated ), waktu analisis kurang dari 5 menit bisa dicapai.

b. Resolusi

Berbeda dengan KG, Kromatografi Cair mempunyai dua fase dimana interaksi selektif dapat terjadi. Pada KG, gas yang mengalir sedikit berinteraksi dengan zat padat; pemisahan terutama dicapai hanya dengan fase diam. Kemampuan zat padat berinteraksi secara selektif dengan fase diam dan fase gerak pada KCKT memberikan parameter tambahan untuk mencapai pemisahan yang diinginkan.

c. Sensitivitas detektor

Detektor absorbsi UV yang biasa digunakan dalam KCKT dapat mendeteksi kadar dalam jumlah nanogram (10-9 gram) dari bermacam- macam zat. Detektor-detektor Fluoresensi dan Elektrokimia dapat mendeteksi jumlah sampai picogram (10-12 gram). Detektor-detektor seperti Spektrofotometer Massa, Indeks Refraksi, Radiometri, dll dapat juga digunakan dalam KCKT

d. Kolom yang dapat digunakan kembali

Berbeda dengan kolom kromatografi klasik, kolom KCKT dapat digunakan kembali (reusable) . Banyak analisis yang bisa dilakukan dengan kolom yang sama sebelum dari jenis sampel yang diinjeksi, kebersihan dari solven dan jenis solven yang digunakan.

e. Ideal untuk zat bermolekul besar dan berionik

zat – zat yang tidak bisa dianalisis dengan KG karena volatilitas rendah , biasanya diderivatisasi untuk menganalisis psesies ionik. KCKT dengan tipe eksklusi dan penukar ion ideal sekali untuk mengalissis zat – zat tersebut.


(43)

f. Mudah rekoveri sampel

Umumnya setektor yang digunakan dalam KCKT tidak menyebabkan destruktif (kerusakan) pada komponen sampel yang diperiksa, oleh karena itu komponen sampel tersebut dapat dengan mudah sikumpulkan setelah melewati detector. Solvennya dapat dihilangkan dengan menguapkan ksecuali untuk kromatografi penukar ion memerlukan prosedur khusus.

2.3.5. Seleksi Tipe KCKT

Analisis ( pengguna KCKT ) sebelum mengoperasikan KCKT, harus membuat keputusan tipe yang mana yang harus dipilih yang dapat memberikan informasi yang diinginkan.

Skema 2.I Seleksi tipe KCKT adalah suatu petunjuk umum untuk seleksi tipe KCKT . Informasi ini akan memudahkan para analis untuk memutuskan pemelihan tipe KCKT yang memberikan para analis untuk memutuskan pemilihan tipe KCKT yang memberikan kemungkinan terbaik pada pemisahaan yang diinginkan. Namun, sampel yang tidak dikenal ( unknown ) akan menyulitkan pemilihannya tipe KCKT. Informasi seperti kelarutan, gugus fungsi yang ada, besarnya Berat Molekul dapat diperoleh dari pembuat informasi, pemberi sampel, atau data spektroskopik seperti

nucleic magnetic resonance Spectrosphotometer, infra red spectrophotometer, ultra violet spectrumeter, dan massa Spectrophotometer. Semua data-data ini dapat digunakan sebagai petunjuk bagi analis memilih tipe HPLC yang tepat untuk digunakan ( Johnson, 1991 ).


(44)

larut dalam air : Eksklusi,fasa air BM>2000

tidak larut dalam air : Eksklusi, fasa bukan air

Homolog: kromatografi partisi Sampel- Tidak larut dalam air Isomer : kromatografi cair padat

Perbedaan Ukuran : eksklusi kromatografi partisi, fasa terbalik Larut dalam air

eksklusi, fasa gerak air BM<2000

kromatografi partisi, fasa terbalik

Larut dalam air ( non ionik )

eksklusi, fasa terbalik Basa: pertukaran ion kation Larut dalam air ( ionic )

Asam: pertukaran ion anion larut dalam air

(ionik & Nonionik) partisi pasangan ion fasa terbalik

Skema 2.1: Seleksi tipe KCKT (Johnson, 1991).

Dengan berpedoman pada Hukum Dasar " like dissolves like " maka sangat mudah untuk memutuskan tipe KCKT yang akan dipilih. Dari Skema 1 : Seleksi tipe KCKT, dengan cepat kita dapat melihat bahwa Berat Molekul (BM) lebih besar dari 2000, maka kita dapat menggunakan kromatografi eksklusi. Fase geraknya adalah air jika sampelnya larut dalam air; bila dapat larut dalam pelarut organik maka digunakan


(45)

pelarut- pelarut organik sebagai fase gerak ( Johnson,1991 ).

Fase diamnya adalah Sephadex atau ( Bondagel Seri E untuk fase gerak air dan

Styragel atau MicroPak TSK gel untuk fase gerak organik. Bila BM lebih rendah dari 2000, pertama yang harus ditentukan adalah apakah sampel dapat larut dalam air. Bila sampel dapat larut dalam air, maka kromatografi partisi fase terbalik atau kromatografi penukar ion dapat digunakan. Bila kelarutan dipengaruhi oleh penambahan asam atau basa atau bila pH larutan bervariasi lebih dari 2 (dua) satuan pH dari pH 7, maka kromatografi penukar ion adalah pilihan utama. Bila kelambatan tidak dipengaruhi oleh asam dan basa dan larutan sampel adalah netral, maka kromatografi partisi fase terbalik adalah pilihan terbaik. Tipe Eksklusi menggunakan ukuran poros yang kecil dan fasa air dapat juga dicoba ( Johnson, 1991 ).

Bila sampel tidak larut dalam air, kromatografi partisi atau kromatografi padat cair dianjurkan untuk digunakan. Untuk pekerjaan rutin disarankan menggunakan kromatografi partisi fase terikat normal karena kolom-kolom ini tidak begitu rumit dalam perawatannya setelah digunakan. Untuk sampel-sampel isomer kromatografi padat cair lebih baik digunakan. Bila sampel memiliki perbedaan ukuran partikel yang besar, kromatografi eksklusi sterik dengan fase gerak organik dapat juga digunakan.

2.3.6. Penggunaan Kromatografi Cair Kinerja Tinggi dalam Bidang Farmasi

Kromatografi Cair Kinerja Tinggi ( KCKT ) merupakan suatu metoda pemisahan canggih dalam analisis farrnasi yang dapat digunakan sebagai uji identitas, uji kemurnian dan penetapan kadar. Titik beratnya adalah untuk analisis senyawasenyawa


(46)

yang tidak mudah menguap dan tidak stabil pada suhu tinggi, yang tidak bisa dianalisis dengan Kromatografi Gas. Banyak senyawa yang dapat dianalisis, dengan KCKT mulai dari senyawa ion anorganik sampai senyawa organic makromolekul. Untuk analisis dan pemisahan obat / bahan obat campuran rasemis optis aktif dikembangkan suatu fase pemisahan kiral ( chirale Trennphasen ) yang mampu menentukan rasemis dan isomer aktif. Pada Farmakope Indonesia Edisi III Tahun 1979 KCKT belum digunakan sebagai suatu metoda analisis baik kualitatif maupun kuantitatif. Padahal di Farmakope negara-negara maju sudah lama digunakan, seperti Farmakope Amerika Edisi 21 ( United State of Pharmacopoeia XXI ), Farmakope

Jerman Edisi 10 ( Deutches Arzneibuch 10 ) ( http :

Pada Farmakope Indonesia Edisi IV Tahun 1995 sudah digunakan KCKT dalam analisis kualitatif maupun kuantitatif dan uji kemumian sejumlah 277 (dua ratus tujuh puluh tujuh) obat/ bahan obat. Perubahan yang sangat spektakuler dari Farmakope Indonesia Edisi IV Tahun 1995 ini menunjukkan bahwa Pemerintah Indonesia melalui Departemen Kesehatan Republik Indonesia dan Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan benar-benar telah mengikuti perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi canggih dalam bidang analisis obat. Walaupun disadari biaya yang dibutuhkan untuk analisis dengan KCKT sangat mahal, namun metoda ini tetap dipilih untuk digunakan menganalisis 277 jenis obat bahan obat karena hasil analisis yang memiliki akurasi dan presisi yang tinggi, waktu analisis cepat ( http : /


(47)

BAB III

METODOLOGI

3.1. Alat

- HPLC Tipe LC. 10ADVP Simadzu

- Branson ultrsonic barnstead aquawave 9377

- Labu ukur 50 ml,1000 ml pyrex

- Membran filter 0,45 µm

- Milipore 0,45 µm Whatman CA W/GMF

- Beaker glass 50 ml pyrex

- Batang pengaduk - Aluminium foil

- Pipet volume 0,5 ; 1,0 ; 2,0 ; 3,0 ; 4,0 ml

3.2. Bahan


(48)

- Kalium dihidrogen pospat(s) - Metanol 60%

- Na - Benzoat (s) - K - Sorbat (s) - Na - Sakarin (s)

- Sampel Sirup markisa pohon pisang

3.3. Prosedur Percobaan.

1. Preparasi Sampel

Di timbang ± 5 gr sampel sirup markisa pohon pisang, Kemudian dimasukkan kedalam labu ukur 100 ml. Diencerkan dengan metanol 60 % sampai garis tanda didiamkan selama ± 1 malam sampai larutan mengendap ( sampel yang pekat atau kental ). Kemudian disaring dengan penyaring milipore 0,45 µm dan didiamkan. ( A )

2. Larutan Baku

Di timbang sebanyak 50,2 mg natrium benzoat, dimasukkan kedalam labu ukur 50 ml. Dilarutkan dengan metanol 60% dan diencerkan dengan aquabides sampai garis tanda. Dari larutan diatas dipipet berturut-turut 0,5 ml, 1 ml, 2 ml, 3 ml, dan 4 ml. Kemudian masing-masing dimasukkan kedalam labu ukur 50 ml. Diencerkan dengan metanol 60% sampai garis tanda. Dan disaring dengan penyaring milipore 0,45µm filtrat untuk larutan baku standar natrium benzoat. ( B 1 )

Di timbang sebanyak 50,7 mg kalium sorbat ,dimasukkan kedalam labu ukur 50 ml. Dilarutkan dengan metanol 60% dan diencerkan dengan aquabides sampai garis tanda. Dari larutan diatas dipipet berturut-turut 0,5 ml, 1 ml, 2 ml, 3 ml, dan 4 ml.


(49)

Kemudian masing-masing dimasukkan kedalam labu ukur 50 ml. Diencerkan dengan metanol 60% sampai garis tanda. Dan disaring dengan penyaring milipore 0,45µm filtrat untuk larutan baku standar Kalium benzoat. ( B 2 )

Di timbang sebanyak 49,6 mg natrium sakarin, dimasukkan kedalam labu ukur 50 ml. Dilarutkan dengan metanol 60% dan diencerkan dengan aquabides sampai garis tanda. Dari larutan diatas dipipet berturut-turut 0,5 ml, 1 ml, 2 ml, 3 ml, dan 4 ml. Kemudian masing-masing dimasukkan kedalam labu ukur 50 ml. Diencerkan dengan metanol 60% sampai garis tanda. Dan disaring dengan penyaring milipore 0,45µm filtrat untuk larutan baku standar natrium sakarin. ( B 3)

3. Cara Pembuatan Pereaksi

- Larutan dapar Phosfat pH 6,8 berfungsi sebagai fase gerak

Sebanyak 0,8709 gram K2HPO4 dan 0,68 gram KH2PO4 ditimbang dengan teliti dan dimasukkan kedalam labu takar 1000 ml. Dilarutkan dengan aquabides hingga garis batas.

- Larutan metanol 60% baerfungsi sebagai larutan pengecer

Sebanyak 600 ml metanol pekat diencerkan dengan aquabides 400 ml dalam labu takar 1000 ml

4. Prosedur Kerja

- Di hubungkan alat dengan sumber arus

- Di hidupkan DGU 12A, LC-10 ATvp, RF-10AXL, SCL-10Avp - Di hidupkan CPU, Monitor, Printer

- Pada menu Windows, klik dua kali icon class Vp - Di klik File, Methode dan new


(50)

a.Diklik Methode Instrument setup, klik taskbar pumps, isi parameter A flow 5 ml/min

b. Diklik Download, klik ok

c. Di buka katop DRAIN pada LC-10 ATvp

d. Di klik Icon Instrumen On/Off, tungggu hingga kira-kira 3 menit e. Di klik icon Turn Pumps On/Off

f. Di Buka Katup DRAIN pada LC-10 Atup

- Di klik Taskbar pumps, isi parameter A. flow dengan laju alur yang dinginkan ( catt : naikkan laju aliran tahap demi tahap )

- Diklik taskbar RF-10 AXL isi parameter panjang gelombang beri checklist pada kolom Acquisition Chanel On, isim parameter Run Time sesuai dengan waktu analisis

- Di klik download, klik ok - Di klik icon turn pump on/off - Di tunggu hingga kira-kira 15 menit

- Di klik File, Methode, Save as, Isi nama file methode, klik save - Di lihat posisi baseline dengam cara mengklik control, preview run

- Untuk mengganti skala tampilan monitor, klik tombol kanan mouse, pilih proporties, isi taskbar scale to dengan user defined, isi parameter y min dengan -0,01 y max dengan 0,04, klik ok

- Di klik icon zeros dan perhatikan kelurusan baselin, jika sudah lurus, lakukan test slope dengan cara mengklik icon threshold, klik waktu awal dan waktu akhir test. Nilai slope akan muncul, jika nilai slope kecil dari 500 bearti analisis bisa dilakukan


(51)

- Untuk memulai analisis, klik control, klik stop run

- Untuk memulai analisis, klik control, klik single run, sisi file data. Pastikan data path sebagai C: /Class Up/Data, untuk menspesifikasikan folder data - Di klik start, tunggu hingga muncul tampilan waiting for tringger pada monitor

Putar posisi tras injector Rheodyne pada posisi load, di injeksikan larutan baku Na-benzoat, k-sorbat dan Na-sakarin konsentrasi 0,5 ml, dengan menggunakan mycrosyringe, lalu putar posisi tuas pada posisi inject. Analisis akan mulai berlangsung dan telah diatur secara otomatis sesuai dengan waktu yang telah diatur atau dapat di stop secara manual dengan cara mengklik control, klik stop run

- Untuk mengganti skala tampilan monitor, di klik tombol kanan mouse, pilih proporties isi taskbar scale to dengan normalize, klik run

- Dilakukan perlakuan yang sama untuk larutan baku Na-benzoat, K-Sorbat, dan Na-sakarin 1 ml, 2 ml, 3 ml, dan 4 ml, dan sampel.

5. Cara penetapan analisis kadar

Larutan A ( sampel markisa pohon pisang ) dan Larutan B ( Na-benzoat, k-sorbat, dan Na-sakarin dengan konsentrasi masing-masing 0,5 ml, 1 ml, 2 ml, 3 m, dan 4 ml ) disuntikkan secara terpisah dan dilakukan Kromatografi Cair Kinerja Tinggi dengan kondisi sebagai berikut :

Kolom : Oktadesilsilana pada partikel silika 10 µm/5µm

φ 4 – 6 mm x 15 cm (atau yang sesuai)

Fase gerak : Dapar fospat : methanol (92: 8) disaring menggunakan

membran filter 0,45 µm dan didiamkan

Laju aliran : 1 ml/menit


(52)

Volume Penyuntikan : 10 µl - 20µl. 6. Interpretasi hasil

Kadar garam benzoat, sorbat dan sakarin dalam cuplikan dihitung menggunakan kurva kalibrasi dengan persamaan garis lurus

y = a + bx

Dimana : y = puncak area b = Slope x = Kadar (µg/ µl) a = Intersept

Rumus yang digunakan untuk penentuan kadar benzoat dan sakarin dengan menggunakan persamaan rumus :

a. Untuk penentuan kadar natrium benzoat

Kadar natrium benzoat = x

Benzoat Na M Benzoat Asam M

Wbx X Fp x p vol. 1000 x 100,51%

Dimana : BM asam benzoat = 122,12 BM asam Na-Benzoat = 144,11 Wb = Berat Sampel Fp = Faktor Pengeceran Vol.p = Volume Penyuntikan X = Kadar Benzoat ( µg/µl ) b. Untuk pentuan kadar kalium sorbat

Kadar kalium sorbat =

M Asam Sorbat x

M NaBenzoat Wbx

X

Fp x

p vol. 1000

x 100,70 %

Wb = Berat Sampel Fp = Faktor Pengeceran Vol.p = Volume Penyuntikan X = Kadar Sakarin ( µg/µl ) c. Untuk pentuan kadar natrium sakarin


(53)

Kadar natium sakarin = x Wb

X

Fp x

p vol. 1000

x 87,70 %

Wb = Berat Sampel Fp = Faktor Pengeceran Vol.p = Volume Penyuntikan X = Kadar Sakarin ( µg/µl )

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil dan Pembahasan 4.1.1. Data Percobaan

Tabel 4.1. Larutan Baku Na-Benzoat

Nama Zat Bobot Faktor Volume Respon Rasio

Pengeceran Penyuntikan Puncak ( RT )

( mg ) ( ml ) ( µl ) ( Area )

Na-Benzoat 50,2 50/0,5 x 50 829334 8,767

50/1 x 50 20 1603739 8,758

50/2 x 50 3380903 8,767

50/3 x 50 4888393 8,683

50/4 x 50 6149424 8,625


(54)

Nama Zat Bobot Faktor Volume Respon Rasio

Pengeceran Penyuntikan Puncak ( RT )

( mg ) ( ml ) ( µl ) ( Area )

K-Sorbat 50,7 50/0,5 x 50 712202 0,2028

50/1 x 50 20 7468709 0,4056

50/2 x 50 2930359 0,8112

50/3 x 50 4203814 1,2168

50/4 x 50 5290287 1,6224

Tabel 4.3. Larutan Baku Na-Sakarin

Nama Zat Bobot Faktor Volume Respon Rasio

Pengeceran Penyuntikan Puncak ( RT )

( mg ) ( ml ) ( µl ) ( Area )

Na-Sakarin 49,6 50/0,5 x 50 829334 0,1984

50/1 x 50 20 1603739 0,3968

50/2 x 50 3380903 0,7936

50/3 x 50 4888393 1,1904

50/4 x 50 6149424 1,5872

Tabel 4.4. Sampel

Nama Sampel Bobot

( mg )

Faktor Pengeceran

( ml )

Volume penyuntikan

( µl )

Respon puncak

(Area)

Rasio ( RT ) Sirup Markisa

pohon pisang

I. 5,1993 II. 5,2213 100 100 20 20 4738324 2734182 5,567 8,583 Sirup Markisa pohon pisang I. 5,1993 II.5,2213 100 100 20 20 4755585 2740496 5,550 8,542


(55)

- Data untuk penentuan kadar kalium sorbat tidak diperoleh dalam kromatogram. Hal ini disebabkan karena bahan pengawet kalium sorbat tidak terdapat dalam sampel sirup markisa pohon pisang.

4.1.3. Perhitungan

Tabel 4.5. Natrium Benzoat

No. X (µg/20µl) Y (area) XY X2

1 0,2008 763084 153227,2672 0,04032064

2 0,4016 1567220 62939,552 0,16128256

3 0,8032 3129963 2513986,282 0,64513024

4 1,2048 4496976 5417956,685 1,45154304

5 1,6064 5657272 9087841,741 2,58052096

∑ 0,84336 3122903 17802407,53 4,87880608

Tabel 4.6. Sampel sirup markisa untuk kadar natrium benzoat

Nama Sampel Bobot

( mg )

Faktor Pengeceran

( ml )

Volume Penyuntikan

( µl )

Respon Puncak

(Area)

Rasio ( RT ) Sirup markisa

pohon pisang

I. 5,1993 II. 5,2213 100 100 20 20 4738324 4755585 5,567 5,550


(56)

a =

− − 2 2 ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( X X Y X Y X

n

n

= 2 ) 2168 , 4 ( ) 87880608 , 4 ( 5 ) 15614515 )( 2168 , 4 ( ) 53 , 17802407 ( 5 − − = 78140224 , 17 3970304 , 24 85 , 65843286 65 , 89012037 − − = 6126262816 , 6 8 , 23167850 = 3503712,932 b =

− − 2 2 2 ) ( ) ( ) )( ( ) ( ) ( X X XY X Y X

n

= 2 ) 2168 , 4 ( ) 7880608 , 4 ( 5 ) 53 , 17802407 )( 2168 , 4 ( ) 15614515 )( 87880608 , 4 ( − − = 78140224 , 17 3940304 , 24 07 , 75069192 72 , 76180190 − − = 61262816 , 6 65 , 1110998

= 168011,6624

Kadar natrium benzoat :

Y = a + bX

dimana : Y = Area

a = Intersept b = Slope

X = Kadar Benzoat (µg/ml) Persamaan garis untuk natrium benzoat I : Y1 = 4738324

Y1 = 3503712,932 + 168011,6624 X X = Y1 - b

a

= 4738324 - 168011,6624

3503712,932


(57)

Kadar I = x Benzoat Na M Benzoat Asam M

Wbx

X Fp x p vol. 1000 x 100,51% Dimana :

M ( Berat Molekul ) = Asam benzoat : 122,12, Natrium sakarin : 144,11 Wb ( Berat Sampel ) = 5,1993 gram

Fp ( Faktor Pengeceran ) = 100 ml Vol.p ( Volume Penyuntikan ) = 20 µl

X ( Kadar Benzoat ) = 1,3044 ( µg/ µl)

Kadar I = x

11 , 144 12 , 122 x 1993 , 5 3044 , 1

100 x x

20 1000

100,51% = 1068,40 mg/kg

Y2 = 4755585 Y2 = a + bX

Y2 = 3503734,361 + 168011,6624 X X = Y2 – b

a = x Benzoat Na M Benzoat Asam M

4755585 - 168011,6624 3503734,361 = 1,3093 ( µg/ml )

Penentuan kadar natrium benzoat II :

Kadar II = x

Wb X Fp x p vol. 1000

x 100,51%

Kadar II = x

11 , 144 12 , 122

100 x x

5,2213 3093 , 1 20 1000

x 100,51%

= 1067,90 mg/kg

Kadar rata-rata =

2

2 1 kadar Kadar + = 2 mg/kg 1067,90 mg/kg 1068,40 +


(58)

Total kadar benzoat dalam sirup markisa pohon pisang : 1068 mg/kg

Syarat : Maksimum 1000 mg/kg

Kesimpulan : Tidak memenuhi syarat ( TMS )

Tabel 4.7 . Natrium Sakarin

No. X (µg/20µl) Y ( area ) XY X2

1 0,1984 829334 164537,8656 0,03936252

2 0,3968 1603739 636363,6352 0,15745024

3 0,7936 3380903 2683084,621 0,62980096

4 11,904 4888393 5819143,027 1,41705216

5 15,872 6149424 9760365,773 2,15920384

∑ 0,83329 3370358,6 19063496,92 4,76286976

Tabel 4.8. Sampel sirup markisa untuk kadar natrium sakarin

Nama Sampel Bobot

( mg )

Faktor Pengeceran

( ml )

Volume penyuntikan

( µl )

Respon puncak

(Area)

Rasio ( RT )

Sirup Markisa pohon pisang

I. 5,1993 II. 5,2213

100 100

20 20

2734182 2740496

8,583 8,542


(59)

a =

− − 2 2 ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( X X Y X Y X

n

n

= 2 ) 1664 , 4 ( ) 76286976 , 4 ( 5 ) 16851793 )( 1664 , 4 ( ) 92 , 190634496 ( 5 − − = 35888896 , 17 8143488 , 23 36 , 70211310 6 , 95317484 − − = 45545984 , 6 24 , 25106174 = 3889138,011 b =

− − 2 2 2 ) ( ) ( ) )( ( ) ( ) ( X X XY X Y X

n

= 2 ) 1664 , 4 ( ) 76286976 , 4 ( 5 ) 92 , 19063496 )( 1664 , 4 ( ) 16851793 )( 76286976 , 4 ( − − = 35888896 , 17 8143488 , 23 57 , 79426153 44 , 80263364 − − = 45545984 , 6 87 , 837210

= 168011,6624

Kadar natrium sakarin :

Y = a + bX

dimana : Y = Area

a = Intersept b = Slope

X = Kadar Sakarin (µg/ µl) Persamaan garis untuk sakarin

Y1 = 2734182

Y1 = 3889138,011+ 129690,3537X X = Y1 - b

a

= 2734182 – 129690,3537


(60)

= 0,6696 ( µg/µl ) Penentuan kadar natrium sakarin I :

Kadar I = x

Wb X

Fp x

p vol. 1000

x 87,70 %

Dimana : X ( Kadar Sakarin ( µg/ml ) : 0,6696 ( µg/µl )

Wb ( Bobot sampel ) : 5,1993 gr

Fp ( Faktor pengeceran ) : 100 ml Vol.p(Volume Penyuntikan) : 20 µl

Kadar I = x

1993 , 5 6696 , 0

100 x 20 1000

x 87,70%

= 564,73 mg/kg

Y2 = 2740496

Y2 = 3889138,011+ 129690,3537X

Y2 = a + bX2

X = Y2 – b

a

X =

x Wb

X

2740496 - 129690,3537 3889138,011 = 0,7013 ( µg/ µl )

Penentuan kadar natrium sakarin II :

Kadar II = Fp x

p vol. 1000

x 87,70 %

Dimana : X ( Kadar Sakarin ( µg/ml ) ) = 0,7014 ( µg/l )

Wb ( Berat Sampel ) = 5,2213 gr

Fp ( Faktor Pengeceran ) = 100 ml Vol.p (Volume Penyuntikan) = 20 µl


(61)

Kadar II = x 2213 , 5 6713 , 0 100 x 20 1000

x 87,70%

= 563,78 mg/kg

Kadar rata-rata =

2 2 1 kadar Kadar + = 2 mg/kg 563,78 mg/kg 564,73 +

= 564,255 mg/kg ≈ 564 mg/ kg

Total kadar natrium sakarin dalam sirup markisa pohon pisang : 564 mg/kg

Syarat : Maksimum 300 mg/kg

Kesimpulan : Tidak memenuhi syarat ( TMS )

4.2. Pembahasan

Penentuan kadar natrium benzoat, kalium sorbat, dan natrium sakarin pada sirup markisa pohon pisang dengan dilakukan di laboratorium Balai Besar Pengawasan Obat dan Makanan ( BBPOM ) Medan. Dimana sifat dari ketiga jenis pengawet dan pemanis tersebut, mempunyai dampak negatif dan positif bagi kesehatan konsumen yang mengkosumsi kadar ketiga jenis pengawet tersebut diambang batas maksimal yang diperbolehkan. Identifikasi sirup markisa pohon pisang dengan menggunakan Kromatografi Cair Kinerja Tinggi, volume penyuntikan antara 10µl - 20µl dengan laju 1,0 µl / menit, agar diperoleh hasil yang maksimal.

Dari data tabel Tabel 4.5. untuk data natrium benzoat dihitung dengan

persamaan y = a + bx, dimana a = 3503712,932 sebagai intersept,dan b=168011,6624 sebagai slope, sedangkan Y (puncak area) yang terdiri dari


(62)

Y1= 4738324 dan Y2= 4755585 pada kromatogram pada sampel sirup markisa pohon pisang yang digunakan untuk mencari kadar natium benzoat baik kadar natrium

benzoat I sebesar =1068,40 mg/kg dan kadar natrium benzoat II sebesar = 1067,90 mg/kg dengan menggunakan rumus dan untuk mencari kadar

rata-rata dari natrium benzoat dengan membagi kadar natrium benzoat I dan kadar benzoat II sehingga diperoleh hasil rata-rata sebesar 1068,15 mg/kg

Dari data tabel 4.7. untuk data natrium sakarin dihitung dengan persamaan y = a + bx, dimana a = 3889138,011 sebagai intersept, dan b = 129690,3537 sebagai

slope, sedangkan Y (puncak area) yang terdiri dari Y1= 2734182 dan Y2= 2740492 pada kromatogram pada sampel sirup markisa pohon pisang yang

digunakan untuk mencari kadar natium benzoat baik kadar natrium sakarin I sebesar =564,73 mg/kg dan kadar natrium benzoat II sebesar = 563,78 mg/kg dengan menggunakan rumus dan untuk mencari kadar rata-rata dari natrium sakarin dengan

membagi kadar natrium sakarin I dan kadar sakarin II sehingga diperoleh hasil rata-rata sebesar 564 mg/kg.

Dari data didapat hasil kadar natrium benzoat 1068 mg/kg, kalium sorbat tidak terdapat dalam sampel, dan natrium sakarin mg/kg. Kadar natrium benzoat dan natrium sakarin yang diperoleh tidak layak dikonsumsi karena diatas batas maksimal SNI 01-2984-92 yaitu 1000 mg/kg dan SNI 01-6993-04 yaitu 300 mg/kg. sedangkan Kalium Sorbat tidak terdapat dalam sampel. sehingga diperoleh kesimpulan bahwa kadar natrium benzoat dan natrium sakarin yang terdapat dalam sirup tidak layak dikonsumsi.


(63)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

- Metode yang digunakan untuk penentuan kadar natrium benzoat, kalium sorbat, dan natrium sakarin dalam sirup markisa pohon pisang yaitu Kromatografi Cair Kinerja Tinggi ( KCKT ) fase terbalik

- Dari Identifikasi yang dilakukan dengan menggunakan metode kromatografi cair kinerja tinggi ( KCKT ) diperoleh kadar natrium benzoat : 1068 mg/kg, kalium sorbat : negatif, dan natrium sakarin : 564 mg/kg.


(64)

- Kadar natrium benzoat, kalium sorbat, dan natrium sakarin yang telah ditetapkan oleh Permenkes RI No.722/Menkes/PER/IX/1988 dan Permenkes RI No.236/Menkes/PER/V/1985 yaitu Natrium Benzoat : 1000 mg/kg, Kalium Sorbat :600 mg/kg, dan Natrium Sakarin : 300 mg/kg.

6.2. Saran

Bagaimana jika analisis Natrium benzoat, Kalium Sorbat, dan natrium sakarin dilakukan dengan metode lain seperti metode titrasi dan metode spektrofotometri. kemudian dibandingkan hasil analisa yang diperoleh dengan memakai metode kromatografi cair kinerja tinggi ( KCKT ).

DAFTAR PUSTAKA

Aminuddin,1998. Kimia Nutrisi dan Metode Dengan Pemakaian Secara Klinis. Penerbit Universitas Indonesia. Jakarta.

Desrosier,N.W. 1988. Teknologi Pengawetan Pangan. Penerbit Universitas Indonesia. Jakarta.

Departemen Kesehatan R.I. 1995. Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan. Farmakope Indonesia. Edisi IV. Jakarta.

Departemen Kesehatan R.I. 1979. Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan, Farmakope Indonesia Edisi III, Jakarta.


(65)

Http : // www. kompas.com //. diakses tanggal 07 April 2 April 2008

Http : //

Http :// www. Bunda Rere’s.Blogspot.com// diakses tanggal 07 Apri 2008

Http: // www. halalguide.info/ diakses tanggal 07 April 2008

diakses tanggal 07 April 2008.

diakses Tanggal 13 mei 2008.

4 Januari 2003, pk 22.

Johnson, E.L. 1991. Dasar Kromatografi Cair. Institute Teknologi Bandung. Bandung.

Majalah Ilmu Kefarmasian, Vol. I, No.3, Desember 2004, 148 –159.ISSN : 1693-9883

Lindsay, S. 1992. High Performance Liquid Chrotomagraphy. second edition. John Wiley &Sons. Chischer. New York. Brisbane. Toronto. Singapore

Mulja,M. 1995. Analisis Istrumental, Penerbit Institute Teknoogi Bandung. Bandung.

Sudarmadji,S. 1989. Analisa Bahan Makanan dan Pertanian, Edisi Pertama. Cetakan I. Liberty Yogyakarta.

Winarno,F.G. 1997. Kimia Pangan dan Gizi. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Wisnu,C. 2006. Analisis dan Aspek Kesehatan Bahan Tambahan Pangan.


(66)

(67)

(68)

(69)

(70)

(71)

(72)

(73)

(74)

(1)

Subani : Penentuan Kadar Natrium Benzoat, Kalium Sorbat Dan Natrium Sakarin Dalam Sirup Dengan Metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi ( Kckt ) Di Balai Besar Pengawasan Obat Dan Makanan Medan, 2008.


(2)

(3)

Subani : Penentuan Kadar Natrium Benzoat, Kalium Sorbat Dan Natrium Sakarin Dalam Sirup Dengan Metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi ( Kckt ) Di Balai Besar Pengawasan Obat Dan Makanan Medan, 2008.


(4)

(5)

Subani : Penentuan Kadar Natrium Benzoat, Kalium Sorbat Dan Natrium Sakarin Dalam Sirup Dengan Metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi ( Kckt ) Di Balai Besar Pengawasan Obat Dan Makanan Medan, 2008.


(6)