Efek kelumpuhan Knock down effect pada serangga
19
insektisida dilakukan dengan pengujian aktivitas enzim esterase spesifik dan non spesifik sebagai berikut
34
: a.
Bioassay test Uji bioassay merupakan uji resistensi yang mudah dilakukan dan dapat
mendeteksi resistensi berdasarkan letak atau geografis suatu tempat. Uji ini menggunakan nyamuk dewasa dengan standar usia, jenis kelamin dan status
fisiologis yang sama untuk menghindari faktor perancu dari hasil uji. Meskipun mudah dilakukan, uji ini tidak dapat menentukan secara pasti level status
resistensi insektisida pada suatu populasi karena keterbatasan sensitifitasnya. Penilaian resistensi didasarkan pada standar WHO yaitu jika kematian nyamuk di
suatu populasi 80.
34
Salah satu cara yang dipakai untuk uji bioassay adalah dengan kelambu celup berinsektisida. Uji bioassay dengan kelambu celup berinsektisida digunakan
sebagai salah satu cara untuk mengukur efek residual insektisida pada kematian nyamuk. Penggunaan insektisida sebagai bahan untuk kelambu celup harus
memenuhi kriteria WHO yaitu memiliki daya bunuh tinggi, penggunaan yang aman bagi manusia, serta memiliki efek residu yang panjang. Salah satu bahan
insektisida yang direkomendasikan oleh WHO yaitu golongan piretroid sintetik. Banyak golongan piretroid sintetik yang digunakan untuk bahan kelambu celup
antara lain : permetrin, cypermethrin, delta metrin dan lamda sihalotrin.
35
Selain itu WHO juga menetapkan kriteria nyamuk yang digunakan untuk uji bioassay ini
yaitu sugar-fed dengan usia kurang dari 7 hari setelah menetas dari pupa.
36
b. Biochemical test
Uji biokimia merupakan suatu uji yang didasarkan pada deteksi perubahan enzim yang terkait dengan insektisida uji yang digunakan. Pengujian ini dapat
mendeteksi resisten yang terjadi pada insektisida golongan organofosfat dan karbamat dengan melihat peningkatan pada enzim asetilkolinesterase AChE.
Peningkatan yang terjadi mengakibatkan perubahan warna yang dapat dilihat jelas tanpa alat bantu tertentu. Akan tetapi uji ini memiliki batasan sensitifitas dan
spesifitas karena peningkatan yang terjadi dapat terjadi pula karena faktor lain diluar insektisida.
34
20
c. Molecular test
Uji molekular dikembangkan untuk mendeteksi alel kdr pada nyamuk. Uji ini biasanya dilakukan oleh peneliti di laboratorium untuk pemantauan resistensi
insektisida secara bertahap terkait dengan program nasional pemberantasan malaria. Deteksi mutasi genetik yang terjadi pada nyamuk yang telah resisten
dapat menjadi peringatan dini bagi status resistensi di suatu populasi.
34
Dari ketiga uji yang dapat dilakukan terdapat kelebihan dan kekurangan dari masing
– masing uji sebagai berikut.
Tabel 2.3 Kelebihan dan Kekurangan Metode Deteksi Resistensi Insektisida
34
Metode Kelebihan
Kekurangan Uji bioassay dengan dosis
insektisida yang ditetapkan oleh WHO
Terstandar, mudah untuk dilakukan, mendeteksi tanpa
memperhatikan mekanisme resistensi
Kurang sensitif, tidak dapat mengetahui level dari status
dan tipe resistensi pada nyamuk secara langsung
Uji bioassay dengan dosis yang responsif
Dapat mengetahui level status resistensi pada suatu populasi
tanpa memperhatikan mekanismenya
Membutuhkan sampel yang besar untuk sekali pengujian,
data pada grup insektisida yang berbeda tidak dapat
dibandingkan
Uji biokimia Dapat mengetahui informasi
spesifik tentang mekanisme resistensi insektisida
berdasarkan perubahan enzim Hanya dapat mendeteksi
mekanisme resistensi yang berkaitan dengan perubahan
enzim
Uji molekular Sangat sensitif, dapat menjadi
peringatan dini bagi mekanisme terjadinya
resistensi selanjutnya Membutuhkan alat dan tenaga
ahli dalam pengerjaannya, hanya dapat dilakukan pada
sedikit mekanisme resistensi