30
= kebutuhan larutan – kebutuhan cypermethrin
= 4.6629 ml – 1.5543 ml
= 3.1086 ml
Setelah didapatkan banyaknya Cypermethrin 100 EC dan air yang dibutuhkan, kedua bahan tersebut dicampur di dalam sebuah wadah.. Pencelupan
kelambu dalam larutan Cypermethrin 100 EC dilakukan sesuai dengan masing- masing konsentrasi yang berbeda. Setelah dicampur, dilakukan pengeringan pada
tempat yang teduh tidak terkena sinar matahari langsung.
10
3.6.3. Uji pendahuluan
A. Uji resistensi enzim esterase terhadap larva nyamuk Culex quinquefasciatus
dengan metode Lee Sebelum dilakukan uji bioassaydengan kelambu celup Cypermethrin 100
EC, maka dilakukan uji esterase dengan ELISA terlebih dahulu untuk mengetahui status kerentanan nyamuk terhadap insektisida. Uji esterase dilakukan pada larva
yang nantinya akan menjadi nyamuk yang akan digunakan dalam bioassay.
37
Sebelum dilakukan pembacaan dengan menggunakan ELISA, dilakukan persiapan sampel dengan reagen terlebih dahulu.Berikut adalah tahapan
– tahapan persiapan sampel tersebut.
37
a. Ambil seekor larva instar 4 dan taruh dalam wadah kecil. b. Haluskan larva tersebut dan tambahkan 0,5 ml larutan Phosphat Buffer Saline
PBS 0,02 M, pH = 7. c. Aduk homogenat yang berisi larva dan larutan PBS 0,5 ml.
d. Pindahkan homogenate tersebut kedalam microplat sebanyak 50 µl dengan mikropipet.
e. Kedalam setiap sumur microplat tambahkan 50 µl larutan α-naftil asetat dan
diamkan selama 60 detik. f. Lalu tambahkan reagen sebanyak 50 µl.
31
g. Selanjutnya dilakukan pembacaan aktivitas enzim esterase secara kuantitatif dengan menggunakan ELISA reader pada panjang gelombang 450 nm.
10
B. Uji Bioassay Kelambu celup Cypermethrin 100 EC
38
a. Siapkan kelambu yang telah dicelup dalam larutan Cypermethrin 100 EC dengan konsentrasi 100, 200, 300,400 dan 500 mgm
2
b. Pada kelambu tersebut dimasukkan 25 ekor nyamuk dewasa betina Culex quenquifasciatus.
c. Nyamuk dewasa betina yang telah dimasukkan kedalam kelambu didiamkan selama 30 menit di dalam kelambu lalu dicatat jumlah
nyamuk yang pingsanknock down. Setelah dicatat, nyamuk dikeluarkan dengan aspirator dengan perlahan, dan ditaruh didalam sebuah wadah
paper cup tertutup kasa. d. Nyamuk diberi makan berupa larutan gula 10 yang diletakkan pada
permukaan kasa di bagian mulut cup. e. Pengamatan dan penghitungan terhadap kematian nyamuk dilakukan
setelah 24 jam pasca pemaparan di luar kelambu celup. Uji pendahuluan ditujukan untuk menentukan rentang konsentrasi
insektisida yang efektif memberikan kematian pada nyamuk uji serta menentukan rentang waktu yang dibutuhkan untuk pemaparan atau kontak nyamuk dalam
kelambu.
32
3.8 Alur Penelitian
Nyamuk yang mati maupun yang masih hidup setelah 24
jam ditaruh dalam paper cup kemudian dimasukkan dalam
freezer -20 C atau diberi
alhohol 70. Pengujian dilakukan
pada minggu ke 1, 4, dan 8 pasca
pencelupan
1. Kelompok 1 : konsentrasi Cypermethrin 100 mgm2
2. Kelompok 2 : konsentrasi Cypermethrin 200 mgm2
3. Kelompok 3 : konsentrasi Cypermethrin 300 mgm2
4. Kelompok 4 : konsentrasi Cypermethrin 400 mgm2
5. Kelompok 5 : konsentrasi Cypermethrin 500 mgm2
Pengujian memakai 5 kelompok perlakuan dan
3 kali ulangan Larva yang telah
dikumpulkan dari lapangan dibiakkan
hingga menjadi nyamuk dewasa
Siapkan 25 ekor nyamuk dewasa betina untuk
setiap perlakuan Pilih nyamuk betina
sebagai sampel penelitian Larva dilaskukan uji
esterase untuk melihat resistensi terhadap
insektisida
Diamkan nyamuk pada cup dengan diberi larutan
gula selama 24 jam Amati kematian nyamuk
pada 24 jam paska perlakuan
Diamkan nyamuk didalam kelambu celup
selama 30 menit
Hasil dilakukan analisis data
Amati kelumpuhan nyamuk pada menit ke 30
33
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Karakteristik Sampel
Karakteristik Sampel Jumlah keterangan lain
1. Nyamuk Culex quinquefasciatus 1.1.
Betina dewasa 1.2 Larva instar 3-4
2. Usia nyamuk
3. Jumlah sampel tiap perlakuan
konsentrasi 4.
Konsentrasi Cypermethrin 100 EC
5. Jenis kelambu celup
450 ekor per satu kali ujiminggu 1 ekor per ulangan
1-2 hari setelah keluar dari pupa 25 ekor
100 mgm
2
, 200 mgm
2
, 300 mgm
2
, 400 mgm
2
, 500 mgm
2
Nilon
4.2 Hasil Uji Esterase
Sebelum dilakukan pengujian utama, terlebih dahulu dilakukan uji esterase pada larva nyamuk untuk mengetahui status kerentanan nyamuk terhadap
insektisida. Uji esterase dilakukan dengan metode Lee yang mengukur tingkat resistensi berdasarkan jumlah enzim esterase yang diproduksi oleh tubuh nyamuk.
Dari hasil pada tabel 4.1 , rata – rata nilai AV dengan ELISA reader pada panjang
gelombang 450 nm adalah 1.363 dan 1.101. Dari hasil tersebut, maka larva sampel uji termasuk kriteria sangat resisten.
Hasil ini didasarkan pada penelitian Lee 1990 dengan kriteria
37
:
– 0,7 = sangat peka
0,7 – 0,9 = resisten sedang
0,9 = sangat resisten