Hasil Uji Kelambu Celup Cypermethrin 100 EC 100 EC

37 pendahuluan merupakan nyamuk keturunan laboratorium F 1 dimana belum terdapat paparan terhadap insektisida sehingga metabolisme detoksifikasi zat aktif insektisida belum terjadi. Hal lain yang memungkinkan terdapatnya kematian nyamuk 20 karena jumlah sampel yang digunakanuntuk uji pendahuluan hanya 10 ekor tidak sebanding dengan luas kelambu celup yang digunakan. Hal ini menyebabkan paparan insektisida yang diterima oleh nyamuk lebih sedikit sehingga efek yang ditimbulkan oleh insektida lebih rendah. b. Uji Utama Setelah dilakukan uji pendahuluan, maka ditetapkan konsentrasi 100 mgm2 sebagai konsentrasi awal meskipun pada uji pendahuluan konsentrasi tersebut menyebabkan kematian 20. Hal tersebut dimungkinkan karena pada uji pendahuluan masih banyak faktor – faktor perancu suhu, kelembaban udara, makanan nyamuk, usia nyamuk, dll yang mempengaruhi kematian nyamuk. Namun, pada uji utama ini faktor – faktor tersebut diharapkan sudah dapat terkontrol sehingga jumlah kematian nyamuk tidak lagi disebabkan oleh faktor perancu tersebut. Selain itu penentuan konsentrasi Cypermethrin 100 EC yang dipakai juga didasarkan konsentrasi yang direkomendasikan oleh WHO. Pada uji utama dilakukan pengujian untuk melihat banyaknya nyamuk yang knockdown dan nyamuk yang mati pada tiap konsentrasi di minggu ke 1, 4, dan 8 pasca pencelupan. Konsentrasi yang digunakanpada uji utama adalah 100 mgm2, 200 mgm2, 300 mgm2, 400 mgm2, dan 500 mgm2. Pengujian dilakukan dengan 3 kali pengulangan dan dilakukan dalam waktu yang berbeda, mulai dari minggu ke-1, 4, dan 8 setelah dilakukan pencelupan insektisida.  Hasil kelumpuhanknockdown Kelumpuhanknockdown pada nyamuk diamati pada menit ke 30 pasca paparan insektisida Cypermethrin 100 EC. Perhitungan dilakukan pada nyamuk yang tidak dapat bergerak pingsan, tidak dapat terbang, ataupun jika alat gerak nyamuk telah terlepas. Dari tabel 4.4 dan grafik 4.3 dapat terlihat bahwa KD 50 diperoleh pada konsentrasi 100 mgm2 di minggu I dan IV perlakuan, sedangkan 38 pada minggu VIII KD meningkat menjadi 64. Untuk KD 90 dicapai padakonsentrasi 400 mgm2 dan 500 mgm2 pada minggu ke IV. Tabel 4.4 6 Tabel kelumpuhanknockdown nyamuk pada 30 menit pasca perlakuan di tiap minggu perlakuan Konsentrasi Minggu I Minggu IV Minggu VIII Jumlah Sampel ekor KD 30 menit KD 30 menit KD 30 menit Jumlah ekor Presentase Jumlah ekor Presentase Jumlah ekor Presentase Kontrol 25 100 14 56 13 52 16 64 25 200 17 68 17 68 18 72 25 300 19 76 18 72 19 76 25 400 20 80 23 92 21 84 25 500 21 84 24 96 23 92 25 Grafik 4.3 Presentase Knockdown 30 menit pada tiap minggu perlakuan Dari tabel 4.4 dan grafik 4.3 dapat dilihat bahwa semakin tinggi konsentrasi Cypermethrin 100 EC yang digunakan maka akan semakin banyak nyamuk yang lumpuh knockdown yang sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Erna K 2013 di Lombok Barat. 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 100 200 300 400 500 K n oc k d ow n Konsentrasi Cypermethrin mgm2 Minggu I Minggu IV Minggu VIII 39 Knockdown terjadi karenacara kerja Cypermethrin sebagai racun perut yang akan menginhibisi proses detoksifikasi racun serta sebagai neurotoksin yang mengakibatkan hipereksitasi sehingga nyamuk yang sudah lumpuh akan dapat bergerak aktif kembali. 30-33 Proses inhibisi ini berlangsung semakin cepat seiring dengan bertambahnya paparan insektisida yang diterima oleh nyamuk. 32  Hasil kematian nyamuk Kematian pada nyamuk diamati setelah 24 jam pasca paparan. Perhitungan dilakukan pada nyamuk yang sudah benar – benar tidak dapat bergerak. Dari pengamatan didapatkan hasil sebagai berikut : Tabel 4.5 7 Hasil Kematian nyamuk tiap minggu perlakuan Konsentrasi Minggu I Minggu IV Minggu VIII Jumlah Sampel Kematian 24 jam Kematian 24 jam Kematian 24 jam Jumlah ekor Presentase Jumlah ekor Presentase Jumlah ekor Presentase Kontrol 25 100 17 68 10 40 7 28 25 200 20 80 12 48 8 32 25 300 20 80 13 52 10 40 25 400 24 96 17 68 12 48 25 500 24 96 19 76 16 64 25 Berdasarkan tabel 4.5 dan grafik 4.4 dapat terlihat bahwa angka kematian nyamuk meningkat seiring dengan kenaikan konsentrasi yang diberikan. Pada minggu I angka kematian tertinggi dicapai oleh konsentrasi 400 mgm2 dan 500 mgm2 dengan 96 kematian. Untuk minggu ke IV angka kematian tertinggi dicapai oleh konsentrasi 500 mgm2 dengan 76 kematian dan pada minggu VIII angka kematian tertinggi dicapai oleh konsentrasi 500 mgm2 dengan 64 kematian. Hasil tersebut menunjukkan bahwa kelambu celup Cypermethrin 100 EC masih efektif menyebabkan kematian nyamuk 50 pada minggu ke VIII pasca pencelupan kelambu. 40 Grafik4.4 Presentase kematian nyamuk pada tiap minggu perlakuan Hasil tersebut sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Suwarsono 2004 bahwa kematian nyamuk terus menurun seiring dengan bertambahnya usia residu insektisida pada kelambu celup. Hal tersebut dikarenakan semakin bertambahnya usia kelambu celup maka kandungan insektisida yang terdapat pada kelambu celup semakin berkurang. 6 Hal lain yang dapat menurunkan efektifitas kelambu celup insektisida adalah cara penyimpanan yang tidak baik. Salah satu contohnya adalah debu – debu yang menempel pada kelambu celup dapat mengurangi paparan insektisida terhadap kelambu celup sehingga menyebabkan menurunnya kematian nyamuk. 39

4.5 Hasil Analisa Statistik

4.5.1 Uji Normalitas Data

Sebelum dilakukan uji ANOVA one way, data harus memenuhi syarat distribusi normal dan sebaran normal. Untuk mengetahui sebaran normal dilakukan uji Saphiro-Wilk karena sampel 50 dengan menggunakan SPSS 21.0. Pada tabel normalitas berikut didapatkan hasil p value 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa data berdistribusi normal. Hasil perhitungan dapat dilihat pada lampiran 2. 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 100 200 300 400 500 K e m a ti a n Konsentrasi Cypermethrin mgm2 Minggu I Minggu IV Minggu VIII 41

4.5.2 Uji Varian Data

Syarat dilakukannya uji ANOVA one way adalahharus memiliki sebaran normal dan memiliki varian data yang sama atau homogen. Untuk mengetahui varian data sama atau tidak digunakan varian data dengan menggunakan SPSS 21.0. Dari tabel dapat dilihat bahwa p value bernilai p0,05. Dapat disimpulkan bahwa varian data homogen. Hasil perhitungan dapat dilihat pada lampiran 2.

4.5.3 Uji ANOVA one way

Setelah didapatkan hasil data berdistribusi normal dengan sebaran yang sama, maka data dapat dilakukan uji ANOVA one way. Hasil uji ANOVA didapatkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara kematian nyamuk dengan perbedaan konsentrasi, yang ditunjukkan dengan nilai p=0,374. Namun terdapat perbedaan nyata antara minggu perlakuan dengan kematian nyamuk, dengan nilai p=0,001. Hasil perhitungan dapat dilihat pada lampiran 2.

4.5.5 Uji Regresi Linier

Hasil uji regresi linier didapatkan bahwaperbedaan konsentrasi Cypermethrin 100 EC tidak berpengaruh terhadap kematian nyamuk Culex quinquefasciatus dengan nilai R=0,561. Sedangkan perbedaan waktu efek residu kelambu celup Cypermethrin 100 EC memiliki pengaruh yang kuat terhadapterhadapkematian nyamuk Culex quinquefasciatus dengan nilai R=0,966. Hasil perhitungan dapat dilihat pada lampiran 2.

4.5.6 Analisis Probit

Berdasarkan hasil pengamatan pada kematian nyamuk yang dilakukan pada minggu ke I, IV, dan VIII dapat dilakukan perhitungan LC 50 dan LC 90 pada tiap minggu perlakuan. Setelah dilakukan uji probit didapatkan hasil sebagai berikut. 42 Tabel 8 4.6 Lethal Concentration LC 50 LC 90 tiap minggu perlakuan Minggu ke LC50 LC90 I 57.565 355.345 IV 191.361 1598.27 VIII 383.627 4093.3 Grafik 4.5 Lethal Concentration LC 50 LC 90 tiap minggu perlakuan Dari tabel 4.6 dan grafik 4.5 dapat dilihat bahwa kelambu celup masih efektif mengakibatkan 50 kematian nyamuk hingga minggu ke VIII pada konsentrasi ≤500 mgm 2 . Namun kelambu celup Cypermetrin 100 EC ini tidak lagi efektif untuk digunakan lebih dari 8 minggu. Dari grafik diatas juga digambarkan bahwa efek kematian 90 bisa diperoleh bila konsentrasi Cypermetrin 100 EC dinaikkan 500 mgm 2 , yang berarti bahwa cypermetrin tidak efektif digunakan untuk membunuh nyamuk Culex quinquefasciatus dengan konsentrasi yang rendah dan aman bagi lingkungan. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Suwarsono 2004 didapatkan bahwa efek residu kelambu celup permetrin piretroid sintetik berbahan nilon masih efektif hingga 3 bulan dengan satu kali pencucian dengan LC 50 0,04 mlm 2 . 6 Sedangkan menurut Nasir 2013 kelambu celup permetrin dengan 500 1000 1500 2000 2500 3000 3500 4000 4500 5000 Minggu I Minggu IV Minggu VIII Le th a l C on cent ra ti on LC Kematian nyamuk minggu ke LC90 LC50 43 konsentrasi 200 mgm2 masih efektif hingga 5 bulan pasca pencelupan. 39 Dengan demikian diperkirakan efikasi kelambu celup dapat bertahan selama 2-3 bulan tanpa pencucian.