31 pada masa peralihan sehingga peraturan yang telah ditetapkan sebelumnya masih
dimungkinkan untuk digunakan. Peraturan tentang sarana prasarana tersebut adalah Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional Permendiknas No. 58 Tahun 2009 Tentang Standar Pendidikan Anak Usia dini. Berikut merupakan kriteria tentang sarana prasarana
untuk Pendidikan Anak Usia Dini pada jalur formal menurut Permendiknas No. 58 Tahun 2009:
1. Luas lahan minimal 300 m
2
2. Memiliki ruang anak dengan rasio minimal 3 m
2
per peserta didik, ruang guru, ruang kepala sekolah, tempat UKS, jamban dengan air bersih, dan
ruang lainnya yang relevan dengan kebutuhan kegiatan anak. 3.
Memiliki alat permainan edukatif, baik buatan guru, anak, maupun pabrik.
4. Memiliki fasilitas permainan baik di dalam maupun di luar ruangan yang
dapat mengembangkan berbagai konsep. 5.
Memiliki peralatan pendukung keaksaraan.
D. Model Evaluasi
Pada penelitian ini, data yang diperoleh tidak hanya dianalisis saja, akan tetapi juga akan dilakukan evaluasi guna menentukan rekomendasi yang sebaiknya
diberikan kepada masing-masing sekolah sesuai dengan hasil evaluasi yang dilakukan.
Evaluasi menurut Malcolm Provus dalam Farida Yusuf Tayibnapis 2008: 3 adalah perbedaan apa yang ada dengan suatu standar untuk mengetahui
apakah terdapat selisih di antara keduanya tersebut. Selain Provus, Tyler dalam Farida Yusuf Tayibnapis 2008: 3 juga berpendapat bahwa evaluasi merupakan
proses yang dapat menentukan sampai sejauhmana tujuan pendidikan dapat dicapai.
32 Untuk melakukan evaluasi tersebut diperlukan desain evaluasi agar evaluasi
dapat dilakukan dengan cara yang sesuai. Menurut Wirawan 2012: 147 desain evaluasi merupakan kerangka proses melaksanakan evaluasi dan rencana
menjaring dan memanfaatkan data sehingga dapat diperoleh informasi yang mencukupi. Di dalam desain tersebut terdapat komponen penting yang
menentukan pelaksanaan evaluasi itu sendiri yaitu model evaluasi. Model evaluasi disini dapat menjadi acuan bagaimana melaksanakan proses
evaluasi yang akan dilaksanakan. Terdapat berbagai macam model evaluasi misalnya, model evaluasi CIPP Context, Input, Process, Product, model evaluasi
konsersif, model evaluasi ketimpangan, dan lain sebagainya. Salah satu dari berbagai macam model evaluasi tersebut adalah model evaluasi ketimpangan atau
discrepancy. Guna melakukan evaluasi terhadap data yang diperoleh, pada kali ini model evaluasi yang digunakan adalah model evaluasi ketimpangan.
Model evaluasi ketimpangan atau lebih dikenal dengan the discrepancy evaluation model merupakan model evaluasi yang dikembangkan oleh Malcolm
M. Provus pada tahun 1971. Teknik dalam model evaluasi Provus ini secara garis besar adalah membandingkan atau mencari kesenjanganketimpangan antara
kenyataan dengan standar yang telah ditetapkan. Seperti yang diungkapkan oleh Suharsimi Arikunto 2009: 40 bahwa evaluasi discrepancy menekankan pada
kesenjangan yang sebetulnya merupakan persyaratan umum bagi semua kegiatan evaluasi, yaitu mengukur adanya perbedaan antara yang seharusnya dicapai
dengan yang sudah riil dicapai.
33 Di sisi lain, S. Eko Putro Widoyoko 2010: 186-187 juga berpendapat
tentang model evaluasi discrepancy. Menurutnya, model evaluasi discrepancy adalah model evaluasi dengan cara membandingkan antara apa yang diharapkan
standard dengan apa yang terjadi di lapangan performance sehingga dapat ditemukan kesenjanganketimpangan discrepancy yang kemudian dari hasil
tersebut dapat dilakukan perbaikan-perbaikan. Pada model evaluasi ini, diperlukan langkah-langkah yang sistematis di
dalam pelaksanaanya. Setidaknya terdapat lima langkah dalam pelaksanaan model evaluasi discrepancy. Langkah-langkah tersebut antara lain:
1. Menetapkan Desain Program
Tahap ini merupakan tahap awal dari pelaksanaan model evaluasi discrepancy yaitu menetapkan standar yang akan menjadi pembanding dan
menetapkan tujuan program atau spesifikasi apa yang akan dibandingkan. Standar desain program pada penelitian ini dibuat berdasarkan standar sarana prasarana
Taman Kanak-Kanak yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Standar tersebut kemudian dikembangkan menjadi indikator-indikator atau poin-poin kriteria
secara lebih rinci. Di samping pengembangan standar tersebut, juga ditetapkan tujuan atau penentuan spesifikasi tentang apa yang akan diteliti. Pada penelitian
ini, tujuan utama yang diteliti adalah mengenai keberadaan sarana prasarana di Taman Kanak-Kanak khususnya di TK ABA se-Kecamatan Kasihan.
34 2.
Merencanakan Evaluasi Menggunakan Model Discrepancy Tahap ini berisi tentang perencanaan proses evaluasi menggunakan model
dicrepancy. Pada tahap ini, peneliti menyusun perencanaan evaluasi dengan mempersiapkan segala sesuatu hal yang dibutuhkan dalam pelaksanaan evaluasi
discrepancy. Penelitian ini mengusung tentang evaluasi sarana prasarana sehingga komponen yang paling pokok dipersiapkan dan tidak boleh tertinggal adalah
standar atau kriteria sarana prasarana untuk Taman Kanak-Kanak yang pada tahap sebelumnya telah ditetapkandibuat.
3. Mengumpulkan Data di Lapangan
Tahap ini adalah proses pengumpulan data di lapangan guna mendapatkan data yang dibutuhkan. Pada tahap ini, peneliti mengumpulkan data dari TK ABA
se-Kecamatan Kasihan. Pengumpulan data dilakukan dengan cara mengobservasi TK ABA satu per satu dengan menggunakan lembar observasi yang berbentuk
checklist. Selain itu, pengumpulan data juga dilakukan dengan mengumpulan informasi sesuai kebutuhan. Informasi tersebut didapatkan dari beberapa pihak
yang terkait dengan TK ABA Kepala TK, guru, dan karyawan dan juga dari hasil pengumpulan informasi melalui studi dokumen.
4. Mengidentifikasi Kesenjangan
Data yang telah diperoleh, kemudian dibandingkan dengan standar yang telah ditetapkan. Kemudian, dari proses pembandingan tersebut akan diperoleh hasil
yang dapat menunjukkan apakah terdapat kesenjangan antara data lapangan dengan standar atau tidak. Sama halnya dengan penelitian ini, ketika semua data
yang dibutuhkan telah terkumpul, data akan disajikan sedemikian rupa agar data
35 lebih rapi dan mudah untuk diolah. Tahap yang terakhir yaitu menarik kesimpulan
sebagai hasil evaluasi. 5.
Mengubah Kondisi Program danatau Mengubah Standar Keputusan mengenai hasil proses sebelumnya, diambil setelah semua data
yang dibutuhkan terkumpul dan telah melewati proses-proses di atas. Data yang telah ditemukan kesenjangannya, akan segera diputuskan untuk mengubah standar
program atau mengubah kondisi program atau justru melakukan keduanya. Mengubah kondisi program dapat dilakukan dengan cara memperbaiki program
agar dapat sesuai dengan standar yang telah dibuat. Pada penelitian ini, data yang telah dikumpul dan selesai diolah akan dapat
diketahui kesenjangannya, yaitu sarana prasarana yang berada di TK ABA se-Kecamatan Kasihan dengan standar sarana prasarana yang telah dibuat.
Berdasarkan hasil tersebut, maka dapat diputuskan untuk mengubah standar sarana prasarana atau mengubah kondisi sarana prasarana atau dapat juga
melakukan keduanya. Mengubah kondisi sarana prasarana di TK ABA se-Kecamatan Kasihan pada penelitian ini dilakukan dengan cara memberikan
rekomendasi kepada pihak TK ABA terkait sesuai dengan data hasil penelitian yang telah diperoleh. Pemberian rekomendasi tersebut juga dilakukan dengan
mengacu pada persentase pemenuhan standar sarana prasarana dan atau kesenjangan di tiap-tiap indikator standar, sehingga rekomendasi tersebut
diharapkan dapat menjadi wacana untuk TK ABA terkait yang kemudian dapat digunakan untuk melakukan peningkatan sarana prasarana di TK ABA yang
bersangkutan. Adapun kelima langkah tersebut dapat dilihat pada Gambar 1.
36
E. Hasil Penelitian yang Relevan