BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Mengoptimalkan nilai perusahaan merupakan tujuan perusahaan dalam jangka panjang Wahyudi Pawestri, 2006. Menurut Husnan Pudjiastuti
2002, semakin tinggi nilai perusahaan maka semakin besar kemakmuran yang akan diterima oleh pemilik perusahaan. Namun terkadang dalam menjalankan
perusahaan manajer sebagai pengelolah perusahaan mempunyai tujuan yang berbeda terutama dalam hal peningkatan prestasi individu dan kompensasi yang
akan diterima, yang akan menyebabkan jatuhnya harapan investor tentang pengembalian return atas dana yang telah mereka tanamkan pada perusahaan.
Oleh karena itu, Corporate Governance diperlukan untuk menjembatani pemisahaan kepentingan antara pemilik dan pengelola di dalam suatu perusahaan.
Kemunculan isu corporate governance didasari oleh teori agensi agency theory
dan dijadikan solusi dalam mengatasi kemungkinan konflik dalam hubungan antara prinsipal dan agen yang biasanya disebut juga dengan agency
problem . Konflik timbul sebagai akibat adanya kesenjangan antara kepentingan
pemegang saham sebagai pemilik dan manajemen sebagai pengelola. Pemilik memiliki kepentingan agar dana yang diinvestasikan mendapatkan return
maksimal, sedangkan manajer berkepentingan terhadap perolehan insentif atas pengelolaan dana pemilik. Manajer yang bertindak sebagai pengelola perusahaan
tentunya lebih banyak mengetahui informasi internal dan prospek perusahaan di
Universitas Sumatera Utara
masa yang akan datang dibandingkan pemiliknya dan nantinya manajer akan memberikan laporan mengenai kondisi perusahaan kepada pemilik perusahaan
sebagai bentuk pertanggungjawaban kepada pemegang saham. Namun beberapa manajer menggunakan kebebasan ini untuk mengubah angka akuntansi terutama
laba, untuk keuntungan pribadi yang dapat mengurangi kualitas dan relevansi informasi sehingga pemilik selaku pemegang saham menerima informasi yang
tidak sesuai dengan kondisi perusahaan sebenarnya. Hal tersebut terjadi sebagai akibat dari adanya asimetri informasi information asymmetric. Richardson
1998 dalam Rahmayanti 2012:2-3 menyatakan bahwa asimetri antara manajemen agent dengan pemilik principal dapat memberikan kesempatan
kepada manajer untuk melakukan manajemen laba. Corporate Governance
merupakan tata kelola perusahaan yang menjelaskan hubungan antara berbagai pihak dalam perusahaan yang menentukan antara arah
dan kinerja perusahaan Monks Minow, 2001. Isu mengenai adanya krisis finansial di berbagai negara di tahun 1997-1998 yang diawali krisis di
Thailand 1997, Jepang, Korea, Indonesia, Malaysia, Hongkong dan Singapura yang akhirnya berubah menjadi krisis finansial Asia ini dipandang
sebagai akibat lemahnya praktik Good Corporate Governance di negara- negara Asia. Sejak saat itu, baik pemerintah maupun investor mulai
memberikan perhatian yang cukup signifikan dalam praktek Corporate Governance
. Masalah mengenai Corporate Governance di Indonesia mulai meningkat
dengan pesat seiring dengan terbukanya skandal keuangan pada tahun 2001
Universitas Sumatera Utara
yang terjadi di perusahaan publik yang melibatkan manipulasi laporan keuangan oleh PT Lippo Tbk dan salah satu BUMN, yaitu PT Kimia Farma
Tbk Sekaredi, 2011. Dengan adanya kasus tersebut sangat membuktikan bahwa penerapan Corporate Governance masih sangat lemah, karena praktik
manipulasi laporan keuangan masih tetap dilakukan walaupun sudah menjauhi periode krisis yaitu tahun 1997-1998.
Melihat contoh kasus di atas, menimbulkan suatu anggapan tentang efektivitas penerapan Corporate Governance. Bukti menunjukkan lemahnya
praktik Corporate Governance di Indonesia mengarah ada defisiensi pembuatan keputusan dalam perusahaan dan tindakan perusahaan. Corporate governance
merupakan konsep yang diajukan demi peningkatan kinerja perusahaan melalui supervisi atau monitoring kinerja manajemen dan menjamin akuntabilitas
manajemen terhadap stakeholder dengan mendasarkan pada kerangka peraturan. Konsep Corporate Governance tujuan utamanya adalah untuk mencapai
manajemen transparansi perusahaan untuk pengguna laporan keuangan. Jika perusahaan bisa menerapkan konsep ini sehingga pertumbuhan ekonomi bisa terus
berjalan dengan baik bersama-sama dengan perusahaan transparansi manajemen yang juga berjalan dengan baik dan memberikan manfaat bagi banyak pihak.
Good Corporate Governance membantu terciptanya hubungan yang
kondusif dan dapat dipertanggungjawabkan diantara elemen dalam perusahaan Dewan Komisaris, Dewan Direksi, dan para Pemegang Saham dalam rangka
meningkatkan kinerja perusahaan. Dalam paradigma ini, Dewan Komisaris berada pada posisi untuk memastikan bahwa manajemen telah benar-benar
Universitas Sumatera Utara
bekerja demi kepentingan perusahaan sesuai strategi yang telah ditetapkan serta menjaga kepentingan para pemegang saham, yaitu untuk meningkatkan nilai
ekonomis perusahaan. Demikian juga Dewan Direksi mempunyai peran yang sangat penting dan strategis dalam hal pembuatan strategi jangka pendek
maupun panjang, pengambilan keputusan dan kebijakan. Badan Pengawasan Pasar Modal Bapepam dan Bursa Efek Jakarta BEJ
juga sudah mensyaratkan keberadaan komisaris independen dan komite audit bagi semua perusahaan publik. Rujukan-rujukan tentang praktik-praktik terbaik
sudah tersedia luas misalnya, melalui FCGI untuk rujukan praktik terbaik penerapan manajemen risiko dan komite audit serta melalui Indonesian Society
of Independent Commissioners ISICOM untuk praktik terbaik fungsi dan
peran komisaris independen. Keputusan yang bersifat sektoral seperti ini termasuk berbagai peraturan Bapepam untuk emiten-emiten di pasar modal tidak
memiliki pertentangan dengan kerangka hukum. Penerapan GCG dalam suatu organisasi dinilai merupakan suatu usaha untuk membangun budaya korporasi
yang baru, sehingga tanpa kepemimpinan organisasi yang memadai akan sangat sulit mengimplementasikan GCG.
Riset The Indonesian Institute for Corporate Governance IICG, 2002, menemukan bahwa alasan utama perusahaan menerapkan Good Corporate
Governance adalah kepatuhan terhadap peraturan. Perusahaan meyakini
bahwa implementasi Good Corporate Governance merupakan bentuk lain penegakan etika bisnis dan etika kerja yang sudah lama menjadi komitmen
perusahaan, dan implementasi Good Corporate Governance berhubungan
Universitas Sumatera Utara
dengan peningkatan citra perusahaan. Perusahaan yang mempraktikkan Good Corporate Governance
, akan mengalami perbaikan citra, dan peningkatan nilai perusahaan. Maka dalam penelitian ini akan dianalisis, apakah praktek
Corporate Governance dapat mempengaruhi kinerja perusahaan.
Dalam hubungannya dengan kinerja, laporan keuangan sering dijadikan dasar untuk penilaian kinerja perusahaan. Salah satu jenis laporan keuangan yang
mengukur keberhasilan operasi perusahaan untuk suatu periode tertentu adalah laporan laba rugi. Akan tetapi angka laba yang dihasilkan dalam laporan laba rugi
seringkali dipengaruhi oleh metode akuntansi yang digunakan Kieso dan Weygandt, 1995, sehingga laba yang tinggi belum tentu mencerminkan kas yang
besar. Arus kas mempunyai nilai lebih untuk menjamin kinerja perusahaan di
masa mendatang. Arus kas cash flow menunjukkan hasil operasi yang dananya telah diterima tunai oleh perusahaan serta dibebani dengan beban yang bersifat
tunai dan benar-benar sudah dikeluarkan oleh perusahaan Pradhono, 2004. Cash flow return on assets
CFROA merupakan salah satu pengukuran kinerja perusahaan yang menunjukkan kemampuan aktiva perusahaan untuk
menghasilkan laba operasi. Pada penelitian Cornett, dkk 2006 ditulis bahwa “CFROA offers several advantages over Tobin’s Q, an alternative measure of
firm performance.Cash flow return on assets is a more focused measure of current performance
” CFROA mempunyai beberapa kelebihan dari pada Tobin’s Q dalam mengukur kinerja perusahaan. CFROA lebih berfokus pada pengukuran
kinerja pada saat ini.
Universitas Sumatera Utara
Selain itu, Cornett 2006 juga menyebutkan bahwa “…These sorts of considerations do not affect CFROA as a measure of financial performance since
financial performance is not tied to stock prices ” Pertimbangan semacam ini
tidak mempengaruhi CFROA sebagai pengukuran kinerja keuangan karena kinerja keuangan tidak terkait dengan harga saham.
Beberapa penelitian tentang Corporate Governance telah dilakukan sebelumnya, diantaranya Sanda et al. 2005 meneliti pengaruh mekanisme
Corporate Governance terhadap kinerja keuangan badan usaha di Nigeria; Javed
dan Iqbal 2007 meneliti hubungan indikator-indikator Corporate Governance terhadap nilai badan usaha, yang ditunjukkan dengan Tobin’s Q; Nur 2007
dalam Wijayanti 2012 meneliti pengaruh praktik Corporate Governance terhadap kesulitan keuangan badan usaha; Purwantini 2008 dalam Wijayanti
2012 meneliti pengaruh Corporate Governance terhadap nilai perusahaan dan kinerja keuangan pada perusahaan manufaktur; Yonnedi dan Sari 2009 meneliti
pengaruh Corporate Governance terhadap kinerja keuangan BUMN yang ditunjukkan dengan ROA, ROE dan Rasio Penjualan-Karyawan; Dewi dan
Suhardjanto 2010 meneliti pengaruh Corporate Governance terhadap pengungkapan resiko finansial perbankan; Anggitarani dan Suhardjanto 2010
yang meneliti pengaruh Corporate Governance terhadap kinerja keuangan dengan mengambil sampel pada perusahaan listing di BEI tahun 2007 yang ditunjukkan
dengan CFROA; Puspitasari dan Ernawati 2010 meneliti pengaruh Corporate Governance
terhadap kinerja keuangan badan usaha yang ditunjukkan dengan ROA, ROE, PER dan Tobins’Q; dan Wijayanti 2012 yang meneliti tentang
Universitas Sumatera Utara
pengaruh Corporate Governance terhadap kinerja keuangan pada bank-bank di Indonesia.
Dengan bisa terukurnya praktik Corporate Governance di tingkat perusahaan, banyak penelitian yang berhasil menemukan adanya hubungan positif
antara Corporate Governance dengan nilai kinerja perusahaan, antara lain, Black dkk. 2003; Klapper dan Love 2002; Mitton 2000, yang dikutip dari
Darmawati dkk. 2004. Penelitian-penelitian tersebut secara tidak langsung juga menunjukkan kegunaan dari praktik Corporate Governance di tingkat
perusahaan yang sudah dilakukan di beberapa negara termasuk Indonesia. Beberapa penelitian menunjukkan tidak ada hubungan Corporate
Governance dengan kinerja perusahaan, misalnya penelitian Daily dkk. 1998
dan hasil survey CBI, Deloitte dan Touche 1996 sebagaimana yang dikutip oleh Darmawati dkk 2004. Demikian juga dengan Young 2003 dalam
Wijayanti 2012 yang menganalisis beberapa penelitian yang menghubungkan Corporate Governance dengan kinerja perusahaan. Di lain pihak, penelitian
Gompers dkk 2003 dalam Darmawati 2004 yang menemukan hubungan positif antara indeks Corporate Governance dengan kinerja perusahaan jangka
panjang. Pengembangan bisnis Property dan Real Estate di Indonesia mengalami
kenaikan yang sangat tajam pada dekade terakhir ini. Banyak indikator yang dapat dilihat di dalam masyarakat misalnya dengan banyaknya pembangunan
perumahan termasuk juga apartemen dengan harga yang relatif lebih murah. Disamping itu komponen penunjang kepemilikan rumah juga semakin mudah dan
Universitas Sumatera Utara
menjangkau berbagai lapisan masyarakat, misalnya dengan kucuran kredit rumah yang melimpah. Hampir semua bank besar di Indonesia mempunyai produk kredit
kepemilikan rumah dengan berbagai variasi pembiayaan sehingga bisnis Property dan Real Estate merupakan bidang yang menjanjikan untuk berkembang di
Indonesia melihat potensi jumlah penduduk yang besar dengan rasio pemilikan rumah yang cukup rendah. Untuk itu perlu dilakukan penelitian mengenai
efektivitas Corporate Governance pada perusahaan Property dan Real Estate tersebut.
Perbedaaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya dari Yonnedi dan Sari 2009 yang menjadi salah satu jurnal acuan dalam penelitian ini adalah pada
variabel yang diteliti. Pada penelitian sebelumnya variabel yang diteliti adalah ukuran dewan komisaris, proporsi dewan komisaris independen, dan kepemilikan
saham pemerintah, sedangkan dalam penelitian ini variabel yang diteliti yaitu kepemilikan saham publik, ukuran dewan komisaris, aktifitas rapat dewan
komisaris dan proporsi dewan komisaris independen, penelitian ini juga menggunakan variabel kontrol yaitu ukuran perusahaan dan leverage. Perbedaan
kedua, pada penelitian sebelumnya menggunakan sampel berjumlah 31 BUMN baik yang terdaftar di BEI maupun tidak, sedangkan pada penelitian ini
menggunakan sampel perusahaan Property dan Real Estate yang terdaftar di BEI. Lalu perbedaan yang terakhir adalah pada penelitian terdahulu menggunakan
tiga rasio keuangan untuk mengukur kinerja perusahaan, yaitu Return on Asset, Return on Equity
dan Sales-Employee Ratio, sedangkan dalam penelitian ini
Universitas Sumatera Utara
menggunakan rasio CFROA. Dari beberapa perbedaaan tersebut maka memungkinkan hasil penelitian yang berbeda pula.
Berdasarkan penjelasan diatas, penelitian ini berusaha meneliti tentang
“Pengaruh Corporate Governance terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan Property dan Real Estate yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun
2010 – 2013” .
1.2 Rumusan Masalah