tersebut. Selain itu mereka juga menyatakan bahwa ada dua cara dalam tata kelola perusahaan yang dapat digunakan dalam mengatasi masalah keagenan
yakni kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional. Dengan adanya kepemilikan manajerial yang tinggi dapat mengurangi adanya konflik
keagenan. CGC adalah salah satu upaya untuk menjembatani konflik tersebut
agar tidak menimbulkan dampak yang negatif bagi perusahaan, baik jangka pendek maupun jangka panjang. Untuk membuat CGC berfungsi dengan baik,
terdapat empat kelompok yang harus saling berinteraksi yaitu tersedianya undang-undang atau jaminan hukum yang kuat, ditegakkannya accountability,
adanya fungsi direksi dan manajer yag membantu direksi Sutedi, 2010:29.
2.1.2 Definisi Corporate Governance
Istilah Corporate Governance pertama kali diperkenalkan oleh Cadbury Committee, Inggris pada tahun 1922 dalam laporannya yang bertajuk
Cadbury Report Agoes, 2006. Mereka kemudian mendefenisikan Corporate Governance sebagai “ seperangkat peraturan yang mengatur hubungan antar
pemegang saham, pengurus pengelola perusahaan, pihak kreditur, pemerintah, karyawan, serta para pemegang kepentingan internal dan external
lainnya yang berkaitan dengan hak – hak dan kewajiban mereka atau dengan kata lain suatu sistem yang mengarahkan dan mengendalikan perusahaan”.
Istilah Corporate Governance selanjutnya di populerkan oleh Robet I. Tricker pada tahun 1984, yang memilah-milah istilah ini kedalam sub-sub
Universitas Sumatera Utara
bidang kegiatan yaitu Direction, Executive action, Supervision dan Accountability.
Forum Corporate Governance In Indonesia FCGI 2001
mendefinisikan Corporate Governance sebagai perangkat peraturan yang menetapkan hubungan antara pemegang saham, pengurus, pihak kreditur,
pemerintah, karyawan, serta para pemegang kepentingan intern dan ekstern lainnya sehubungan dengan hak-hak dan kewajiban mereka, atau
dengan kata lain sistem yang mengarahkan dan mengendalikan perusahaan. Sedangkan Cadbury Committee menyatakan Corporate Governance
sebagai seperangkat aturan yang merumuskan hubungan antara para pemegang saham, manajer, kreditor, pemerintah, karyawan, dan pihak-
pihak yang berkepentingan lainnya baik internal maupun eksternal sehubungan dengan hak-hak dan tanggung jawab mereka.
Berbagai pemikiran mengenai corporate governance berkembang dengan bertumpu pada agency theory di mana pengelolaan perusahaan harus
diawasi dan dikendalikan untuk memastikan bahwa pengelolaan dilakukan dengan penuh kepatuhan kepada berbagai peraturan dan ketentuan yang
berlaku Solihin, 2009. Sehubungan dengan teori keagenan, maka pihak yang paling berkepentingan terhadap kinerja manajemen adalah pemilik
shareholders. Mekanisme corporate governance merupakan salah satu alat pemilik perusahaan untuk mengontrol manajemen apakah sudah melaksanakan
tanggung jawabnya terkait dengan kepentingan perusahaan dan pemiliknya.
Universitas Sumatera Utara
Komite Nasional Kebijakan Governance mendefinisikan Corporate Governance
sebagai suatu proses dan struktur yang digunakan oleh organ perusahaan guna memberikan nilai tambah pada perusahaan secara
berkesinambungan dalam jangka panjang bagi pemegang saham, dengan tetap memperhatikan kepentingan stakeholder lainnya, berlandaskan peraturan
perundangan dan norma yang berlaku.
2.1.3 Prinsip-Prinsip Corporate Governance