menghidrolisis amilopektin menjadi oligosakarida yang mengandung 2-6 satuan glukosa, dan menghidrolisis amilosa menjadi maltosa Deman, 1997.
4.2.2 Hasil Karakteristik Maltodekstrin
Maltodekstrin merupakan salah satu turunan pati yang dihasilkan dari proses hidrolisis parsial secara enzimatik oleh enzim
α-amilase. Enzim α-amilase menghidrolisis ikatan
α-1,4-D-glikosidik secara spesifik dan tidak menghasilkan residulimbah, sedangkan hidrolisis menggunakan asam menghidrolisis pati secara
acak, proses hidrolisisnya memerlukan suhu tinggi 120-160
o
C, proses hidrolisis menggunakan asam menghasilkan produk yang tidak ramah lingkungan dan
bersifat toksik karena pengerjaannya dalam waktu lama Maarel, et al., 2002. Pada proses hidrolisa pati pisang kepok dengan enzim
α-amilase, diperoleh maltodekstrin sebesar 21,8521 gram dari sejumlah 60 gram pati pisang kepok
dengan persen rendeman sebesar 36,42. Aplikasi maltodekstrin telah luas, karena beberapa sifat fisika dan
kimianya sangat dibutuhkan. Maltodekstrin telah direkomendasikan sebagai eksipien tablet pada proses cetak langsung Papadimitriou, et al., 1992. Pada
penelitian ini, maltodekstrin merupakan eksipien yang digunakan sebagai disintegrant pada formulasi sediaan ODT, sehingga perlu dilakukan pengujian
untuk mengetahui karakterisasi dari maltodekstrin. Hasil pengamatan terhadap karakteristik maltodekstrin yang ditunjukkan pada Tabel 4.3 terdapat perbedaan
antar maltodekstrin pati pisang kepok dan maltodekstrin komersial, yaitu perbedaan nilai DE, mikroskopik, organoleptis, dan lain-lainya. Menurut Eden, et
Universitas Sumatera Utara
al. 1997, sifat-sifat fungsional maltodekstrin diindikasikan oleh DE, yang ditentukan oleh lamanya hidrolisa dan konsentrasi enzim.
Tabel 4.3 Hasil analisis terhadap karakterisasi maltodekstrin
Pemeriksaan Hasil penelitian
Maltodekstrin Standard
USP32-NF27 standard Mikroskopik
Bentuk granul bulat. Tidak ditemukan
butir pati utuh Bentuk granul
tidak beraturan -
Organoleptis a. Bentuk
b. Warna c. Bau
d. Rasa Serbuk
Kekuningan Tidak berbau
Tidak berasa Serbuk
Putih Tidak berbau
Tidak berasa sedikit manis
Serbuk atau granul Putih
Tidak berbau Tidak berasatidak
manis
Identifikasi a. Uji Fehling
b. Iodine test c. pH
d. Penentuan DE e. Analisa Infra
merah Endapan merah bata
Negatif 6,7
17,18 Lihat spektrum IR
- Negatif
5,5 11,2
Lihat spektrum IR Endapan merah bata
Negatif 4-7
20 -
Kadar air 7,35
5,1 -
Kadar abu 0,71
0,1 -
Solubility 42,7
98,9 Swelling power
11,43 -
- Sudut diam,
Waktu alir 35,3
o
, 12 ,9 detik
- -
- -
Indeks kompresibilitas
19 -
-
Ditinjau dari pengamatan hasil mikroskopik dari maltodekstrin pati pisang kepok dan maltodekstrin komersil dapat dilihat pada Gambar 4.2 dan 4.3.
Mikroskopik maltodekstrin yang diperoleh dari pati pisang kepok menunjukkan granul tunggal dan tidak beraturan, tidak ditemukan partikel butir pati yang utuh
seperti tidak adanya hillus dan lamella. Bentuk dan ukuran granul maltodekstrin yang diperoleh berbeda dengan bentuk butir pati pisang kepok. Menurut Sun, et
Universitas Sumatera Utara
al., 2010, jika butir pati dihidrolisis secara enzimatik, maka butir pati yang utuh tidak ditemukan lagi dan semua fragmen mengalami erosi. Hasil mikroskopik
maltodekstrin komersil juga menunjukkan granul tunggal dan tidak beraturan Gambar 4.3. Bentuk dan ukuran dari granul maltodekstrin pati pisang kepok
lebih kecil dari pada granul maltodekstrin komersil. Hal ini disebabkan karena perbedaan nilai DE, sumber pati yang digunakan dan perbedaan lama proses
hidrolisanya atau proses pengeringannya, asumsi ini sesuai dengan asumsi menurut Eden, et al. 1997, perbedaan-perbedaan dalam struktur maltodekstrin
tergantung dari sumber pati yang menyebabkan perbedaan sifat fisik maltodekstrin tersebut. Sifat-sifat fungsional maltodekstrin diindikasikan oleh DE,
yang ditentukan oleh lamanya hidrolisa dan konsentrasi enzim. DE dari maltodekstrin digunakan untuk memprediksi kinerja maltodekstrin pada berbagai
aplikasi. Maltodekstrin dengan nilai DE yang sama juga dapat memiliki sifat yang berbeda dalam berbagai aplikasi, ini menggambarkan bahwa adanya perbedaan
komposisi molekuler, linearitas dan percabangan dari tiap-tiap maltodekstrin Maarel, et al., 2002.
Uji organoleptis dilakukan dengan mengamati bentuk, warna, bau dan rasa dari maltodekstrin pisang kepok yang dibandingkan terhadap maltodekstrin
komersil dan dengan standar yang terdapat dalam USP 32 - NF 27. Hasil pemeriksaan organoleptis diperoleh serbuk maltodekstrin berwarna agak
kekuningan, ini disebabkan oleh enzim α-amilase yang digunakan berupa larutan
kecoklatan. Maltodekstrin pati pisang kepok tidak memiliki rasa dan tidak berbau.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4.2 Bentuk mikroskopik maltodekstrin pisang kepok dengan perbesaran
400 x.
Gambar 4.3 Bentuk mikroskopik maltodekstrin komersil dengan perbesaran 400
x.
Identifikasi maltodekstrin pisang kepok dilakukan dengan uji Fehling, iodine test, analisa pH, penentuan DE dan analisis spektrofotometri infra merah.
Pada uji Fehling terhadap maltodekstrin menunjukkan adanya endapan merah
Universitas Sumatera Utara
bata. Uji Fehling digunakan untuk mengetahui adanya gula pereduksi. Menurut Lehninger 1982, pencampuran antara reagen Fehling dengan sampel uji akan
menghasilkan suatu endapan yang bewarna hijau, kuning-oranye, atau merah. Proses warna yang terbentuk amat dipengaruhi oleh jenis gula pereduksi yang
terdapat di dalam sampel. Pada uji iodine test, diperoleh bahwa maltodekstrin pisang kepok tidak
memberikan warna biru pada saat ditambahkan pereaksi iodium. Menurut Sumardjo 2008, apabila senyawa polisakarida dipanaskan membentuk koloid,
dan jika ditambahkan pereaksi iodium maka tidak terbentuk warna biru, hal ini menandakan bahwa polisakarida itu telah terhidrolisis menghasilkan glukosa
monosakarida. Analisis pH larutan maltodekstrin pisang kepok menunjukkan pH sebesar 6,7, ini juga memenuhi persyaratan yang tertera pada USP32-NF27.
Penentuan nilai DE dari maltodekstrin pisang kepok diperoleh sebesar 17,18. Menurut Blancard dan Katz 1995, nilai DE maltodekstrin berkisar antara
3 – 20. DE didefinisikan sebagai jumlah gula reduksi total dinyatakan sebagai glukosa Deman, 1997. Semakin kecil kadar gula reduksinya maka semakin kecil
nilai DE. Peningkatan nilai DE akan meningkatkan warna maltodekstrin, sifat higroskopis, plastisitas, rasa manis dan kelarutan Kuntz, 1997. Pada penelitian
ini digunakan maltodekstrin pisang kepok dengan nilai DE 17,18, karena diasumsikan bahwa semakin tinggi nilai DE maka semakin tinggi kelarutannya
dan semakin tinggi sifat plastisitasnya, sifat plastisitas ini berkaitan juga dengan kemampuan swelling.
Hasil analisis spektrofotometri Inframerah dari maltodekstrin pisang kepok dan maltodekstrin komersil dapat dilihat pada Gambar 4.4 dan 4.5, menunjukkan
Universitas Sumatera Utara
pola spektrum inframerah yang sama. Menurut Dachriyanus 2004, untuk senyawa yang tidak diketahui, spektrum inframerah hanya bisa digunakan untuk
melihat jenis ikatan atau gugus fungsi yang ada pada senyawa tersebut. Penggunaan spektrum inframerah untuk identifikasi hanya bisa dilakukan jika
mempunyai spektrum senyawa pembanding yang diukur pada kondisi yang sama dengan membandingkan daerah sidik jarinya. Kegunaan yang terpenting dari
daerah sidik jari adalah setiap senyawa memberikan pola yang berbeda pada daerah 1500 sampai 500 cm
-1
. Pada Gambar 4.4 dan 4.5, terdapat puncak pada daerah 3500-3200 cm
-1
, ini menandakan adanya gugus -OH. Puncak juga terlihat pada daerah 3000-2700
cm
-1
, ini menandakan adanya gugus –CH
2
dan –C-H. Puncak di daerah 1300- 1000 cm
-1
menunjukkan adanya ikatan C-O. Berdasarkan data yang ditunjukkan oleh spektrum FT-IR pada Gambar 4.4 dan 4.5, dapat diamati bahwa
bahansampel yang diperiksa memiliki gugus-gugus sebagai berikut : -OH, -CH
2
-, -C-H, -CO, N-H, dan ikatan C-O, maka asumsi peneliti bahwa senyawa yang
terbentuk diduga adalah maltodekstrin. Hasil uji kadar air dari maltodekstrin pisang kepok diperoleh sebesar 7,35
sedangkan kadar air maltodekstrin komersil sebesar 5,1 . Kadar air dapat menyebabkan tumbuhnya bakteri sehingga dapat mengurangi stabilitas dari
maltodekstrin. Pada hasil uji kadar abu dari maltodekstrin pisang kepok diperoleh sebesar 0,71 sedangkan pada maltodekstrin komersil sebesar 0,1 .
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4.4 Spektrum FT-IR maltodekstrin pisang kepok
Gambar 4.5 Spektrum FT-IR maltodekstrin komersil
Kadar abu menunjukkan adanya kontaminasi selama proses pembuatan. Perbedaan kadar air dan kadar abu yang tinggi dari maltodekstrin pisang kepok
Universitas Sumatera Utara
jika dibandingkan dengan maltodekstrin komersil, disebabkan karena faktor – faktor selama proses pembuatan maltodekstrin Anwar, 2004.
Hasil uji solubility yang diperoleh dari maltodekstrin pisang kepok sebesar 42,7 sedangkan solubility maltodekstrin komersial sebesar 98,9 . Perbedaan
solubility ini mungkin dikarenakan proses dan kondisi selama proses hidrolisis yang berbeda. Perbedaan solubility ini juga dapat disebabkan karena berbedanya
sumber pati yang digunakan Bello, et al., 2002. Solubility maltodekstrin pisang kepok lebih rendah dari solubility maltodekstrin komersil, ini menunjukkan
bahwa pati pisang kepok belum terhidrolisis semuanya oleh enzim α-amilase,
yang mungkin disebabkan kurang lamanya waktu hidrolisis. Hasil uji swelling power diperoleh sebesar 11,43 , ini menunjukkan
bahwa maltodekstrin
pisang kepok masih memiliki daya pengembangan. Menurut Anonim 2006, maltodekstrin mempunyai kapasitas swelling
menunjukkan karakteristik dari swellable polymer. Sudut diam dan waktu alir maltodekstrin pati pisang diperoleh sebesar
35,3
o
dan 12,9 detik. Menurut Lachman, et al. 1994, granul yang bersifat free flowing mempunyai sudut diam 20
o
– 40
o
. Sudut diam merupakan sudut tetap yang terjadi antara timbunan partikel bentuk kerucut dengan bidang horisontal.
Jika sejumlah serbuk dituang ke dalam alat pengukur, besar kecilnya sudut diam dipengaruhi oleh bentuk, ukuran, dan kelembaban serbuk. Faktor yang
mempengaruhi sudut diam adalah gaya tarik dan gesek antar partikel Siregar dan Wikarsa, 2010, sedangkan waktu alir maltodekstrin pisang kepok melebihi
toleransi minimum yang ditetapkan oleh pabrikasi dalam skala industri. Menurut Sulaiman 2007, pada umumnya serbukgranul dikatakan mempunyai sifat alir
Universitas Sumatera Utara
yang baik dengan waktu alir ≤ 10 detik. Pada penelitian ini, waktu alir
maltodekstrin pisang kepok yang diperoleh sebesar 12,9 detik, besarnya waktu alir ini disebabkan oleh sifat maltodekstrin yang higroskopik, karena semakin tinggi
nilai DE maltodekstrin maka semakin tinggi pula higroskopisitasnya. Menurut Siregar dan Wikarsa 2010, sifat alam serbuk dipengaruhi oleh lembab yang di
adsorpsi, sehingga serbuk tidak mengalir bebas atau menjadi kohesif, maka diperlukan strategi dalam formulasinya. Sifat aliran serbuk yang baik merupakan
hal penting untuk pengisian yang seragam kedalam ruang cetak mesin tablet dan untuk memudahkan bentuk gerakan bahan disekitar fasilitas produksi. Salah satu
upaya memperbaiki aliran serbuk adalah dengan penambahan aktivator aliran. Aktivator aliran biasanya disebut glidan, yang dapat memperbaiki sifat aliran
serbuk dengan mengurangi adhesi dan kohesi. Beberapa glidan yang biasa digunakan antara lain talkum dan magnesium stearat.
Indeks kompresibilitas maltodekstrin pisang kepok diperoleh sebesar 19 . Indeks kompresibilitas yang dihasilkan masih memenuhi batasan yaitu serbuk
atau granul yang mempunyai sifat alir yang baik jika mempunyai indeks kompresibilitas yang lebih kecil dari 20 Voight, 1994. Indeks kompresibilitas
dilakukan dengan cara uji pengetapan. Pengetapan merupakan penurunan volume sejumlah serbuk akibat hentakan tapped dan getaran vibration. Besar kecilnya
harga indeks kompresibilitas sangat ditentukan oleh pengisian ruang antar partikel oleh sejumlah serbuk dan pemampatan saat terjadinya getaran volumenometer
Lachman, et al., 1994.
Universitas Sumatera Utara
4.3 Pembuatan ODT Metoklopramida 4.3.1 Hasil Uji Preformulasi Tiap Formula