Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Masa remaja adalah masa terjadinya perubahan-perubahan baik perubahan yang terjadi pada dirinya maupun akibat perubahan lingkungan seperti perubahan intelektual, perubahan emosi, perubahan moral dan perubahan yang dapat langsung diamati adalah perubahan fisik. Sejalan dengan perubahan-perubahan yang terjadi dalam diri remaja, mereka juga dihadapkan pada tugas-tugas yang berbeda dari tugas pada masa kanak-kanak. Sebagaimana diketahui, dalam setiap fase perkembangan, termasuk pada masa remaja, individu memiliki tugas-tugas perkembangan yang harus dipenuhi Lubis, 2009. Masa remaja diawali oleh masa pubertas yaitu masa terjadinya perubahan fisik dan fungsi fisiologis kematangan organ-organ seksual, yang disertai dengan perkembangan bertahap dari seksual primer dan karateristik seksual sekunder. Karateristik seksual primer mencakup perkembangan organ-organ reproduksi sedangkan karateristik seksual sekunder mencakup dalam perubahan bentuk tubuh yang berhubungan dengan daya tarik seksual sex appeal. Kematangan seksual ini menyebabkan munculnya minat sosial dan keingintahuan remaja tentang seksual Kusmiran, 2011. Penelitian Nursal 2007 menyimpulkan variabel jenis kelamin, usia pubertas, pengetahuan, sikap, status perkawinan orang tua, pola asuh orang tua, jumlah pacar, Universitas Sumatera Utara lama pertemuan dengan pacar dan paparan media elektronik dan media cetak berhubungan bermakna dengan perilaku seksual remaja. Pada analisis multivariat ditemukan bahwa jenis kelamin, pengetahuan, pola asuh orang tua dan jumlah pacar yang pernah dimiliki secara bersama-sama memengaruhi perilaku seksual. Menurut Tutwuri Prihatin 2007 hasil analisa menunjukkan bahwa factor-faktor yang berhubungan dengan sikap siswa SMA terhadap hubungan seksual adalah kecerdasan emosi, pengetahuan kesehatan reproduksi, peran orangtua dan teman sebaya, peran media massa. Saat ini kecenderungan pola masyarakat khususnya remaja tentang hubungan seksual mengalami banyak perubahan. Perubahan-perubahan itu terjadi dikarenakan iklim sosial saat ini yang membuat pola pergaulan anak muda sekarang makin permisif. Dulu orang menganggap kalau seks dilakukan setelah menikah. Sekarang perilaku seks ringan terkesan sebagai suatu yang lumrah Sari, 2008. Menurut Melodina 1990 mengatakan bahwa hubungan seksual pranikah adalah hubungan seksual yang dilakukan oleh sepasang insan yang belum menikah atau yang belum terikat oleh tali perkawinan. Perilaku seksual ini umumnya terjadi diantara mereka yang telah meningkat remaja menuju dewasa. Hal ini sangat mungkin terjadi mengingat pada saat seseorang memasuki masa remaja mulai timbul dorongan-dorongan seksual di dalam dirinya. Apalagi pada masa ini minat mereka dalam membina hubungannya terfokus pada lawan jenis. Nursal 2007 mengemukakan bahwa hubungan seks pranikah dapat mengakibatkan penularan PMS Penyakit Menular Seksual dan HIV Human Immunodeficiency Virus AIDS Universitas Sumatera Utara Acquired Immune Deficiency Syndrome, kehamilan di luar nikah dan aborsi tidak aman. Menurut Tanner dalam Kusmiran 2011, keingintahuan remaja mengenai kehidupan seksual menuntut mereka untuk mencari informasi mengenai seks dari berbagai sumber seperti buku, film atau gambar-gambar lain yang dilakukan secara sembunyi-sembunyi. Menurut World Health Organization WHO tahun 2009 sekitar 16 juta perempuan berusia 15-19 tahun melakukan hubungan seksual pranikah. Sekitar 14 dari kejadian aborsi yang tidak aman. Sekitar 2,5 juta remaja berusia dilaporkan melakukan aborsi tiap tahun berumur 15-19 tahun. Angka rata-rata dari remaja yang melahirkan pada negara dengan pendapatan menengah lebih tinggi dua kali dibandingkan negara dengan pendapatan yang tinggi. Memiliki anak di luar nikah merupakan hal yang tidak biasa di banyak negara, sehingga bila terjadi kehamilan di luar nikah biasanya akan berakhir dengan tindakan aborsi Sudibio, 2009. Di Amerika Serikat seks bebas dilakukan para remaja mengalami peningkatan setiap tahunnya sekitar 1. Sekitar 40 remaja perempuan hamil sebelum tamat sekolah menengah, 50 diantaranya melakukan abortus dan sisanya melahirkan bayinya. Selain itu adanya penularan penyakit infeksi menular seksual pada remaja setiap tahunnya sebanyak 20 juta kasus Soetjiningsih, 2010. Menurut Taufik dan Anganthi 2005 di Amerika dengan subjek penelitian perempuan Afrika- Amerika berusia 14-18 tahun ditemukan 46 responden melakukan hubungan seksual kurang dari atau sama dengan 4 kali pada 6 bulan terakhir, dan dari 54 responden melakukan hubungan seksual lebih dari 4 kali dalam 6 bulan terakhir. Di Universitas Sumatera Utara negara Inggris remaja juga melakukan seks bebas sebanyak 20 pria dan 15 pada wanita yang berusia 15-24 tahun Edwards Byrom, 2010. Secara teoritis hubungan seksual di luar nikah berisiko yang mengidap HIVAIDS adalah 1:100. Artinya, dalam 100 kali hubungan seksual ada 1 kali risiko terjadi penularan HIV Harahap, 2012. Di Indonesia frekuensi terbesar remaja yang pernah melakukan hubungan seks pranikah berada pada kelompok umur 20-24 tahun yaitu sebesar 60,1, remaja yang mengalami kehamilan yang tidak diinginkan sebanyak 58,5 berada pada umur 15- 19 tahun dan rata-rata 19 tahun remaja telah melakukan aborsi. Menurut Survei Demografi Kesehatan Indonesia SDKI tahun 2012 menunjukkkan kelompok umur 20- 24 tahun pada wanita yaitu sebesar 1,8 telah melakukan hubungan seksual sebelum menikah dan pada pria sebesar 14,6 . Kelompok 15 – 19 wanita telah melakukan hubungan seksual sebelum menikah sebesar 0,7 dan pada pria sebesar 4,5 . Berdasarkan data yang dihimpun PKBI Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia tahun 2006 menunjukkan remaja yang mengaku pernah melakukan hubungan seks bebas adalah remaja usia 13-18 tahun sebanyak 60. Seks sering digunakan remaja sebagai uji coba dan rasa penasaran. Ini terjadi karena kurangnya pengetahuan kesehatan reproduksi dan seksual yang dimiliki remaja. Selain itu juga disebabkan karena pengetahuan orangtua yang tidak cukup untuk berkomunikasi tentang seksualitas dengan anak. Anak seharusnya mendapatkan informasi yang tepat dari orangtua agar dia tidak mendapatkan informasi yang salah dari luar, karena Universitas Sumatera Utara menurut survei kebanyakan remaja dapat informasi tentang seks dari temannya Krisnamurti, 2012. Remaja laki-laki yang pernah melakukan hubungan seks bebas lebih tinggi jika dibandingkan dengan remaja perempuan, dengan persentase sebesar 86,3 dan 13,7. Hal ini disebabkan laki-laki cenderung mempunyai perilaku seks yang agresif, terbuka, dan terang-terangan dan sulit menahan diri dibandingkan dengan wanita. Keterbukaan di kalangan remaja putra juga terbukti dari lebih banyaknya remaja putra yang sudah mendapatkan penerangan seks dibandingkan dengan remaja putri Tukiran, 2010. Pangkahila 1996 meneliti pengalaman seksual para pelajar SLTA di Bali, mencatat bahwa 102 dari 375 remaja laki-laki 27,2 dan 53 dari 288 remaja perempuan 18,4 mengaku pernah melakukan hubungan seks bebas dengan teman sendiri atau Pekerja Seks Komersial PSK Soetjiningsih, 2010. Hasil Base Line Survey Perilaku Seksual Mahasiswa yang dilakukan oleh Pilar-PKBI Jawa Tengah pada April tahun 2000 terhadap 127 orang yang terdiri dari 64 orang pria dan 63 orangwanita, diketahui aktivitas remaja selama berpacaran untuk ngobrol 100, berpegangan tangan dan mengusap rambut 95, merangkul dan memeluk 91,3, cium pipi dan kening 85,2, mencium bibir 89,2, mencium leher 72,4, meraba payudara 48, petting 28,3, dan intercourse senggama 20,4 Purnamasari, 2012. Menurut Sugiri 2010 remaja yang pernah melakukan seks bebas di kota Jakarta 20,6, 51 terdapat di Jabotabek, 54 di Surabaya dan juga 47 terdapat di Universitas Sumatera Utara Bandung yang remajanya pernah melakukan hubungan seks bebas. Menurut Sitompul 2011 di Medan sekitar 65 remaja di bawah usia 15 tahun telah melakukan hubungan seksual pranikah. Akibatnya timbul persoalan kehamilan yang tidak diinginkan, aborsi, persalinan di usia muda, HIVAIDS serta penyalah gunaan lainnya. Data yang diperoleh dari PKBI Persatuan Keluarga Berencana Indonesia Rakyat Merdeka dan Komnas Perlindungan Anak sebanyak 52 remaja di Kota Medan mengaku pernah melakukan seks bebas. Rata-rata usia remaja yang pernah melakukan hubungan seks di luar nikah itu antara 13 sampai 18 tahun BKKBN, 2011. Menurut penelitian Yuwono dalam Amrillah dkk 2001 menunjukkan bahwa hampir 10 remaja di Medan sudah pernah melakukan hubungan seks sebelum menikah. Bentuk–bentuk dari prilaku seksual yang dilakukan oleh remaja yang berpacaran menurut data penelitian yang dilakukan oleh Centra Mitra Remaja CMR yaitu dating, kissing, necking, petting dan coitus. Hasil penelitian pada 398 siswa siswi di Kota Yogyakarta didapat 60 menyatakan bahwa perilaku seksual yang boleh dilakukan adalah sebatas ciuman bibir sambil berpelukan, aktivitas ciuman ini pada kalangan remaja tersebut dianggap sebagai sesuatu yang wajar Soetjiningsih, 2008. Di daerah Toba Samosir perilaku seksual terjadi di kalangan anak-anak usia remaja. Dari sejumlah 423 anak remaja SMP dan SMA yang diteliti pertengahan tahun 2011, sebanyak 68,7 persen responden mengaku pernah melakukan perilaku seksual ringan berkencan, berpelukan, berciuman pipi, kening dengan pacar Hapsari, 2012. Universitas Sumatera Utara Santrock 2007 yang mengutip Bandura 1998 menyatakan bahwa faktor pribadikognitif, faktor perilaku dan faktor lingkungan dapat berinteraksi secara timbal-balik. Dengan demikian dalam pandangan Bandura, lingkungan dapat mempengaruhi perilaku seseorang, namun seseorang dapat bertindak untuk mengubah lingkungan. Menurut Suryoputro dkk 2007, faktor yang berpengaruh pada perilaku seksual antara lain adalah faktor personal termasuk variabel seperti pengetahuan, sikap seksual dan gender, kerentanan terhadap risiko kesehatan reproduksi, gaya hidup, harga diri, lokus kontrol, kegiatan sosial, self efficacy dan variabel demografi seperti: usia, jenis kelamin, status religiusitas, suku dan perkawinan. Faktor lingkungan termasuk variabel seperti akses dan kontak dengan sumber, dukungan dan informasi, sosial budaya, nilai dan norma sebagai dukungan sosial. Faktor perilaku termasuk variabel gaya hidup seksual orientasi, pengalaman, angka mitra, peristiwa kesehatan Seksual Menular Infeksi, kehamilan, aborsi dan penggunaan kondom dan kontrasepsi Bahwa perilaku seksual ringan mencakup : 1 menaksir; 2 pergi berkencan, 3 mengkhayal, 4 berpegangan tangan, 5 berciuman ringan kening,pipi , 6 saling memeluk, sedangkan yang termasuk kategori berat adalah : 1 Berciuman bibirmulut dan lidah, 2 meraba dan mencium bagian bagian sensitive seperti payudara, alat kelamin, 3 menempelkan alat kelamin, 4 oral seks, 5 berhubungan seksual senggama. . Survei pendahuluan yang dilakukan di SMA Negeri Juhar Kabupaten Karo beberapa siswa ketika pulang sekolah berboncengan sambil melingkarkan tangan Universitas Sumatera Utara pada pasangan saat mengendarai sepada motor dengan pacarnya. Salah seorang guru memberi keterangan bahwa ada satu siswa yang keluar dari sekolah dan menikah, rata rata siswa di SMA tersebut sudah punya pacar dan mereka mengaku perilaku dalam berpacaran masih sebatas berpegangan tangan, berpelukan, berciuman kening dan pipi. Hasil wawancara dengan 5 orang siswa SMA Negeri Juhar Kabupaten Karo diperoleh bahwa hasil wawancara yang dilakukan terhadap 5 orang remaja, menunjukkan bahwa tiga dari lima remaja yang diwawancara memiliki sikap yang cenderung menganggap biasa saja tentang perilaku seksual ringan manaksir, pergi kencan, berpegangan tangan, berpelukan, berciuman kening dan pipi pada remaja sekarang. Para siswa tersebut mengatakan bahwa perilaku seksual ringan boleh saja dilakukan asalkan kedua belah pihak merasa senang untuk melakukannya, tidak ada paksaan untuk melakukan dan perilaku seksual ringan bukan lagi hal yang tabu untuk dilakukan oleh remaja. Mereka beranggapan bahwa cinta dan seks merupakan dua hal yang berhubungan erat, bila cinta terhadap seseorang harus dibumbui dengan perilaku seks, dan seks yang dilakukan dengan pacar harus berlandaskan cinta. Hasil wawancara dengan menggunakan kuesioner terhadap 20 siswa SMA Negeri Juhar yang pernah dan sedang pacaran, ditemukan 90 ditemui remaja mengakui telah melakukan prilaku seksual ringan menaksir, pergi berkencan, berpegangan tangan, berciuman ringan kening dan pipi dan saling berpelukan dan 10 telah melakukan perilaku seksual berat seperti berciuman bibir. Daerah Kabupaten karo merupakan Universitas Sumatera Utara suatu daerah parawisata sehingga ada pengaruh norma budaya dari luar sehingga remaja menelan begitu saja apa yang dilihat dari budaya luar. Berdasarkan fenomena tersebut perilaku seksual pada remaja akan memberikan dampak terhadap kehidupan remaja di masa depan, terutama masalah kesehatan reproduksinya seperti hamil dan melahirkan anak di usia muda atau melakukan aborsi, putus sekolah, perkawinan dini dan tertular penyakit seksual. Beberapa akibat dari perilaku seksual remaja tersebut dapat menjadi alasan bahwa perilaku seksual remaja merupakan suatu permasalahan serius mengingat dan yang kompleks karena berkaitan dengan berbagai faktor.

1.2 Permasalahan