Bencana Alam Geologi

3.3 Bencana Alam Geologi

3.3.1 Pengertian dan Definisi

Bencana adalah gangguan yang serius dari berfungsinya satu masyarakat, yang menyebabkan kerugian-kerugian besar terhadap jiwa (manusia), harta- Bencana adalah gangguan yang serius dari berfungsinya satu masyarakat, yang menyebabkan kerugian-kerugian besar terhadap jiwa (manusia), harta-

Bencana alam secara lebih khusus disebut sebagai bencana alam geologi karena faktor-faktor geologi sangat dominan menjadi penyebab timbulnya bencana alam ini. Bencana alam geologi merupakan bahaya yang timbul dari kejadian geologi seperti gempa bumi, tsunami, letusan gunungapi, amblesan, dan longsoran. Wilayah tanah air Indonesia merupakan wilayah yang rentan terhadap hampir semua bentuk bencana alam geologi ini. Telah dilaporkan bahwa sekitar 60% dari bencana di dunia muncul di wilayah Asia Pasifik. Kerentanan terhadap bencana akan semakin meningkat dengan adanya penambahan intensitas penduduk, urbanisasi dan industrialisasi.

3.3.2 Jenis Bencana Alam Geologi

Bencana alam secara lebih khusus disebut sebagai bencana alam geologi karena faktor-faktor geologi sangat dominan menjadi penyebab timbulnya bencana alam ini. Berikut ini adalah uraian singkat beberapa jenis bencana alam geologi yang sangat umum terjadi di wilayah tanah air, yaitu :

• Gempabumi dan Tsunami Teori Tektonik Lempeng telah mengajarkan bahwa bagian luar bumi kita terdiri dari berbagai lempeng kerak benua dan samudra, yang saling bergerak satu terhadap lainnya, dengan kecepatan hingga bisa mencapai 20 cm/tahun. Gerakan lempeng tersebut dapat saling mendekat, saling menjauh, saling berpapasan dan menunjam satu terhadap yang lainnya. Proses pergerakan inilah yang lebih lanjut dapat mengakibatkan terbentuknya akumulasi energi dan tegangan yang cukup tinggi pada kerak bumi, yang kemudian suatu saat dapat terlepaskan secara tiba-tiba berupa kejutan gempabumi (earthquake) yang dahsyat. Gempabumi jenis ini secara khusus dikenal sebagai gempa bumi tektonik, merupakan gempabumi yang • Gempabumi dan Tsunami Teori Tektonik Lempeng telah mengajarkan bahwa bagian luar bumi kita terdiri dari berbagai lempeng kerak benua dan samudra, yang saling bergerak satu terhadap lainnya, dengan kecepatan hingga bisa mencapai 20 cm/tahun. Gerakan lempeng tersebut dapat saling mendekat, saling menjauh, saling berpapasan dan menunjam satu terhadap yang lainnya. Proses pergerakan inilah yang lebih lanjut dapat mengakibatkan terbentuknya akumulasi energi dan tegangan yang cukup tinggi pada kerak bumi, yang kemudian suatu saat dapat terlepaskan secara tiba-tiba berupa kejutan gempabumi (earthquake) yang dahsyat. Gempabumi jenis ini secara khusus dikenal sebagai gempa bumi tektonik, merupakan gempabumi yang

Gempabumi dapat pula mengakibatkan adanya gelombang tsunami, gelombang pasang laut yang cukup besar yang menerpa kawasan pantai secara tiba-tiba. Proses terjadinya tsunami kebanyakan disebabkan oleh adanya gempa yang besar di laut sehingga menciptakan gelombang pasang yang abnormal (Gambar 3.13.). Namun beberapa kasus tsunami juga dapat disebabkan oleh longsor atau jatunya massa dalam jumlah besar ke dalam air, misalnya jatuhnya batu dalam volume sangat besar ke dalam pantai yang dalam dengan bentang alam teluk di sekitarnya.

Tingkat kerawanan terhadap tsunami juga dapat diperkirakan dari tingkat kegempaan dan bentuk bentang alam pantai dan laut di sekitar pantai. Bentang alam dari pantai dapat mempengaruhi penjalaran dari gelombang tsunami. Bentang alam yang datar dan homogen membuat suatu daerah menjadi rawan terhadap tsunami, sementara dasar pantai yang tidak seragam, curam bergelombang akan mengurangi kekuatan gelombang tsunami.

Gambar 3.13. Skematik gelombang pasang tinggi akibat tsunami.

Selain tsunami, bencana lain yang seringkali menyertai gempabumi yaitu likuifaksi, dimana lapisan material padatan berubah konsistensinya menjadi seperti cairan. Material tersebut seakan mengalir ke permukaan dengan cepat dan lebih lanjut menyebabkan daya dukung tanah menjadi berkurang. Dengan demikian, maka daerah yang rawan gempa akan memiliki potensi atau kerawanan likuifaksi yang tinggi. Dalam hal ini, material yang mudah terlikuifaksi umumnya adalah material bersifat pasiran.

• Letusan Gunungapi Gunungapi (volcano) adalah suatu bentuk timbulan di permukaan bumi, yang dapat berbentuk kerucut besar, kerucut terpancung, kubah atau bukit, akibat oleh adanya penerobosan magma ke permukaan bumi. Di Indonesia kurang lebih terdapat 80 buah dari 129 buah gunung aktif yang diamati dan dipantau secara menerus (Gambar 3.14.). Bahaya letusan gunungapi antara lain berupa aliran lava, lontaran batuan pijar, hembusan awan panas, aliran lahar dan lumpur, hujan abu, hujan pasir serta semburan gas beracun (Gambar 3.15.).

Proses meletus gunungapi seringkali diawali lebih dahulu oleh gempa-gempa kecil di daerah sekitar gunung. Pada saat gaya dari dalam bumi mencapai klimaks dan melampaui daya tahan material penutup kawah maka terjadi letusan gunungapi yang dapat membawa material-material berbahaya bagi manusia.

• Longsoran dan Amblesan Longsoran (landslide) merupakan pergerakan masa batuan dan/atau tanah secara grafitasional yang dapat terjadi secara perlahan maupun tiba-tiba. Dimensi longsoran sangat bervariasi, berkisar dari hanya beberapa meter hingga ribuan meter. Longsoran dapat terjadi secara alami maupun dipicu oleh adanya ulah manusia. Jenis bencana alam akibat longsoran ini merupakan jenis bencana yang cukup penting karena distribusinya yang merata hampir di seluruh Indonesia, dan atas dasar catatan kejadiannya, • Longsoran dan Amblesan Longsoran (landslide) merupakan pergerakan masa batuan dan/atau tanah secara grafitasional yang dapat terjadi secara perlahan maupun tiba-tiba. Dimensi longsoran sangat bervariasi, berkisar dari hanya beberapa meter hingga ribuan meter. Longsoran dapat terjadi secara alami maupun dipicu oleh adanya ulah manusia. Jenis bencana alam akibat longsoran ini merupakan jenis bencana yang cukup penting karena distribusinya yang merata hampir di seluruh Indonesia, dan atas dasar catatan kejadiannya,

Gambar 3.14. Sebaran gunungapi di Indonesia.

Gambar 3.15. Gunungapi dan bahaya-bahaya akibat letusannya.

Secara umum terdapat beberapa faktor utama yang menyebabkan longsor dan terdapat pula faktor-faktor pemicu terjadinya longsoran. Faktor-faktor utama penyebab longsoran diantaranya :

• Kemiringan lereng merupakan faktor utama penyebab longsoran. Semakin terjal suatu daerah, semakin rawan daerah tersebut terhadap longsoran.

• Kondisi geologi suatu daerah juga merupakan faktor penyebab longsoran. Batuan dengan rekahan intensif yang searah kemiringan lereng relatif lebih mudah longsor, ditambah bila sifat batuan mudah hancur dan memiliki daya kohesi yang rendah serta terlapukkan kuat.

• Keairan suatu daerah memiliki pengaruh terhadap mudah atau sulitnya material mengalami gerakan tanah. Daerah yang jenuh air akan lebih mudah dipicu untuk mengalami longsoran.

• Tata guna lahan mempengaruhi proses terjadinya longsoran dengan menunjukan derajat pengaruh manusia terhadap suatu bentuk muka bumi. Pembuatan sawah atau kebun di lereng merubah keadaan alami dan dapat memperkuat ataupun memperlemah kestabilan lerengnya.

Umumnya longosoran dipicu oleh beberapa hal. Hujan merupakan faktor yang paling sering memicu terjadinya longsoran. Hal ini ditunjukkan dengan banyaknya sawah yang rusak akibat terjangan longsoran pada saat musim penghujan. Gempa juga dapat memicu longsoran. Hal ini dapat ditunjukkan dengan terjadinya aliran material yang runtuh akibat gempabesar di beberapa tempat di Indonesia. Namun seringkali campur tangan manusia memiliki pengaruh yang besar terhadap terjadinya longsoran. Sering disebutkan bahwa terjadinya longsor pada lokasi pertambangan akibat pemotongan tebing yang tidak memperhitungkan kestabilan dari lereng.

Amblesan (subsidence) merupakan bencana alam geologi dimana material mengalami penurunan vertikal, baik secara perlahan ataupun tiba-tiba. Penyebab dari penurunan merupakan fungsi bertambahnya beban yang Amblesan (subsidence) merupakan bencana alam geologi dimana material mengalami penurunan vertikal, baik secara perlahan ataupun tiba-tiba. Penyebab dari penurunan merupakan fungsi bertambahnya beban yang

Penurunan tanah (land subsidence) terjadi disebabkan beberapa faktor, antara lain yaitu pengambilan air tanah secara berlebihan, kompresibilitas tanah/batuan yang sangat tinggi, konsolidasi alamiah pada material lepas (tanah), rongga-rongga bawah permukaan akibat proses pelarutan batuan, dan pergerakan struktur geologi sesar. Seperti halnya longsoran, bancana alam akibat penurunan tanah secara umum lebih banyak dipicu oleh aktifitas manusia, dapat berlangsung sangat lambat hingga cepat, dengan dimensi yang sangat bervariasi dari hanya beberapa meter saja hingga ribuan meter. Bencana alam jenis ini akhir-akhir ini menjadi sangat kritis karena banyak dijumpai di kota-kota besar di Indonesia.

3.3.3 Mitigasi Bencana Alam Geologi

Manajemen bencana atau seringkali disebut juga sebagai penanggulangan bencana merupakan suatu bentuk rangkaian kegiatan yang dinamis, terpadu dan berkelanjutan yang dilaksanakan semenjak sebelum kejadian bencana, pada saat atau sesaat setelah kejadian bencana, hingga pasca kejadian bencana. Secara lebih rinci, kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam rangka manajemen bencana meliputi :

• Sebelum kejadian bencana :

- Mitigasi bencana, meliputi pengumpulan dan analisis data bencana

dalam rangka usaha memperkecil tingkat kerentanan dan bahaya suatu bencana.

- Persiapan menghadapi kejadian bencana, meliputi prediksi kejadian

bencana (pemantauan bencana), kesiapsiagaan emergensi (persiapan tanda-tanda bahaya, sistem peringatan dini, dan sistem evakuasi), dan sosialisasi bencana melalui media cetak maupun ceramah.

• Pada saat atau sesaat setelah kejadian bencana :

- Penyelamatan korban bencana, termasuk pula usaha pencarian dan

evakuasi (pengungsian) korban. - Pemberian bantuan kepada korban bencana, meliputi pemberian bantuan bahan makanan, pelayanan sosial (santunan), dan pelayanan medik.

• Pasca kejadian bencana : - Rehabilitasi lahan bencana, terutama pada lokasi-lokasi bekas pemukiman penduduk yang rusak atau bahkan hancur akibat bencana.

- Rekonstruksi atau pembangunan dan penataan kembali lahan bencana.

Manajemen bencana merupakan salah satu tanggung jawab pemerintah pusat maupun daerah bersama-sama masyarakat dalam rangka mewujudkan perlindungan yang maksimal kepada masyarakat beserta aset- aset sosial, ekonomi dan lingkungannya dari kemungkinan terjadinya bencana. Keikutsertaan masyarakat di dalam manajemen bencana perlu terus dijaga dan terus dikembangkan. Pengembangan keikutsertaan masyarakat sebaiknya dilaksanakan melalui pemberdayaan masyarakat yang bermuara pada sistem manajemen bencana yang berbasis kepada kemampuan masyarakat itu sendiri dan bertumpu kepada kemampuan sumberdaya setempat (community based disaster management). Tentunya akan lebih baik dan bijaksana apabila para pengambil keputusan baik di pemerintahan pusat maupun daerah, para pakar bencana alam, dan masyarakat semakin meningkatkan komunikasi di antara mereka, agar mekanisme transformasi manajemen bencana ke dalam pelaksanaan pembangunan maupun kehidupan sehari-hari dapat berlangsung dengan lebih baik.