Kriteria Kelayakan

5.4 Kriteria Kelayakan

Pendekatan atau metoda penilaian layak atau tidaknya kegiatan eksploitasi sumber daya alam dapat dilakukan melalui proses analisis multi kriteria, yang mencakup kriteria teknis, ekonomi, sosial budaya, dan lingkungan fisik. Masing-masing kriteria diberi bobot yang besarnya sesuai dengan tingkat kepentingan dan kontribusi terhadap adanya nilai tambah dari kegiatan eksploitasi tersebut.

5.4.1 Kriteria Fisik

Untuk menentukan layak atau tidaknya suatu endapan bahan galian, maka perlu dilakukan penilaian terhadap beberapa aspek, terutama aspek teknis yang akan memberikan gambaran mengenai kondisi daerah tersebut yang terkait dengan rencana teknis penambangan. Beberapa indikator yang dapat digunakan untuk menilai aspek teknis, antara lain : • Potensi (cadangan) bahan galian, • Kualitas bahan galian, • Teknik penambangan, • Serta prasarana yang mendukung kegiatan penambangan.

5.4.2 Kriteria Ekonomi

Secara makro, kegiatan penambangan memberikan dampak positif bagi masyarakat luas. Demikian pula bagi pemerintah daerah setempat yang memberikan implikasi terhadap pendapatan asli daerah. Beberapa kemungkinan yang muncul dari sudut pandang ekonomi, adalah • Penghasilan setempat kadang bisa berada dalam kondisi kurang

menguntungkan. Hal ini disebabkan dengan dibukanya penambangan, ternyata penghasilan penduduk setempat bisa lebih kecil. Contoh adalah terjadinya peningkatan harga barang yang tidak seimbang dengan penghasilan asli penduduk.

• Pendapatan pemerintah daerah dapat meningkat berkat adanya usaha penambangan. Secara makro, komoditi pasir memberikan dampak positif bagi pertumbuhan dan pembangunan ekonomi makro. Dengan kata lain, secara makro pembukaan tambang bahan golongan C memberikan dampak yang menguntungkan bagi daerah-daerah lain yang memerlukan bahan galian golongan C guna menunjang pembangunan.

5.4.3 Kriteria Sosial Budaya

Dampak positif adanya aktivitas pertambangan terhadap kehidupan masyarakat sekitar berdasarkan aspek sosial budaya adalah dapat terciptanya lapangan pekerjaan dan peluang usaha. Peluang tenaga kerja untuk tenaga pendukung di proyek penambangan banyak diminati oleh pekerja setempat, karena gaji yang diperoleh relatif lebih besar dari penghasilan rata-rata pekerjaan sebelumnya. Namun demikian, daya tampung yang tidak terlalu banyak mengakibatkan dampak positif tersebut hanya dapat dinikmati oleh sebagian penduduk saja.

Selain dampak positif, terdapat dampak negatif berupa pencemaran air sungai dan penyempitan lahan pertanian penduduk. Khusus untuk Selain dampak positif, terdapat dampak negatif berupa pencemaran air sungai dan penyempitan lahan pertanian penduduk. Khusus untuk

5.4.4 Kriteria Lingkungan Fisik

• Kualitas Udara Salah-satu penyebab terjadinya penurunan kualitas udara adalah karena debu yang ditimbulkan dari aktivitas pengangkutan bahan galian. Disamping itu juga, ada polusi dari sisa hasil pembakaran bahan bakar alat angkut yang melintas daerah pemukiman. Adanya polusi ini berpengaruh kepada kesehatan anak-anak, ibu hamil dan orang tua.

• Iklim Mikro Iklim mikro akan terganggu terutama di daerah penambangan dan daerah yang dilalui kendaraan berat. Di daerah penambangan terjadi kenaikan iklim mikro karena berkurangnya/hilangnya pohon-pohonan dan pemakaian alat- alat berat di daerah penambangan. Di sekitar jalan yang dilalui oleh kendaraan pengangkut bahan tambang juga akan terjadi kenaikan iklim mikro yang disebabkan oleh hasil pembakaran bahan bakar kendaraan tersebut.

• Air Aktivitas penggalian yang besar-besaran dapat mengakibatkan tejadinya pemutusan penyebaran akifer dangkal sehingga akan mengganggu keterdapatan air tanah dangkal yang biasanya dimanfaatkan oleh penduduk sebagai sumber air bersih. Pembuangan kotoran terhadap air permukaan juga mungkin dapat terjadi.

• Tanah Aktivitas penambangan juga dapat mengakibatkan berkurangnya kesuburan tanah karena lapisan tanah permukaan yang mengandung humus akan hilang dengan sendirinya. Oleh karena itu, diperlukan perencanaan yang baik termasuk usaha pengembalian kesuburan tanah pasca penambangan.

Pemotongan lereng bekas penambangan yang tidak melewati perencanaan yang matang dapat mengakibatkan terbentuknya lereng yang terjal. Lereng tersebut sangat rentan terhadap terjadinya longsoran.

• Tata Guna Lahan Akibat adanya penambangan bahan galian akan mengakibatkan terjadinya perubahan fungsi lahan dari lahan pertanian atau hutan, menjadi kawasan pertambangan. Lebih jauh lagi, perubahan tata guna lahan ini akan mengakibatkan terjadinya perubahan ekosistem sehingga diperlukan penanganan yang khusus dengan melakukan reklamasi, mengembalikan fungsi lahan yang berubah sehingga menyerupai kondisi awal (sebelum terjadinya kegiatan penambangan).

5.4.5 Kriteria Pembatas

Selain itu, mengacu kepada Keppres No. 57 tahun 1989 tentang kriteria lokasi kawasan budi daya dan Keppres No. 32 tahn 1990 tentang kriteria lokasi kawasan lindung, maka ada beberapa pertimbangan yang dapat dijadikan patokan, yaitu : • Kegiatan penambangan bahan galian golongan C di kawasan lindung

yang sudah ditetapkan dapat diteruskan sejauh tidak mengganggu fungsi lindung.

• Dalam hal kegiatan budi daya yang telah ada mengganggu dan atau terpaksa mengkonversi kawasan berfungsi lindung, diatur sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang berlaku dalam Peraturan Pemerintah No. 29/1986.

• Kegiatan yang sudah ada di kawasan lindung dan mengganggu fungsi lindung harus dicegah perkembangannya. • Selain itu, perlu mempertimbangkan aspek teknologi penambangan yang mampu meminimalkan dampak negatif terhadap lingkungan

Khususnya bagi kegiatan penambangan yang berlokasi dekat atau tumpang tindih dengan wilayah perkebunan, maka berdasarkan SK Mentan No. 683/Kpts/Um/8/1981 dan No. 837/Kpts/Um/11/1980 disebutkan bahwa kawasan perkebunan atau hutan produksi yang tidak tetap bilamana diperlukan dapat dialihfungsikan.

Kawasan penambangan galian golongan C yang berlokasi dekat dengan kawasan pemukiman, industri, dan perkebunan perla direncanakan dengan mempertimbangkan sensitivitas setiap wilayah terhadap kerusakan lingkungan serta kompensasi biaya eksternal yang akan ditanggng oleh masyarakat akibat kegiatan tersebut.

Perencanaan tata ruang wilayah harus dilakukan dengan memperhatikan lingkungan alan, lingkungan batuan, lingkungan sosial, dan interaksi antar lingkungan. Perencanaan tata ruang dilakukan dengan mempertimbangkan keserasian, keselarasan, dan keseimbangan fungsi budi daya dan fungsi lindung, dimensi waktu, teknologi, sosial budaya, dan fungsi hankam.

Pemikiran untuk tahap pasca penambangan wajib disertakan dalam pembuatan proposal atau studi kelayakan dengan memperhitungkan dampak lingkungannya. Kawasan penambangan galian golongan C yang tumpang tindih seluruhnya atau sebagian dengan kawasan hutan lindung dan kawasan budi daya lainnya perla direncanakan secara dinamis mempertimbangkan setiap sektor terkait.

5.4.6 Kriteria untuk Lokasi di Sekitar Kawasan Lindung

Dalam melakukan penentuan dan peruntukan zona penambangan, maka perlu diketahui beberapa kondisi batasan yang harus diperhatikan, antara lain batasan daerah (kawasan) lindung, dimana pada kawasan-kawasan lindung tersebut diharapkan tidak diperuntukkan sebagai zona penambangan.

Kawasan lindung yang dimaksud adalah kawasan lindung yang tertuang dalam penjelasan pasal 7 ayat 1 UU No. 24 Tahun 1992 tentang penataan ruang dan pasal 37 Kepres RI No. 32 Tahun 1990 tentang pengelolaan kawasan lindung. Adapun daftar kawasan lindung tersebut adalah : • Kawasan hutan lindung • Kawasan bergambut • Kawasan resapan air • Sempadan pantai • Sempadan sungai • Kawasan sekitar danau/waduk • Kawasan suaka alam • Kawasan suaka alam laut dan perairan lainnya (wilayah pesisir, muara

sungai, gugusan karang atau terumbu karang dan atol yang mempunyai ciri khas berupa keanekaragaman dan keunikan ekosistem).

• Hutan pantai berhutan bakau • Taman nasional • Tanam hutan raya • Taman wisata alam • Kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan • Kawasan rawan bencana alam.

5.4.7 Batasan Teknis untuk Aktivitas Penggalian di Sungai

Untuk mengantisipasi berkembangnya aktivitas penambangan di lokasi sungai, maka perlu juga diketahui batasan-batasan teknis dalam penentuan lokasi-lokasi yang sebenarnya tidak boleh ditambang karena alasan teknis, pengamanan lingkungan sungai, serta pengamanan bangunan-bangunan di dekat sungai.

Untuk aktivitas penggalian bahan galian golongan C di sungai (seperti pasir dan sirtu), perlu diperhatikan beberapa aturan seperti peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 63/PRT/1993 tentang garis sempadan sungai, daerah manfaat sungai, daerah penguasaan sungai dan bekas sungai serta Untuk aktivitas penggalian bahan galian golongan C di sungai (seperti pasir dan sirtu), perlu diperhatikan beberapa aturan seperti peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 63/PRT/1993 tentang garis sempadan sungai, daerah manfaat sungai, daerah penguasaan sungai dan bekas sungai serta

sekurang-kurangnya 5 m di sebelah luar sepanjang kaki tanggul. • Garis sempadan sungai bertanggul di dalam perkotaan ditetapkan sekurang-kurangnya 3 m di sebelah luar sepanjang kaki tanggul. • Garis sempadan sungai bertanggul di luar kawasan perkotaan ditetapkan sekurang-kurangnya 5 m di sebalah luar sepangjang kaki tanggal. • Garis sempadan sungai bertanggul didalam perkotaan ditetapkan sekurang-kurangnya 3 m di sebelah luar sepanjang kaki tanggul.

• Sungai besar yaitu yang mempunyai DPS 500 km 2 atau lebih, garis sempadan sungai bertanggul di luar kawasan perkotaan ditetapkan

sekurang-kurangnya 100 m dari talud atas. • Sungai kecil yaitu sungai yang mempunyai DPS kurang dari 500 km 2 ,

garis sempadan sungai bertanggul di luar kawasan perkotaan ditetapkan sekurang-kurangnya 50 m dari atas talud atas.

• Sungai dangkal (H< 3m) tidak bertanggul di dalam perkotaan ditetapkan sekurang-kurangnya 10 m dari talud atas. • Sungai yang berkedalaman sedang ( 3 < H < 20 m) tidak bertanggul di dalam kawasan perkotaan garis sempadan ditetapkan sekurang- kurangnya 15 m dari talud atas.

• Garis yang berkedalaman maksimum ( H < 20 m) tidak bertanggul di dalam kawasan perkotaan garis sempadan ditetapkan sekurang- kurangnya 30 m dari talud atas.

• Garis sempadan sungai tidak bertanggul yang berbatasan dengan jalan adalah tepi bahu jalan yang bersangkutan. • Untuk danau dan waduk, garis sempadan ditetapkan sekurang-kurangnya 200 (dua ratus) meter di sekitar mata air. • Untuk mata air, garis sempadan ditetapkan sekurang-kurangnya 200 (dua ratus) meter disekitar mata air.

• Sungai yang terpengaruh pasang surut air laut (muara), garis sempadan, garis ditetapkan sekurang-kurangnya 100 m dari tepi sungai. • Lokasi penambangan yang berada di sebelah hulu bangunan sungai

sekurang-kurangnya berjarak 500 m dari bangunan yang bersangkutan. • Lokasi penambangan yang berada di sebelah hilir bangunan sungai sekurang-kurangnya berjarak 1.000 m dari bangunan yang bersangkutan.

Gambar 5.1 Sketsa penentuan batas lokasi daerah penambangan yang berdekatan dengan bangunan sungai.