Mengi denti fi kasi Komponen Kesastraan dal am Teks Drama
A. Mengi denti fi kasi Komponen Kesastraan dal am Teks Drama
Tuj uan Pem bel aj ar an Pada subbab ini, Anda akan
mengidentikasi komponen kesastraan dalam teks
fi les.wordpress.com
drama. Setelah mempelajari subbab
ini, Anda diharapkan dapat menceritakan isi drama, membahas unsur-unsur drama (tema, penokohan,
hlasrinkosgorobogor. konflik, dialog), dan membahas kekhasan (bentuk pementasan, dialog/dialek, kostum, adat, alur, dan lain-lain).
Gambar: Drama.
Pada pembelajaran sebelumnya Anda sudah belajar mengenai komponen kesastraan dalam teks drama. Anda tentu masih ingat, bukan? Karena itu, Anda tentu akan mampu mengidentifikasi komponen kesastraan dalam teks drama. Berikut ini disajikan teks drama untuk Anda identifikasi komponen kesastraannya. Namun, sebelumnya peragakanlah oleh beberapa orang di depankelas.
Seperti sudah dibicarakan pada pembelajaran sebelumnya bahwa ketika menikmati pementasan drama kita dapat bersikap kritis dengan memberikan komentar/tanggapan dan penilaian-penilaian, baik itu terhadap teknik vokal dan penghayatan para pemainnya, tata busana, tata panggung, dan unsur-unsur pementasan lainnya.
Baca dan pahamilah naskah drama di bawah ini! Orang Asing
(Drama Satu Babak) Judul Asli : Lithuania Karya : Rupert Brook
Saduran : D. Djajakusuma
Interior sebuah rumah kampung di daerah Bumiayu; Orang asing : “Ah, saya kira berat, untuk mengurus sebuah meja di tengah. Di sebelah kiri meja
segalanya hanya dengan seorang menghadap ke samping, duduk orang asing sedang
lelaki dalam keluarga atau ... (jelas) menghabiskan makannya. Gadis duduk di depan dapur
Ibu punya anak laki-laki tentunya membelakangi publik, sebentar-sebentar menengok
(menyindir)
ke arah orang asing. Ibu mondar-mandir membawa Ibu : “Tidak, dulu ada seorang. Ia minggat piring-piring makanan. Sebuah lampu ada di atas
waktu berumur tiga belas tahun.” meja.
Orang asing : (dengan tertawa kecil, sopan agak gugup ) “Sayang. Aku sangka
Pelaku
wanita ingin ada orang yang akan
1. Orang asing kira-kira berumur 27 tahun, melindunginya. Dan kini sebagai pakaiannya mahal dan bersih. seorang ibu, Ibu tentunya akan
2. Ibu, kira-kira berumur 45 tahun, tingginya menerima kembali anak itu bila ia sedang, agak bungkuk karena bekerja keras. pulang ke rumah untuk menolong
3. Gadis, menginjak dewasa, badannya kuat. Ibu di hari tua?” Orang asing : (mendorong kursinya ke belakang Ibu : “(ragu-ragu) Ah, saya tidak tahu dan menghabiskan minumannya )
”Enak, enak sekali. Sungguh aku
: “Ia tenggelam.” (jengkel) rasa, baiklah aku mengaso sekarang. Orang asing : “O, maaf. Tapi suami ibu selalu Aku capek sekali habis jalan kaki tinggalkan Ibu seorang diri....” lewat hutan-hutan itu. Alhamdulillah,
Gadis
aku mujur sekali menemukan rumah Terdengar suara Bapak dari jarak agak jauh ini.”
: Itu, dia. Biar saya songsong, silakan Ibu
Ibu
: “Jika Ndoro mau menunggu sebentar, Ndoro tunggu sebentar. Sebaiknya suami saya segera datang dari
Ndoro bertemu dia sebelum pergi ladang.”
tidur.” (Ibu keluar) Orang asing : (berdiri) “Apakah tidak takut sendiri Orang asing : (jalan agak kaku mendekati gadis)
di rumah terpencil ini, hanya dua “Aku kira seorang gadis muda dan perempuan, malam-malam seperti ini
manis seperti kau kadang-kadang ....”
tentumerasa jemu hidup bekerja Ibu
: Apa yang akan kami takutkan? Apa terus-menerus di tempat seram yang akan dirampok dari kami. Dan
seperti ini ... meski indah sekalipun siapalah yang mau dengan saya?
Sinah akan menghajar mereka. Ia Gadis : (setengah pada diri sendiri) “Saya lebih kuat dari kebanyakan lelaki.”
punya kegembiraan sendiri.” Orang asing : (membungkuk dengan perasaan tidak Orang asing : “Enak di kota besar. Jalan-jalan
enak ) terang benderang dan sibuk. “Anak ibu tegap badannya”
Darahmu akan mengalir lebih cepat. Ibu
: “Dia kuat. Dia harus bekerja di ladang Sayang sekali kau tak akan tahu. Tak dengan ayahnya.”
sadarkah, kau hanya akan jadi kasar
Bahasa dan Sastra Indonesia untuk SMA/MA Kelas XI Program Bahasa Bahasa dan Sastra Indonesia untuk SMA/MA Kelas XI Program Bahasa
coba jalan kaki ke Bumiayu. Hari kemudian kau akan seperti ibumu
sangat cerah... aku suka betul jalan yang akhirnya kerdil dan jelek
kaki dan kebetulan aku mengelilingi kemudian mati. Nah, apa katamu
kota kecil daerah ini, ada ... urusan .... (tertawa sedikit, histeris) bila
Ya, urusan pemerintah.” mendadak datang seorang sdatria Ayah
: “Bumiayu? Ndoro terlalu nyasar dari (melihat kepada gadis) dan berjanji
jalan besar. Ndoro tentunya sangat akan membawa kau ke kota besar
lelah. Apalagi dengan kopor itu, Ndoro dan memperlihatkan segala sesuatu
mungkin nanti bisa dirampok.” kepadamu ... membelikan pakaian Orang asing : (membuka kopornya) “Ah, tak banyak dan perhiasan ... dan memberikan
isi kopor ini, hanya kertas-kertas padamu segala yang terbaik, seperti
saja. (riang) Tetapi banyak bawa seorang putri ....”
uang. (mengeluarkan uang) Lihat Gadis : (berdiri cepat dan berjalan menuju
banyak uang. Dengan ini saya bisa orang asing agak pincang ) “Aklu
beli rumah sepuluh kali sebesar ini pincang, digigit anjing. Ndoro ingin
lengkap dengan isinya. Aku berani lihat? (Dia angkat kainnya dan
bertaruh kalian belum pernah lihat menunjukkan tempat di bawah lutut.)
uang begitu banyak di atas meja.” Apakah kaki seorang putri seperti
(ia mengeluarkan uang lagi, ketawa ini? Lihat bekas ini (memperlihatkan
histeris dan minum tuaknya ) tangannya ). Gara-gara sebuah paku Ayah
: (tercengang memandang orang besar.” (Lutut kiri orang asing
asing ) “Tidak, Ndoro memang belum dipijat dengan tangannya dan
pernah.” (Hening sejenak. Ibu jalan ke menengok ke atas, senyum sedikit )
dapur )
(Orang asing teriak sedikit dan Ibu : “Tidak aman jalan dalam hutan melangkah agak kaget ).
membawa semua itu.” Gadis
: Pernah Ndoro rasakan tangan Orang asing : “Tidak ada seorang manusia aku seorang putri seperti ini? (Diam
jumpai hari ini. Atau sebuah rumah. sejenak, gadis jalan menuju ke pintu
Inilah rumah pertama yang aku temui. sebelah kiri, lalu masuk )
Aku langsung menuju kemari, dari hutan sebelah barat sana aku gembira
Orang asing duduk, tangan di kakinya. Masuk ayah melihat ada lampu menyala.”
dan Ibu. Ayah ini sedang tingginya, umurnya kira- kira 49 tahun. Kuat badannya, rambutnya yang Hening sejenak. Gadis datang lagi diam-diam dan hitam mulai memutih. Dia periang, berwatak keras, duduk sementara itu orang asing bicara. tapi lemah menghadapi persoalan.
Orang asing : “Sangat sunyi dan mengerikan di Ibu : “Ini suami saya.” (Orang asing
sini; aku kira orang bisa jadi gila menghampiri Ayah, agak nervous )
karenanya ... mendengar angin bertiup Orang asing : “Apa Bapak tuan rumah di sini?
di hutan kayu, menyaksikan malam Apa kabar, Pak? Istri Bapak sangat
mendatang, berbulan-bulan begitu. baik membolehkan aku tidur di sini.
(membalik lihat orang-orang) Aku Aku tersesat dan kemalaman. Tapi
bilang terus terang, aku mulai tak enak aku sangat beruntung menemukan
berjalan sendiri di hutan sehari suntuk, rumah ini.”
di antara pokhon-pohon itu.” Ayah
: “Bagaimana Ndoro sampai dalam Ayah : “Di sebelah sana, di lembah ada hutan dengan pakaian seperti itu?”
beberapa rumah kira-kira tiga menit
Bab 8 Kemiskinan
maaf. Tapi akan kuganti. Kalian Ibu
: (menyiapkan makanan lagi) “Dia tak akan menyesal berbaik budi barangkali memang mau ke sana.”
kepadaku.” (Menghampiri Ayah Ayah
: “Banyak pekerjaan di ladang- seperti mau bersalam. Ragu-ragu ladang.”
lalu mengikuti Ibu ke pintu kanan ) Orang asing : ”Tetapi di musim hujan keadaan lebih Ayah : (Pada orang asing) “Ah, makanan sukar, bukan?”
orang miskin. Tapi saya senang Ayah
: “Ya, musim hujan memang sudah sebab Ndoro suka (di depan pintu). dekat.”
Kamarnya sangat jelek. Kami tidur Orang asing : ”Saya pikir kalian tentu akan senang
sebelah kanan. Ndoro tak usah takut sesudah menabung barang sedikit lalu
akan terganggu kami.” pergi dari sini dan hidup di kota.”
Gadis berdiri dekat api, ayah duduk makan di ujung Ayah
: “Itu akan terjadi bila kambing bandot
meja
meneteki anaknya atau bila ada rezeki Ayah : (sambil makan) “Kau selalu bicara jatuh dari langit di depan si miskin.” tentang laki-laki. Itu ada seorang Ibu
: ”Pak!!” (memarahi suaminya) buat kau. Kenapa kau diam saja. Dia Ayah
: “Kita hampir tak dapat hidup dari perhatikan kau dan mabuk.” tanah ini.” (pause) Gadis : (membawa lauk pauk) “Laki-laki Orang asing : “Aduh capek benar aku jalan kaki lemah, tangannya kaya perempuan, dalam hutan itu. Baiknya aku tidur laki-laki jelek begitu.” saja sudah jauh malam tentunya.”
: “Kau takut. Kau memang selalu Ayah
Ayah
: “Kira-kira jam delapan lewat.”
takut.”
Orang-orang : (tertawa) “Tentu Bapak tak punya
: “Dia bukan laki-laki. Dia banci, kecil arloji. (diam sejenak kemudian begitu lemah dan cerewet seperti tertawa keras ) Tentu tak tahu jam
Gadis
Bapak.”
berapa mesti pergi tidur. Akan aku pinjamkan arlojiku utuk semalam. Ayah mendekati Gadis, tangkap Gadis pada Ya (Jam dikeluarkan dari sakunya). lengannya dengan keras. Sendok di tangan Gadis Lihat! Emas betul , emas seluruhnya. jatuh ke tanah. Gadis meronta melepaskan tangannya Aku akan gantungkan di sana di dan pukul tangan Ayah dengan mengeraskan dinding itu. Aku bertaruh kalian suaranya. belum pernah lihat arloji emas Gadis menuju ke depan dan duduk. Ibu datang bawa bergantung di dindingmu, bukan?”
lampu di meja dan dimatikannya. Gadis di belakangnya memandang ibu, Ibu pada Ibu
: Apa yang kaubawa dari hutan?” Gadis, Ayah memandang satu per satu, lalu mengetuk- Ayah
: ”Tidak bawa apa-apa. Hutan ngetuk meja ( pause)
terkutuk. Tak ada binatang tak ada burung (semua diam mati, lalu ibu
Ibu : (mengangkat lampu) “Boleh saya duduk di sebelah ayah ) Kita tak
mengantar Ndoro ke kamar?” punya apa-apa bagaimana jika nanti
Orang asing : ”Tentu, aku benar-benar harus tidur hujan mulai datang.”
(menengok ke arah arloji) Nah coba
: “Aku lapar. Tak pernah cukup lihat (menghampiri Gadis). Selamat
Ayah
makan di rumah setan ini. Tak bisa malam, Dik.”
kita hidup dari tanah ini.” Gadis : (Gadis berdiri kaku dan membungkuk)
Ibu : “Telah kuberikan makanan padanya. “Selamat malam (pada Bapak). Aku
Aku tahu dia kaya, kita akan dapat takut sebagian besar dari makanan
Bahasa dan Sastra Indonesia untuk SMA/MA Kelas XI Program Bahasa Bahasa dan Sastra Indonesia untuk SMA/MA Kelas XI Program Bahasa
Ayah : (bersandar dekat meja) “Aku bekerja, Ayah : “Lalu?” pelihara kamu berdua. Bekerja sekuat Ibu
: “Kita sampai sekarang masih bisa tenaga dan aku akan mati kelaparan. hidup.”
Tapi dia maling, dia seorang diri dan Ayah : (berdiri marah) “Aku sudah bosan dia punya banyak uang. Apa itu akan
di sini. Aku pergi ke kota. Di sana
dibiarkan?”
ada duit. Buat apa aku tinggal di sini Ibu
: ”Pak!!”
cari makan buat kamu berduaan dan
Pause
aku sendiri. Aku akan pergi sendiri (melihat arloji) Lihat itu. Mengapa Ayah : (Seperti tak suka dan makin keras) dia harus punyai itu, sedang kita
“Kita sama-sama punya hak apa mati kelaparan? Kita akan hidup
artinya uang buat orang buruan setahun dengan barang itu. Dari
seorang diri, seperti dia.” mana dia dapat barang itu? Siapa Ibu
: “Hessstt... dia nanti bangun.” dia sebenarnya? Mengapa dia bicara Ayah : (kurang keras) “Peduli apa kalau dia seperti itu?”
dengar.”
Ibu : “Dia mabuk sedikit. Dia orang Gadis : ”Dia tidur nyenyak. Terlalu capek.” kaya.”
(Cahaya lampu berkurang) Ayah
: “Dia gila kataku. Siapa pernah Pause mendengar orang jalan di hutan
: “Mengapa kaupandang aku?” karena suka kalau tidak karena
Ayah
: (memeras tangannya mendekati gila. Dengan pakaian mentereng, dapur ) “Kita akan kelaparan di musim membawa kopor lahi. Tak ada orang
Ibu
hujan nanti.”
yang lihat dia datang kemari. Ayah : (gemetar) “Mengapa kau lihat aku. Ibu : “Dia tidak gila, tetapi aneh. Ada yang Apa kalian pikir aku tak mengerti apa membikin dia gila. Buat apa dia yang kalian pikir.” datang kemari. Uang itu semuanya,
: “Kau gemetar, Pak. Sampai-sampai caranya dia ngomong. Kaukira mejanya ikut gemetar.” semua itu dia punya?”
Ibu
Pause
Ibu dan Gadis memandang sebentar, menggerakkan kepalanya.
Ayah
: “Mengapa aku dipandang juga. Aku tak tahu melihat matamu.”
Ibu : “Jika bukan kepunyaannya ....” (—Pause lebih panjang—) Ayah
: “Dia seperti maling. Lagak lagunya (hampir menangis) “Aku pernah seperti maling. Barangkali dia bunuh orang sekali ... sekali dalam mencuri. Dia lari, sembunyi, sebab perkelahian. Ya, Tuhan, ... aku ... itu dia datang kemari.” tidak. (Mereka berpandangan, berdiri Gadis
: “Tak seorang pun tahu kalau dia ke diam ) Aku harus berpikir ... bilang sini.” apa-apa ... besok ...” Ibu
: “Kalau dia maling, kita akan dapat
Gadis : “Sekarang.”
hadiah melaporkan dia.”
: “Dia tamu kita.” Ayah
Ayah
: (mengambil arloji) ”Barang emas
Ibu
: “Dia maling.”
ini dan uang itu. Apa haknya barang Diam sejenak, Gadis pasang lampu. ini mungkin banyak orang kelaparan
: (dengan suara rendah dan cepat) karena dia mencuri. Dia kaya karena “Dia tidur. Cuma sekali. Ia tidak maling.” akan melawan. Kami akan pegang
Ibu
Bab 8 Kemiskinan
menggerakkan lehernya ) pengecut.”
Ibu : “Mesti!” Ayah
: “Aku tak bisa ... seperti ini. Tuak. Sementara itu Ayah ambil pisau yang terselip di
Aku perlu tuak.” dinding, ambil lampu dari tangan Gadis dengan tak
Ibu : “Sudah habis diminumnya. Mesti sadar. Dan maju beberapa langkah menuju kamar
kau melakukannya.” orang asing. Kedua wanita itu mengikutinya.
Ayah terhuyung-huyung ke dinding Ayah :
“Aku tak bisa. (maju beberapa langkah belakang dan mengenakan baju. menengok ke belakang ) Kau kotor. Ayah : (merogoh kantungnya) “Aku ke
Tunggu di sini. Kau tak boleh sentuh warung dulu beli tuak. Aku ada dia. Aku akan bereskan.” (cepat
duit sedikit. Aku mesti minum tuak, masuk kamar tamu )
kalau tidak, tak bisa aku kerjakan itu. Gadis berdiri dekat pintu kamar orang asing. Ibu