Dampak Ketunanetraan (Kehilangan Penglihatan)

b. Dampak Ketunanetraan (Kehilangan Penglihatan)

Seorang anak yang kehilangan penglihatan, biasanya pendengaran dan perabaan akan menjadi sarana alternatif yang digunakan untuk melakukan pengenalan terhadap lingkungan sekitarnya. Kelebihan indra pendengaran sebagai transmisi dalam berinteraksi dengan lingkungan bagi anak tunanetra dapat membantu memberikan petunjuk tentang jarak atau arah objek dengan mengenal suaranya, namun ia tidak dapat mengenal wujud konkret tentang objek yang dikenalnya. Contohnya, ketika ada pesawat yang terbang melintas di atasnya. Dengan mendengar suaranya, anak barangkali dapat mengenali karakteristik atau jenis bendanya berdasarkan informasi pengalaman sebelumnya, tetapi ia tidak dapat mengenal

Seminar Nasional Matematika-FKMS3MI 2008

Proses Berpikir Anak Tunanetra dalam ...

lebih jauh seperti apa bentuk pesawat terbang tersebut, bagaimana bentuk dan ukurannya, spesifikasinya, cara berjalannya, dan jumlah baling-balingnya. Demikian pula jenisnya, apakah termasuk dalam kategori pesawat tempur atau penumpang biasa, dan seterusnya.

Selanjutnya perabaan dapat membantu bagi anak tunanetra untuk memperoleh pengalaman kinestik. Melalui perabaan, anak-anak tunanetra dapat langsung melakukan kontak dengan objek yang ada di sekitarnya. Urgensi perabaan bagi anak tunanetra dapat memberikan gambaran secara konkret mengenai ukuran, posisi, temperatur, berat, dan bentuk, di samping juga berguna sebagai pengganti mata dalam kegiatan membaca tulisan yang menggunakan huruf Braille, kepekaan jari-jari tangan sebagai pengganti mata dituntut untuk memiliki sensitivitas yang tinggi. Oleh karena itu, kondisi jari-jari tangan di samping dijaga dari hal-hal yang dapat mengganggu sensitivitasnya, juga dibantu dengan latihan yang intensif untuk meningkatkan kepekaan hasil rabaan terhadap titik-titik timbul yang menjadi formasi huruf pada tulisan Braille. Dengan meningkatkan kepekaan jari-jari berarti membantu anak tunanetra membuka wawasan pengetahuan melalui bahan pustaka Braille. Bentuk dan formasi huruf Braille yang dikonstruksi dari kumpulan titik-titik timbul, baik yang dicetak dengan reglet atau mesin ketik Braille komposisinya dapat disimak pada gambar 2 dibawah (Kohanova, 2006).

Pemanfaatan fungsi perabaan sebagai sarana mengeksplorasi lingkungan sekitar, hambatan yang paling menonjol dalam menggunakan perabaan bagi anak tunanetra yakni dibatasi oleh jarak dan jangkauan. Berkenaan dengan jarak benda yang dapat diraba anak tunanetra, jangkauan letaknya hanya sebatas apa yang ada di depannya. Jika benda itu ukurannya sangat besar, seperti gajah, kapal, kereta api, dan sejenisnya, atau jika letak benda itu berjauhan dengan anak, tampaknya ia akan mengalami kesulitan untuk menggapainya. Atas dasar itulah maka pengenalan anak tunanetra terhadap benda atau objek yang sejenis dengan contoh tersebut seringkali tidak lengkap dan menyeluruh. Berdasarkan hasil observasi Toth (1930), Schlaegel (1953), anak yang menderita ketunanetraan sejak lahir akan kehilangan penglihatan selama hidupnya, atau anak yang kehilangan penglihatan sebelum usia 5 tahun tidak akan menerima gambaran penglihatan dengan baik, atau gambaran yang ada cenderung hilang sebelum usia 5-7 tahun (Cruickshank, 1980).

Bidang Pendidikan Matematika

Susanto

Gambar 2 Huruf Braille

Seminar Nasional Matematika-FKMS3MI 2008

Proses Berpikir Anak Tunanetra dalam ...

Pengenalan terhadap benda yang dapat dijangkau anak tunanetra melalui perabaan, dapat dilakukan melalui dua cara. Pertama, persepsi sintetik objek yang diamati secara keseluruhan, baik diraba dengan satu tangan atau dua tangan, untuk selanjutnya diuraikan bagian-bagian tersebut. Kedua, persepsi analitik yaitu persepsi perabaan pada objek yang tidak tercakup satu atau dua tangan karena objeknya terlalu besar sehingga prosesnya perlu menelusuri bagian dari objeknya satu per satu (Moerdiani, 1987).

Dalam penelitian ini anak tunanetra yang dijadikan subjek adalah mereka yang hanya indera penglihatan saja yang tidak berfungsi; sementara indera-indera yang lain masih berfungsi normal, misalnya indera pendengar, peraba, pencium, pengecap, dan perasa. Menurut Lowenfeld, kehilangan penglihatan mengakibatkan tiga keterbatasan yang serius yaitu: (1) variasi dan jenis pengalaman (kognisi), (2) kemampuan untuk bergerak (orientasi dan mobilitas), dan (3) berinteraksi dengan lingkungannya (sosial dan emosi).

Bidang Pendidikan Matematika

Susanto