menjelaskan keaktifan atau ketidak aktifan seseorang dalam kegiatan politik. Ketidak aktifan dalam konsep ketidak percayaan politik sendiri selalu
mengandung pengertian ganda. Pertama, ketidak aktifan dapat diinterpretasikan sebagai ekspresi atas kepercayaan yang rendah terhadap sistem politik atau
sebagai suatu ekspresi atas perasaan keterasingan alienasi. Kedua, ketidak aktifan juga dapat diinterpretasikan sebagai ekspresi kepercayaan yang tinggi, di
mana ketidak aktifan seseorang dalam bilik suara menandakan bahwa mereka puas terhadap sistem politik yang ada, atau tidak khawatir dengan keadaan politik
yang ada.
21
2. Pemberian Suara Voting
Richard G. Niemi dan Herbrt F.Weisberg yang dikutip dalam komunitas embun pagi, berpendapat bahwa, “faktor sosialisasilah sebenarnya yang
menentukan perilaku memilih seseorang, bukan karena karakteristik sosiologis.”
22
Maka kesadaran politik warga Negara menjadi faktor determinan dalam partisipasi politik masyarakat, artinya berbagai hal yang berhubungan dengan
pengetahuan dan kesadaran akan hak dan kewajiban yang berkaitan dengan Pendekatan ini menggunakan dan mengembangkan konsep psikologis terutama
konsep sosialisasi dan sikap untuk menjelaskan perilaku seseorang. Pendekatan ini berkeyakinan bahwa pemilih menentukan pilihannya karena pengaruh
kekuatan psikologis yang berkembang dalam dirinya sebagai produk dari sosialisasi yang mereka terima. Maka dalam hal ini diperlukan “kurikulum
sosialisasi politik”. Ini penting terutama bagi pemilih pemula yang cenderung belum pernah memilih. Harus dilakukan sosialisasi yang sistematis agar pemilih
pemula ini dapat mengerti dan tidak menunjukkan karakter yang apatis tidak adanya minat terhadap persoalan – persoalan politik, anomi perasaan tidak
berguna
21
Asfar Muhammad, Presiden Golput, Surabaya : Jawa Pos Press 2004, Hal.41 – 45
22
Richard G. Niemi dan Herbrt F.Weisberg. Controversier of Voting Behaviour yang dikutip di dalam komunitas embun pagi
Universitas Sumatera Utara
lingkungan masyarakat dan kegiatan politik menjadi tolok ukur seseorang terlibat dalam proses partisipasi politik.
3. Tidak Memberikan Suara Non Voting
Tidak memberikan suara non voting atau sering juga disebut golput. Arbi Sanit 1992 mengidentifikasi bahwa non voting atau golput adalah mereka
secara sadar yang tidak puas dengan keadaan sekarang, karena aturan main demokrasi diinjak-injak partai politik dan juga tidak berfungsinya lembaga
demokrasi parpol sebagaimana kehendak rakyat dalam sistem demokrasi. Sedangkan “Riswandha Imawan menilai,” non voting adalah keputusan rasional
untuk memperlihatkan adanya ketidaksesuaian antara preferensi kelompok elit politik dengan publiknya di bawah. Pilihan untuk menekan golput berada di
tangan para elit dengan kesadaran mereka untuk mendeteksi dan
mengakomodasikan keinginan yang tumbuh di lapisan sebab dasar dalam politik adalah kepercayaan.”
23
“Louis Desipio, Natalie Masuoka dan Christopher Stout 2007 mengkategorikan Non–Voter tersebut menjadi tiga ketegori yakni
; a Registered Not Voted ; yaitu kalangan warga negara yang memiliki hak pilih dan telah terdaftar namun tidak menggunakan
hak pilih, b Citizen not Registered ; yaitu kalangan warga negara yang memiliki hak pilih namun tidak terdaftar sehingga
tidak memiliki hak pilih dan c Non Citizen ; mereka yang dianggap bukan warga negara penduduk suatu daerah sehingga
tidak memiliki hak pilih.”
24
1. Adanya pemilih yang terdaftar lebih dari sekali di tempat yang berbeda,
terdaftar lebih dari sekali di tempat yang sama, Menurut KPU sejumlah faktor yang menyebabkan tingginya jumlah pemilih
terdaftar yang tidak menggunakan haknya faktor-faktor itu adalah :
23
Kompas, 19 Juni 2005
24
Golput Dalam Pilkada, kajian bulanan Edisi 05 september 2007. Lingkaran Survei Indonesia LSI Compaign. Political and Business Consultan. Lebih lanjut lihat www.lsi.co.id diakses 25 februari 2012
Universitas Sumatera Utara
2. Adanya kartu pemilih yang tidak dapat dibagikan karena pemiliknya tidak
dikenali 3.
Adanya warga yang belum berhak memilih tetapi diberi kartu pemilih 4.
Adanya pemilih yang meninggal dunia 5.
Adanya pemilih terdaftar yang tidak menerima kartu pemilih 6.
Tidak datang ke tempat pemungutan suara TPS 7.
Serta pemilih yang memang sengaja tidak menggunakan haknya.
25
Dalam konteks pilkada di beberapa daerah, kemungkinan tidak memberikan suara disebabkan oleh:
1. Banyaknya perantau yang tidak bisa pulang di berbagai daerah ketika ada
jadwal pemilu dilakukan, sehingga banyak dari warga yang bekerja di luar kota malas untuk meninggalkan pekerjaannya.
2. Kejenuhan dari rutinitas mencoblos dalam pemilu, kecenderungan
terjadinya penggelembungan pemilih golput bisa terkondisikan mengingat rangkaian acara politik terlalu padat sepanjang tahun. Situasi ini membuat
publik jenuh dan memilih melakukan aktivitas rutinnya. 3.
Tidak mau menggunakan hak pilihnya, warga yang secara sadar tidak mau menggunakan hak pilihnya memang tidak bisa dikaji secara kualitatif,
namun secara riil mereka tidak menggunakan haknya.
26
Faktor lokal lain seperti mobilitas masyarakat di kota besar dan buruknya cuaca pada sejumlah tempat, juga sempat disebut sebagai penyebab penurunan
tingkat partisipasi itu. Di samping itu, ketidakpedulian masyarakat terhadap keberlangsungan pemilu ditenggarai sebagai salah satu faktor signifikan dalam
25
www.kpu.co.id
26
Suara Merdeka, 16 Juni 2005
Universitas Sumatera Utara
pemilukada. Bisa juga disebabkan oleh sosialisasi yang tidak tuntas atau mengenai sasaran.
27
4. Faktor – faktor yang Mempengaruhi Masyarakat Untuk Tidak Memilih.