Tabel 3.7 Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan
No Pekerjaan
Jumlah Persentase
1 Pemerintahan PNS
3 3.1
2 Wiraswasta
17 17.5
3 Karyawan
27 27.9
4 Transportasi
11 11.3
5 Perdagangan
12 12.4
6 Mahasiswa
11 11.3
7 Tidak Menetap
16 16.5
Jumlah 97
100 Sumber : Hasil angket
Dari tabel 3.7 dapat diperoleh bahwa, masyarakat di Kecamatan Siantar Selatan terdiri dari beranekaragam jenis pekerjaan. Mayoritas responden dalam
penelitian ini adalah karyawan swasta sebanyak 27 responden atau 27.9. Kemudian wiraswasta sebanyak 17 responden atau 17.5 dan disusul dengan
yang lainnya.
2. Identifikasi Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Masyarakat Untuk Tidak Memilih
1. Sistem Pemilihan Umum Kepala Daerah
Pelaksanaan Pemilukada yang berlangsung sejak tahun 2004 beracuan kepada UU no 32 tahun 2004. Dimana menurut UU no 32 pelaksanaan
Pemilukada diselanggarakan oleh KPUD dibawah pengawasan KPU. Didalam tahapan penyelanggaraan Pemilukada penetapaan DPT menjadi salah satu unsur
penting dikarenakan penetapannya harus tepat dan objektif. Berikut ini tabel rekapitulasi responden yang tidak memilih atau menggunakan hak pilihnya
Universitas Sumatera Utara
berdasarkan faktor sistem Pemilihan Umum Kepala Daerah pada pemilihan Walikota dan wakil Walikota Kota Pematang Siantar tahun 2010.
Tabel 3.8 Jawaban Responden Terhadap Apakah Terdaftar Sebagai Daftar Pemilih Tetap
No Jawaban Responden
Frekuensi Persentase
1 Ya
97 100
2 Tidak
Jumlah 97
100 Sumber : Hasil angket
Berdasarkan tabel 3.8 dapat diperoleh bahwa seluruh responden yaitu berjumlah 97 responden terdaftar sebagai Daftar Pemilih Tetap DPT, sehingga
responden yang tidak memilih atau menggunakan hak pilihnya bukan karena tidak terdaftar sebagai DPT, tetapi karena faktor lain. Terdaftar dalam DPT merupakan
syarat utama bagi setiap orang untuk dapat menggunakan hak pilihnya. Apabila seseorang tidak terdaftar dalam DPT, maka ia tidak berhak dalam menggunakan
hak pilihnya dalam pemilihan umum maupun pemilihan Walikota dan Wakil Walikota Kota Pematang Siantar.
Berdasarkan pada UU no 32 tahun 2004 bahwa pelaksanaan Pemilukada dilaksanakan secara langsung oleh masyarakat yang terdaftar sebagai anggota
DPT dengan memilih salah satu pasangan calon Kepala daerah yang ada, yang diajukan oleh partai politik ataupun gabungan partai politik.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 3.9 Jawaban responden terhadap apakah pemilihan kepala daerah secara langsung
yang diajukan oleh partai politik ataupun gabungan partai politik mempengaruhi untuk tidak memilih
No Jawaban responden
Frekuensi Persentase
1 Ya
59 60,8
2 Tidak
38 39,2
Jumlah 97
100 Sumber : Hasil angket
Dari tabel 3.9 dapat diperoleh bahwa sebanyak 60,8 responden mengatakan bahwa Pemilihan Kepala Daerah Langsung yang diajukan oleh partai
politik atau gabungan partai politik mempengaruhi mereka untuk tidak menggunakan hak pilihnya dan sebanyak 39,2 responden mengatakan bahwa
Pemilihan Kepala Daerah Langsung yang diajukan oleh partai politik atau gabungan partai politik tidak mempengaruhi mereka untuk tidak menggunakan
hak pilihnya. Dari penelitian lapangan, 60,8 responden yang mengatakan bahwa Pemilihan Kepala Daerah Langsung yang diajukan oleh partai politik atau
gabungan partai politik mempengaruhi mereka untuk tidak menggunakan hak pilihnya beralasan bahwa sebenarnya para calon kepala daerah yang berasal dari
partai politik tertentu hanya mementingkan kepentingan golongan atau partai politiknya diatas kepentingan masyarakat.
Seiring dengan berjalannya waktu, maka diadakan penyempuraan terhadap UU no 32 tahun 2004 dengan mengeluarkan UU no 22 tahun 2007 yang
menetapkan adanya calon independen yang dapat bertarung dalam kancah Pemilukada selain calon yang diusung partai politik atau gabungan partai politik.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 3.10 Jawaban responden terhadap apakah pemilihan kepala daerah secara langsung
yang diajukan oleh calon independen mempengaruhi untuk tidak memilih No
Jawaban responden Frekuensi
Persentase 1
Ya 33
34 2
Tidak 64
66 Jumlah
97 100
Sumber : Hasil angket Dari tabel 3.10 dapat diperoleh bahwa 34 responden mengatakan bahwa
Pemilihan Kepala Daerah Langsung yang diajukan independen mempengaruhi mereka untuk tidak menggunakan hak pilihnya dan sebanyak 66 responden
mengatakan mengatakan bahwa Pemilihan Kepala Daerah Langsung yang diajukan independen tidak mempengaruhi mereka untuk tidak menggunakan hak
pilihnya. Dari penelitian lapangan 34 responden mengatakan bahwa Pemilihan Kepala Daerah Langsung yang diajukan independen mempengaruhi mereka untuk
tidak menggunakan hak pilihnya berpendapat bahwa memiliki sedikit keraguan terhadap kemampuan calon independen tersebut dalam memimpin daerah mereka
disebabkan responden tidak begitu dekat dengan calon independen yang ada, sementara sisa responden berpendapat bahwa calon independen setidaknya dapat
memimpin lebih baik disebabkan independen tidak memiliki kepentingan terhadap partai politik yang mengusungnya.
Adapun berdasarkan UU no 32 tahun 2004, berikutnya tahapan pelaksanaan Pemilukada adalah kampanye. Kampanye adalah usaha yang
dilakukan oleh para kandidat calon Walikota dan Wakil Walikota yang ikut pada pemilukada untuk menyampaikan semua visi misi masing – masing kandidat
pasangan Walikota dan Wakil Walikota guna mendapatkan perhatian masyarakat
Universitas Sumatera Utara
dengan harapan pada saat hari H pelaksanaan pemilukada banyak masyarakat yang menjatuhkan pilihannya sehingga salah satu kandidat tertentu itu dapat
menjadi Walikota dan Wakil Walikota terpilih. Dimana masyarakat memiliki hak untuk ikut maupun tidak ikut dalam kampanye salah satu pasangan calon kepala
daerah. Tabel 3.11
Jawaban Responden Terhadap Apakah Pernah Mengikuti kampanye No
Jawaban Responden Frekuensi
Persentase 1
Ya 38
39.2 2
Tidak 59
60.8 Jumlah
97 100
Sumber : Hasil angket Berdasarkan tabel 3.11 dapat diperoleh bahwa tingkat partisipasi
masyarakat di kecamatan Siantar Selatan terhadap kampanye yang dilakukan calon Walikota dan Wakil Walikota tahun 2010 menunjukkan hasil yang kurang
begitu memuaskan, dimana hanya 38 responden atau 39.2 dari 97 yang pernah mengikuti kegiatan kampanye yang diselenggarakan oleh kandidat pasangan
Walikota dan wakil Walikota. Sedangkan sisanya 59 responden 60.8 tidak pernah mengikuti kegiatan kampanye tersebut.
Keadaan lapangan saat ini, menunjukkan bahwa selain media kampanye, terdapat cara lain yang digunakan oleh tim sukses maupun pasangan calon kepala
daerah guna mendapatkan dukungan dari masyarakat, yaitu dengan cara politik uang. Dimana pasangan calon kepala daerah tertentu melalui tim suksesnya
memberikan sejumlah uang atau barang kepada masyarakat dengan catatan harus memilih pasanagan calon kepala daerah tertentu.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 3.12 Jawaban responden terhadap apakah politik uang mempengaruhi untuk tidak
memilih No
Jawaban Responden Frekuensi
Persentase 1
Ya 20
20,6 2
Tidak 77
79,4 Jumlah
97 100
Sumber ; Hasil angket Berdasarkan tabel 3.12 dapat diperoleh bahwa responden yang
mengatakan bahwa politik uang mempengaruhi mereka untuk tidak memilih sebanyak 20,6 dan 79,4 tidak mempengaruhi. Dimana 20,6 responden yang
mengatakan politik uang mempengaruhi mereka untuk tidak memilih berpendapat bahwa apabila suatu calon pemimpin telah menggunakan cara licik guna
mendapatkan kedudukannya maka didalam menjalankan tugasnya pemimpin tersebut juga akan berbuat licik dengan tujuan untuk mencari keuntungan.
Sementara 79,4 responden politik uang tidak mempengaruhi mereka untuk tidak menggunakan hak pilihnya berpendapat bahwa baik menggunakan politik uang
ataupun tidak mengguanakan politik uang, pemimpin terpilih nantinya tidak memiliki perubahan dan cenderung sama saja, tetap tidak dapat memprioritaskan
masyarakat. Dimana responden ini beracuan dari pemimpin terdahulu sampai saat ini tetap saja tidak memberikan peningkatan mutu yang signifikan.
2. Faktor kepercayaan Politik
Berikut ini adalah tabel rekapitulasi masyarakat yang tidak menggunakan hak pilihnya berdasarkan faktor kepercayaan politik pada pemilihan Walikota dan
Wakil Walikota Kota Pematang Siantar tahun 2010 lalu di Kecamatan Siantar Selatan.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 3.13 Jawaban Responden Terhadap Bagaimana Kinerja Pemerintah Saat ini
No Jawaban Responden
Frekuensi Persentase
1 Puas
13 13.4
2 Tidak Puas
84 86.6
Jumlah 97
100 Sumber : Hasil angket
Dari tabel 3.13 dapat diperoleh bahwa sebanyak 84 responden atau 86.6 menganggap tidak puas terhadap kinerja pemerintah. Hanya 13 responden atau
13.4 yang merasa puas terhadap kinerja pemerintah. Hal ini dapat dilihat dari sarana dan prasarana di Kecamatan Siantar Selatan yang kurang dikelola dengan
baik, seperti penerangan jalan yang kurang. Selain itu masih sangat sulitnya untuk mengurus segala bentuk administrasi dengan aparatur pemerintahan di Kecamatan
Siantar Selatan maupun di masing-masing kelurahan, seperti mengurus surat – surat penting, pembagian beras miskin yang tidak tepat sasaran dan cenderung
dimanipulasi oleh pihak kecamatan maupun kelurahan. Rendahnya tingkat kepercayaan politik masyarakat Kecamatan Siantar
Selatan terhadap kinerja pemerintah mengakibatkan kurang semangatnya masyarakat untuk ikut berpartisipasi dalam pemilihan umum. Secara tidak
langsung masyarakat membuat pilihannya untuk tidak memilh atau menggunakan hak pilihnya pada pemilihan Walikota dan Wakil Walikota Kota Pematang Siantar
tahun 2010 dengan berbagai pertimbangan atas kinerja – kinerja pemerintah saat ini yang tidak memuaskan. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan peneliti
dilapangan, ditemukan bahwa masyarakat masih kecewa kepada dalam berbagai macam hal, seperti : sulitnya berurusan dengan pegawai kecamatan atau kelurahan
dalam hal pembuatan KTP, mengurus surat Kartu Keluarga KK, mengurus surat
Universitas Sumatera Utara
jual beli tanah dan jaminan kesehatan masyarakat jamkesmas bagi masyarakat kurang mampu. Jadi berdasarkan apa yang diungkapkan responden, maka tidak
heran jika responden merasa tidak percaya dan tidak puas kepada kinerja pemerintah sehingga pada akhirnya mempengaruhi mereka untuk tidak
menggunakan hak pilihnya. 3.
Faktor Psikologis Berikut ini adalah tabel rekapitulasi masyarakat yang tidak menggunakan
hak pilihnya berdasarkan faktor psikologis. Prilaku tidak memilih pada masyarakat dapat dijelaskan berdasarkan faktor psikologis yaitu, yang berkaitan
dengan kepribadian serta orientasi seseorang. Tabel 3.14
Jawaban Responden Terhadap Apakah Menganggap Mengikuti Kegiatan Pemilihan Umum Sebagai Suatu Kegiatan Yang Sia-sia
No Jawaban Responden
Frekuensi Persentase
1 Ya
59 60.8
2 Tidak
38 39.2
Jumlah 97
100 Sumber : Hasil angket
Dari tabel 3.14 dapat diperoleh bahwa sebanyak 59 responden atau 60.8 beranggapan bahwa mengikuti kegiatan pemilihan umum kepala daerah sebagai
suatu kegiatan yang sia – sia. Perilaku tidak memilih itu disebabkan oleh orientasi kepribadian masing – masing individu atau pemilih itu sendiri. Yang mana secara
konseptual dengan sendirinya akan menunjukkan karakter yang apatis, anomi, dan alienasi. Dalam penelitian yang dilakukan di Kecamatan Siantar Selatan, sebagian
responden dapat dimasukkan dalam kategori yang apatis, hal itu disebabkan mereka merasa tidak mampu mempengaruhi kebijakan politik yang ada dan
Universitas Sumatera Utara
mereka berpandangan bahwa menggunakan atau tidak menggunakan hak pilihnya dalam pemilihan umum kepala daerah adalah suatu yang sia sia.
Berdasarkan wawancara yang dilakukan peneliti kepada beberapa responden, maka dapat dijelaskan bahwa responden merasa tidak berkepentingan
secara langsung dengan Walikota dan Wakil Walikota terpilih nantinya. Sebab menurut responden, mereka tidak dapat menyampaikan aspirasi secara langsung
kepada Walikota dan Wakil Walikota atau walaupun mereka menyampaikan pesan – pesan terhadap Walikota dan Wakil Walikota, tetapi tidak pernah
direspon atau ditanggapai dengan baik oleh Walikota dan Wakil Walikota. Jadi, hal ini menunjukkan bahwa responden tidak menggunakan hak pilihnya pada
pemilihan Walikota dan Wakil Walikota karena merasa tidak mempunyai pengaruh atau dampak secara langsung pada kehidupan sehari – hari.
Tabel 3.15 Jawaban Responden Terhadap Apakah Faktor Ideologi Partai Politik
Mempengaruhi Untuk Tidak Menggunakan Hak Pilih No
Jawaban Responden Frekuensi
Persentase 1
Ya 13
13,4 2
Tidak 84
86,6 Jumlah
97 100
Sumber : Hasil angket Dari tabel 3.15 dapat diperoleh bahwa faktor ideologi partai politik yang
ikut mengusung pasangan calon Walikota dan Wakil Walikota sangat kecil pengaruhnya terhadap responden untuk tidak memilih atau menggunakan hak
pilihnya. Hanya 13 responden atau 13,4 responden yang tidak memilih atau menggunakan hak pilihnya karena faktor ideologi partai politik. Sisanya yang
tidak terpengaruh terhadap ideologi partai politik yang ikut meramaikan persaingan dalam pemilihan Walikota dan Wakil Walikota Kota Pematang Siantar
Universitas Sumatera Utara
tahun 2010 sebanyak 84 responden atau 86,6. Hal demikian menggambarkan bahwa masyarakat di Kecamatan Siantar Selatan tidak terlalu menghiraukan
ideologi suatu partai politik tertentu. Tabel 3.16
Jawaban Responden Terhadap apakah Memiliki Pilihan Calon Walikota dan Wakil Walikota yang Tepat
No Jawaban Responden
Frekuensi Persentase
1 Ya
25 25.8
2 Tidak
72 74.2
Jumlah 97
100 Sumber : Hasil angket
Dari tabel 3.16 dapat diperoleh bahwa responden yang memiliki pilihan calon Walikota dan Wakil Walikota yang tepat hanya 25 responden atau 25.8.
Selebihnya sebanyak 72 orang responden atau 74.2 tidak memiliki pilihan calon Walikota dan Wakil Walikota yang tepat. Faktor ini memiliki keterkaitan dengan
faktor tingkat kepercayaan masyarakat terhadap calon Walikota dan Wakil Walikota sangat rendah pada pemilihan umum kepala daerah di Kota Pematamg
Siantar. Karena tidak adanya pasangan calon Walikota dan Wakil Walikota yang dianggap tepat maka masyarakat Kecamatan Siantar Selatan memutuskan untuk
tidak memilih atau tidak menggunakan hak pilihnya. Sementara 25 responden lainnya yang memiliki calon yang tepat namun tidak memilih dikarenakan faktor
lain seperti sedang kuliah diluar kota, bekerja, sakit dan lain – lain.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 3.17 Jawaban Responden Terhadap Apakah Merasa Tidak Memiliki Kepentingan
dengan Kebijakan yang Akan Dibuat Pemerintah Terpilih. No
Jawaban Responden Frekuensi
Persentase 1
Ya 88
90.7 2
Tidak 9
9.3 Jumlah
97 100
Sumber : Hasil angket Dari tabel 3.17 dapat diperoleh bahwa 88 responden atau 90,7 responden
menganggap tidak memiliki kepentingan dengan kebijakan yang akan dibuat oleh pemerintah terpilih nantinya, sehingga mempengaruhi responden untuk tidak
memilih atau menggunakan hak pilihnya. Sedangkan sisanya 9 responden atau 9,3 lainnya menganggap memiliki kepentingan dengan kebijakan yang akan
dibuat oleh pemerintah baru nantinya tetapi mereka juga tidak memilih atau menggunakan hak pilihnya dikarenakan faktor lainnya.
Tabel 3.18 Jawaban Responden Apakah Merupakan Anggota Partai Politik Tertentu
No Jawaban Responden
Frekuensi Persentase
1 Ya
2 Tidak
97 100
Jumlah 97
100 Sumber : Hasil angket
Dari tabel 3.18 dapat diperoleh bahwa tidak ada responden yang menjadi anggota partai politik tertentu. Berdasarkan hasil survei lapangan, adapun alasan
masyarakat untuk tidak mengambil bagian menjadi anggota partai politik adalah karena sebagian besar masyarakat Kecamatan Siantar Selatan beranggapan kalau
Universitas Sumatera Utara
menjadi anggota partai politik itu tidak ada gunanya, dan hanya cenderung hanya menambah kerjaan saja. Kurangnya sosialisasi politik yang dilakukan partai –
partai politik terhadap masyarakat, khususnya masyarakat kecamatan Siantar Selatan menyebabkan rendahnya tingkat kepekaan serta antusias masyarakat
terhadap kegiatan pemilihan umum kepala daerah ataupun politik, dan sebagian kalangan responden dari kalangan mahasiswa mengatakan bahwa mereka belum
mendapatkan satu pilihan partai politik yang tepat terhadap pola berpikir dan hati nurani mereka.
Tabel 3.19 Jawaban Responden Apakah Memiliki Hubungan Keluarga Dengan Salah Satu
Calon Walikota dan Wakil Walikota No
Jawaban Responden Frekuensi
Persentase 1
Ya 2
Tidak 97
100 Jumlah
97 100
Sumber : Hasil angket Dari tabel 3.19 dapat diperoleh bahwa tidak ada satupun responden yang
memiliki hubungan kekeluargaan dengan salah satu pasangan calon Walikota dan Wakil Walikota. Dimana seluruh responden menjawab tidak memiliki hubungan
dengan salah satu pasangan calon Walikota dan Wakil Walikota. Secara psikologis seseorang dapat memutuskan untuk tidak memilih atau tidak
menggunakan hak pilihnya ditentukan oleh kedekatannya dengan calon atau kandidat yang ada. Dari data di atas, maka secara jelas kita dapat melihat bahwa
masyarakat Kecamatan Siantar Selatan tidak ada yang memiliki hubungan kekerabatan dengan calon Walikota dan Wakil Walikota sehingga masyarakat
Kecamatan Siantar Selatan cenderung untuk tidak menggunakan hak pilihnya.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 3.20 Jawaban Responden Apakah Agama dari Calon Walikota dan Wakil Walikota
Mempengaruhi Untuk Tidak Menggunakan Hak Pilih No
Jawaban Responden Frekuensi
Persentase 1
Ya 33
34 2
Tidak 64
66 Jumlah
97 100
Sumber : Hasil angket Dari tabel 3.20 dapat diperoleh bahwa agama dari pasangan calon
Walikota dan Wakil Walikota tidak terlalu mempengaruhi responden untuk tidak memilih atau menggunakan hak pilihnya dalam pemilihan Walikota dan Wakil
Walikota Kota Pematang Siantar tahun 2012. Hanya 33 responden atau 34 yang tidak memilih dikarenakan pengaruh agama yang di anut oleh pasangan calon
Walikota dan Wakil Walikota. Sedangkan sisanya sebanyak 64 responden atau 66 menjawab bahwa agama yang dianut pasangan calon Walikota dan Wakil
Walikota tidak mempengaruhi untuk tidak memilih. Jadi dapat dikatakan bahwa masyarakat Kecamatan Siantar Selatan tidak begitu mempersoalkan agama yang
dianut pasangan calon Walikota dan Wakil Walikota yang ada. Tabel 3.21
Jawaban Responden Apakah Suku Dari Calon Walikota dan Wakil Walikota Mempengaruhi Untuk Tidak menggunakan Hak Pilih
No Jawaban Responden
Frekuensi Persentase
1 Ya
15 15.4
2 Tidak
82 84.6
Jumlah 97
100 Sumber : Hasil angket
Universitas Sumatera Utara
Dari tabel 3.21 dapat diperoleh bahwa suku dari pasangan calon Walikota dan Wakil Walikota tidak memiliki pengaruh yang cukup besar mempengaruhi
responden untuk tidak memilih atau menggunakan hak pilihnya yaitu hanya 15 responden atau 15.4 yang mempermasalahkan masalah suku dan sisanya
sebanyak 82 responden atau 84.6 yang tidak mempermasalahkannya. Hal ini dapat terjadi karena sebagian besar responden beranggapan bahwa berasal dari
latar belakang apapun seorang calon Walikota dan Wakil Walikota tidak menjadi masalah bagi masyarakat Kecamatan Siantar Selatan.
Tabel 3.22 Jawaban Responden Terhadap Faktor Apakah Pihak Keluarga Memberikan
Pengaruh Dalam Hal Tidak Ikut Memilih No
Jawaban Responden Frekuensi
Persentase 1
Ya 39
40.2 2
Tidak 58
59.8 Jumlah
97 100
Sumber : Hasil angket Dari tabel 3.22 dapat diperoleh bahwa setidaknya pihak keluarga
merupakan salah satu faktor yang memberikan pengaruh kepada responden untuk tidak memilih atau menggunakan hak pilihnya, walaupun tidak terlalu signifikan
yaitu 39 orang atau 40.2. Hal ini dapat terjadi karena peran keluarga sangat besar dalam kehidupan seseorang, contoh kecil dapat kita lihat dari pemenuhan
kebutuhan pendidikan. Selain itu keluarga juga berperan menjadi sumber informasi terdekat bagi responden untuk mendapatkan informasi mengenai segala
hal, termasuk mengenai pemilihan umum kepala daerah. Berdasarkan penelitian lapangan yang dilakukan lebih mendalam lagi
kepada responden yang menjawab Ya, maka sebagian responden mengatakan bahwa pihak suami mempengaruhi istrinya untuk tidak ikut memilih. Selain itu
Universitas Sumatera Utara
terdapat pula pemilih pemula yang baru pertama sekali menjadi pemilih, dimana pada hal ini orang tualah yang biasanya sebagai contoh. Karena orang tua atau
keluarga tidak memilih atau menggunakan hak pilihnya, maka si anak juga akhirnya terpengaruh untuk tidak menggunakan hak pilihnya. Jadi faktor keluarga
mempengaruhi masyarakat dalam menentukan sikap untuk menggunakan hak pilihnya atau tidak.
4. Faktor Latar Belakang Status Sosial-Ekonomi
Data ini diambil dengan tujuan untuk mengetahui bagaimana gambaran status sosial dan ekonomi yang dilihat dari tingkat pendidikan dan tingkat
pekerjaan. Berikut ini adalah tabel hasil rekapitulasi masyarakat yang tidak menggunakan hak pilihnya berdasarkan latar belakang status sosial-ekonomi pada
pemilihan Walikota dan Wakil Walikota Kota Pematang Siantar tahun 2010 di Kecamatan Siantar Selatan.
Tabel 3.23 Responden yang Tidak Menggunakan Hak Pilihnya Berdasarkan Latar Belakang
Pendidikan No
Pendidikan Jumlah
Persentase 1
Sarjana S1, S2 dan S3 2
2.1 2
Diploma D1, D2, D3 10
10.3 3
SLTA sederajat 46
47.4 4
SLTP sederajat 25
25.8 5
SD sederajat 14
14.4 Jumlah
97 100
Sumber : Hasil angket Berdasarkan tabel 3.23 dapat diperoleh bahwa responden yang tidak
menggunakan hak pilihnya pada pemilihan Walikota dan Wakil Walikota Kota
Universitas Sumatera Utara
Pematang Siantar 2010 berdasarkan tingkat pendidikan adalah kebanyakan yang berpendidikan menengah atas SLTA sederajat sebanyak 46 responden atau
47.4. Pendidikan sebagai suatu kegiatan yang dapat meningkatkan kemampuan seseorang dalam memahami dan menganalisis teori serta mampu untuk
menentukan keputusan didalam menyelesaikan segala persoalan yang ada sebagai jalan untuk mencapai tujuan yang menjadi faktor penting bagi masyarakat sebagai
pelaku utama dalam kegiatan pemilihan umum kepala daerah. Sebab secara logika semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka kemampuannya dalam
memahami, menganalisa, dan memutuskan segala hal, baik masalah politik akan semakin baik.
Responden yang berpendidikan rendah SD dan SLTP sederajat sebanyak 39 responden atau 40.2. Hal ini menunjukkan bahwa memang tingkat
pendidikan masyarakat di Kecamatan Siantar Selatan masih termasuk level menengah. Hanya 12 responden atau 12.4 yang berpendidikan Diploma dan
Sarjana. Dari data di atas dapat kita lihat bahwa kebanyakan respomnden yang tidak memilih atau menggunakan hak pilihnya adalah berpendidikan rendah. Ini
berarti bahwa semakin rendah tingkat pendidikan seseorang maka, kesadaran akan pentingnya kewajiban politik akan semakin rendah sehingga pada akhirnya
mereka memutuskan untuk tidak memilih atau menggunakan hak pilihnya.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 3.24 Responden yang Tidak Menggunakan Hak Pilihnya Berdasarkan Latar Belakang
Pekerjaan No
Pekerjaan Jumlah
Persentase 1
Pemerintahan PNS 3
3.1 2
Wiraswasta 17
17.5 3
Karyawan 27
27.9 4
Transportasi 11
11.3 5
Perdagangan 12
12.4 6
Mahasiswa 11
11.3 7
Tidak Menetap 16
16.5 Jumlah
97 100
Sumber : Hasil angket Berdasarkan tabel 3.24 dapat diperoleh bahwa pekerjaan juga
mempngaruhi responden untuk tidak menggunakan hak pilihnya. Seperti pendapat para karyawan yang bekerja diluar kota yang tidak dapat meninggalkan
pekerjaannya sehingga tidak dapat dating ke TPS untuk memberikan suaranya. Pendapat yang sama juga dikatakan mereka yang memiliki pekerjaan tidak
menetap, dimana pekerjaan mereka ada bertepatan pada hari H pelaksanaan pemilukada, sehingga mereka tidak dapat datang ke TPS untuk memberikan suara.
Mahasiswa juga berpendapat bahwa ada jadwal matakuliah yang tidak bisa ditinggalkan sehingga mereka juga tidak dapat datang ke TPS untuk memberikan
hak suaranya. Jadi dapat kita lihat bahwa jenis pekerjaan masing – masing responden memiliki pengaruh yang besar sehingga membuat mereka tidak
memilih atau menggunakan hak pilihnya dan tidak adanya pengaruh tidak ikut memilih terhadap pekerjaan mereka.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 3.25 Jawaban Responden Apakah Pada Hari H Responden Mempunyai Kegiatan Lain.
No Jawaban Responden
Frekuensi Persentase
1 Ya
51 52.6
2 Tidak
46 47.4
Jumlah 97
100 Sumber : Hasil angket
Dari tabel 3.25 dapat diperoleh bahwa responden yang tidak memilih atau menggunakan hak pilihnya karena memiliki kegiatan lain pada hari H pelaksanaan
pemilukada Kota Pematang Siantar 2010 lalu yaitu sebesar 51 responden atau 52.6. Dan sisanya 46 responden atau 47.4 tidak memiliki kegiatan pada hari H
pelaksanaan pemilukada Kota Pematang Siantar 2010. Seperti responden yang berprofesi sebagai karyawan, kebanyakan mereka bekerja diluar kota Pematang
Siantar, sementara responden mahasiswa yang harus mengikuti jadwal perkuliahan.
Tabel 3.26 Jawaban Responden Terhadap Media Massa yang Digunakan
No Jawaban Responden
Frekuensi Persentase
1 Koran
51 52.5
2 Radio
15 15.5
3 Selebaran
31 32
Jumlah 97
100 Sumber : Hasil angket
Dari tabel 3.26 dapat diperoleh bahwa media massa yang paling banyak digunakan responden yaitu Koran, sebanyak 51 responden atau 52.5 memilih
Koran sebagai sumber informasi utama untuk mendapatkan informasi dunia
Universitas Sumatera Utara
politik. Responden yang menggunakan media selebaran sebanyak 31 responden atau 32, dan selebihnya 15 responden atau 15.5 menggunakan media radio.
Media massa merupakan sebuah sarana informasi politik yang dapat diperoleh oleh setiap elemen masyarakat. Media massa memiliki peranan yang
cukup penting terhadap perkembangan politik di kalangan masyarakat. Tanpa adanya media, maka dapat dipastikan akan kecil kemungkinan bagi masyarakat
untuk dapat mengikuti perkembangan informasi teraktua, perkembang perpolitik lokal maupun nasional saat ini.
Intensitas responden mendapatkan informasi juga dapat mempengaruhi perilaku politiknya. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan peneliti
menemukan bahwa masyarakat hampir setiap hari mengakses informasi terhadap perkembangan politik. Hal ini menunjukkan bahwa sebenarnya masih ada
kesadaran masyarakat didalam mengolah, menambah dan memperbaharui pengetahuannya terhadap kehidupan politik nasional secara umum dan lokal atau
daerah secara khusus. Tabel 3.27
Jawaban Responden Apakah Ketidakadaan Sanksi yang Diberikan Pemerintah Mempengaruhi Untuk Tidak Menggunakan Hak Pilih
No Jawaban Responden
Frekuensi Persentase
1 Ya
62 63.9
2 Tidak
35 36.1
Jumlah 97
100 Sumber : Hasil angket
Dari tabel 3.27 dapat diperoleh bahwa responden yang tidak memilih atau tidak menggunakan hak pilihnya karena tidak adanya sanksi dari pemerintah
apabila tidak menggunakan hak pilihnya sebanyak 62 responden atau 63.9. Dan
Universitas Sumatera Utara
sisanya 35 responden atau 36.1 tidak terpengaruh akan tidak adanya sanksi dari pemerintah. Pengakuan responden dilapangan mengatakan bahwa selain tidak ada
pengaruh ikut atau tidak ikut dalam pemilukada, juga tidak terdapat sanksi, yang buat apa ikut memilih kalo hanya untuk merepotkan aja. Dari hal diatas tampak
bahwa sebagian besar responden tidak menggunakan hak pilihnya karena tidakadanya sanksi yang tegas dari pemerintah. Jadi berdasarkan tabel diatas,
tidak adanya sanksi dari pemerintah terhadap masyarakat yang tidak menggunakan hak pilihnya menjadi salah satu faktor pendorong masyarakat
menjadi malas memilih.
Universitas Sumatera Utara
3. Interpretasi Data