mereka tidak mengalami hambatan untuk mengembangkan segenap potensi yang dimiliki.
g. Layanan bimbingan kelompok
Bimbingan kelompok adalah layanan yang diberikan kepada sekolompok siswa baik ada masalah atau tidak ada masalah. Jumlah anggota berkisar
antara 10 sampai 30 orang. Keanggotaan kelompok bisa anggota tetap atau tidak tetap. Bimbingan kelompok dapat dilakukan dengan permainan atau out
bond. Dapat juga berupa diskusi kelompok dengan membahas masalah atau topik tertentu. Masalah yang dibahas dapat ditentukan oleh konselor, dapat
juga dipilih sendiri oleh siswa.
Dari paparan diatas, dapat disimpulkan bahwa terdapat tujuh jenis layanan bimbingan konseling yang dapat dilakukan dalam setting sekolah, yaitu layanan
orientasi, layanan informasi, layanan, penempatan dan penyaluran, layanan pembelajaran, layanan konseling perorangan, layanan konseling kelompok,
layanan bimbingan kelompok. Dalam pelaksanaannya, ketujuh jenis layanan bimbingan konseling tersebut dapat dilakukan secara terpisah dan dalam waktu
yang berbeda.
C. Gambaran SMA Negeri 14 Medan
Sekolah Menengah Atas SMA Negeri 14 Medan yang berlokasi di jalan pelajar ini memiliki visi sekolah, yaitu untuk menciptakan pelajar yang terdidik,
Universitas Sumatera Utara
menguasai iptek, unggul dalam prestasi, memiliki integritas yang tinggi, berdisiplin, beriman, dan bertaqwa serta berbudaya.
Untuk mencapai visi tersebut, SMAN 14 Medan memiliki misi, yaitu : 1.
Mendayagunakan sekolah melaksanakan pembelajaran dan bimbingan secara efektif dalam mengembangkan potensi siswai secara optimal.
2. Menumbuhkan semangat keunggulan serta penghayatan terhadap ajaran
agama. Secara fisik bangunan sekolah ini cukup nyaman dan memadai untuk
dilakukannya proses belajar mengajar. Gedung SMAN 14 Medan memiliki 1 satu lantai dan mengelilingi lapangan yang biasanya digunakan untuk upacara
bendera dan olahraga. Berbagai fasilitas yang tersedia memadai, yaitu ruangan kelas 23 ruangan, lapangan olahraga bola kaki dan basket, perpustakaan,
kantin, ruanga laboratorium lab biologikimia dan lab komputer, dan sebagainya. Semua sarana prasarana ini dimaksudkan untuk mendukung proses belajar
mengajar agar lebih optimal. Jumlah siswa dalam 1 satu ruangan rata-rata 40 siswa. Jadwal sekolah
adalah dari hari senin sampai hari sabtu. Namun beberapa kegiatan di luar jam belajar normal seperti pramuka, paduan suara, ekstrakurikuler olahraga, dan
paskibra. SMAN 14 Medan menggunakan kombinasi metode pengajaran yang di
sesuaikan dengan materi dan kondisi anak di kelas. Metode pengajaran yang biasa digunakan yaitu ceramah, diskusi, kerja kelompok, perpustakaan, dan pemberian
tugas.
Universitas Sumatera Utara
Perilaku siswa di sekolah menjadi salah satu fokus perhatian para guru, terutama guru Bimbingan dan Konseling BK. Untuk jenis pelanggaran disiplin
yang sering terjadi di SMAN 14 Medan, adalah cabut saat jam pelajaran, tidak masuk sekolah tanpa pemberitahuan kepada pihak sekolah, memakai seragam
sekolah yang tidak sesuai dengan aturan sekolah, tidak menuruti dan mentaati guru, melanggar peraturan sekolah, terlambat ke sekolah, tidak berperilaku sopan
di dalam kelas, tidak mengikuti upacara bendera, berkelahi, mencontek, dan sebagainya.
Untuk menangani siswa yang melakukan pelanggaran disiplin dan tata tertib sekolah, para guru BK memberikan beberapa layanan bimbingan konseling yang
disesuaikan dengan kesalahan dan masalah siswa tersebut. Layanan bimbingan konseling yang tersedia di SMAN 14 Medan, yaitu layanan orientasi, layanan
informasi, layanan penempatan, layanan konseling perorangan, layanan konseling kelompok, layanan bimbingan kelompok, dan layanan home visit sebagai layanan
pendukung. Adapun sistematika pelayanan BK di sekolah ini adalah ada sebagian siswa
yang mendatangi guru BK dan menggunakan salah satu layanan dengan keinginan sendiri, tanpa ada panggilan dari guru BK. Ada juga sebagian lagi yang harus
dipanggil oleh guru BK.
Universitas Sumatera Utara
D. Gambaran Kedisiplinan Pada Siswa SMAN 14 Medan yang Menggunakan Layanan Bimbingan Konseling Di Sekolah
Berhasilnya suatu proses belajar mengajar bukan hanya ditentukan dari inteligensi yang dimiliki oleh siswa saja, tetapi juga dari faktor-faktor lain yang
mendukungnya, antara lain adalah bimbingan yang diberikan oleh para guru-guru yang ada di sekolah, bagaimana para guru-guru membimbing murid-muridnya
dengan bimbingan serta dukungan yang bisa menjadi para murid lebih semangat, berkreasi dan kreatif dalam belajar Badriah, 2008.
Sebagaimana telah dijelaskan pada pembahasan sebelumnya bahwa pada umumnya sekolah lebih fokus pada masalah prestasi akademik siswa
dibandingkan dengan masalah akhlak dan pengendalian diri siswa Depdiknas, 2009. Hal ini menimbulkan ketidakseimbangan diantaranya. Melatih siswa untuk
mengikuti dan menuruti aturan di sekolah adalah salah satu cara untuk memecahkan masalah ini Tu’u, 2004. Maka dari itu perlu ditanamkannya
kedisiplinan dalam diri siswa, dimana kedisiplinan dapat diartikan sebagai serangkaian tingkah laku yang dilakukan untuk dapat mencapai sasaran tertentu.
Dalam hal ini, kedisiplinan berarti tingkah laku yang sesuai dengan aturan atau hukum, seperti disiplin beragama dan undang-undang Sukadji, 2000.
Kedisiplinan adalah suatu kondisi yang tercipta dan terbentuk melalui proses dari serangkaian perilaku yang menunjukkan nilai-nilai ketaatan, kepatuhan, kesetiaan,
keteraturan dan atau ketertiban Prijodarminto, 1994. Kedisiplinan dianggap sebagai sarana agar proses belajar dapat efektif , maka
perilaku yang dianggap tidak mendukung proses belajar mengajar dianggap
Universitas Sumatera Utara
masalah disiplin Sukadji, 2000. Oleh karena itu, dengan ditanamkannya kedisiplinan dalam diri siswa maka terciptalah siswa yang tidak hanya berprestasi
akademik namun juga berakhlak serta memiliki pengendalian diri yang baik. Oleh karena itu, anak didik perlu dibimbing atau ditunjukkan mana perbuatan yang
melanggar tata tertib dan mana perbuatan yang menunjang terlaksananya proses belajar mengajar dengan baik Gordon, 1996.
Pelanggaran tata tertib sekolah memang sangat sering terjadi, seperti tidak mengerjakan tugas, tidak berpakaian seragam, tidak masuk sekolah tanpa izin,
membolos, membuka buku pada ujian, perkelahian antar siswa, perkelahian antar sekolah, menentang guru, dan sebagainya Silitonga, 2006. Jenis pelanggaran
disiplin yang sering terjadi di SMAN 14 Medan, adalah cabut saat jam pelajaran, tidak masuk sekolah tanpa pemberitahuan kepada pihak sekolah, memakai
seragam sekolah yang tidak sesuai dengan aturan sekolah, tidak menuruti dan mentaati guru, melanggar peraturan sekolah, terlambat ke sekolah, tidak
berperilaku sopan di dalam kelas, tidak mengikuti upacara bendera, berkelahi, mencontek, dan sebagainya.
Kemudian, Faktor yang menyebabkan pelanggaran disiplin pada diri siswa dapat diperoleh dari sekolah, lingkungan sekolah, lingkungan, situasi tempat
tinggal yang dapat menyebabkan konflik dalam diri siswa, dan akan menimbulkan masalah jika tidak diatasi dengan baik Ekosiswoyo dan Rachman, 2000. Jadi,
dapat diketahui bahwa faktor yang mendorong siswa untuk melanggar disiplin sekolah adalah karena adanya masalah dan konflik dalam diri siswa tersebut.
Disamping itu, siswa SMA pada umumnya berada dalam tahap perkembangan
Universitas Sumatera Utara
remaja, dimana remaja masih membutuhkan bantuan dari orang dewasa lainnya untuk membantu mengatasi masalah yang ia hadapi dengan baik Sukadji, 2000.
Maka dari itu, diperlukan adanya suatu program atau layanan di sekolah yang dapat membantu siswa menghadapi dan memecahkan masalah yang sedang
dihadapi. Salah satu usaha pihak pendidikan di sekolah untuk mencegah dan menanggulangi pelanggaran disiplin pada siswa adalah dengan membuat sebuah
layanan yang diperuntukkan bagi para siswa yaitu layanan Bimbingan Konseling BK atau Bimbingan Pendidikan BP. Bimbingan dan konseling merupakan
bagian integral dari sekolah yang bertujuan memberikan bantuan kepada siswa baik perorangan maupun kelompok agar menjadi pribadi yang mandiri dan
berkembang secara optimal Sukadji, 2000. Layanan BK yang tersedia di SMAN 14 Medan adalah layanan orientasi, layanan informasi, layanan penempatan,
layanan konseling perorangan, layanan konseling kelompok, layanan bimbingan kelompok, dan layanan home visit sebagai layanan pendukung.
Penggunaan layanan bimbingan konseling memiliki fungsi yang mempunyai hubungan dan pengaruh yang sangat besar bagi para siswa, baik dari sikap
maupun akademiknya Yusuf dan Nurihsan, 2006. Di samping sebagai penyemangat bagi para murid, penggunaan layanan bimbingan konseling juga
bisa menjadi tempat mengadunya para murid atau tempat konsultasi ketika murid sedang menghadapi masalah atau problem dalam belajar Djumhur dan Surya,
2003. Tujuan dari bimbingan dan konseling untuk membantu menyelesaikan
permasalahan yang dialami oleh siswa, sesuai dengan kompleksitas
Universitas Sumatera Utara
permasalahannya dan masalah-masalah siswa yang bermacam-macam ragam jenis, intensitas dan sangkut-pautnya bersifat unik. Dengan adanya penggunaan
layanan bimbingan konseling menjadikan pengaruh yang baik bagi para murid terutama pada tingkah laku murid, yaitu murid akan lebih terarah, berani dalam
mengambil keputusannya sendiri, tidak rendah diri pesimis melainkan selalu optimis Ermananti, 1999.
Kebutuhan akan penggunaan bimbingan konseling di jenjang SMP maupun SMA lebih terasa daripada di jenjang pendidikan dasar, sebab masalah yang
dihadapi anak-anak usia belasan tahun lebih banyak daripada anak-anak tahap perkembangan selanjutnya. Pada perkembangan remaja, banyak perubahan yang
dialami sehingga menyebabkan adanya perubahan dan ketidakstabilan emosi. Keadaan emosi yang demikian dapat menyebabkan penyesuaian yang salah dan
ketidaknyamanan. Siswa demikian membutuhkan bantuan untuk tumbuh ke arah ”kematangan emosional”, artinya kemampuan mengarahkan emosi dasar yang
kuat ini ke penyaluran yang mendukung tujuan, serta tujuan ini memuaskan diri sendiri maupun dapat diterima oleh lingkungannya Sukadji, 2000.
Siswa perlu mengenal dirinya dengan sebaik-baiknya. Dengan mengenal diri sendiri, siswa akan dapat bertindak dengan tepat sesuai dengan kemampuan yang
ada pada dirinya. Namun demikian tidak semua siswa mampu mengenal segala kemampuan dirinya. Mereka ini memerlukan bantuan orang lain agar dapat
mengenal diri sendiri, lengkap dengan segala kemampuan yang dimilikinya, dan bantuan ini dapat diberikan melalui layanan bimbingan konseling Walgito,
2004.
Universitas Sumatera Utara
Maka dari itu, jika layanan bimbingan konseling yang ada di sebuah lembaga sekolah digunakan oleh siswa dengan baik, maka mereka dapat terbantu dalam
menghadapi masalahnya dan dapat mengurangi faktor pelanggaran disiplin pada siswa. Tujuan disiplin adalah membantu individu memahami hal-hal yang
diperlukan untuk mencapai sasaran dan memotivasinya untuk tetap berlatih atau tetap mengikuti aturan yang telah ditentukan. Jadi, layanan bimbingan konseling
membantu menentukan sasaran dan merancang program atau latihan yang diperlukan untuk mencapai sasaran dan memotivasinya untuk disiplin mengikuti
program ini Walgito, 2004. Jadi, dengan adanya layanan bimbingan konseling di sekolah, diharapkan
siswa SMAN 14 Medan yang menggunakan layanan tersebut dapat lebih memahami masalah yang ia miliki dan dapat memecahkan masalahnya tersebut
dengan baik. Oleh karena itu, diharapkan kedisiplinan siswa di sekolah dapat ditingkatkan.
Universitas Sumatera Utara
BAB III METODE PENELITIAN
Metode penelitian sangat menentukan suatu penelitian karena menyangkut cara yang benar dalam pengumpulan data, analisa data, dan pengambilan
kesimpulan hasil penelitian Hadi, 2000. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif.
Menurut Azwar 2000 metode deskriptif merupakan metode yang bertujuan untuk menggambarkan secara sistematik dan akurat, fakta dan karakteristik
mengenai populasi atau mengenai bidang tertentu. Dalam penelitian ini, data yang dikumpulkan semata-mata bersifat deskriptif, tidak bermaksud mencari
penjelasan, menguji hipotesis, membuat prediksi maupun mempelajari implikasi. Jenis penelitian ini tidak mempersoalkan hubungan antar variabel dan tidak
melakukan pengujian hipotesis. Hasil penelitiannya berupa deskripsi mengenai variabel-variabel tertentu dengan menyajikan frekuensi, angka rata-rata atau
kualifikasi lainya untuk setiap kategori di suatu variabel. Dalam pengolahan dan analisa data menggunakan pengolahan statistik yang bersifat deskriptif Faisal,
1999. Punch 1998 menyatakan bahwa ada 2 dua kegunaan dilakukannya
penelitian deskriptif. Pertama, untuk mengembangkan teori dan area penelitian yang baru, dimana sebelum merencanakanmelakukan penelitian yang lebih
mendalam exploratory studies adalah lebih baik untuk terlebih dahulu memusatkan perhatian pada deskripsi yang sitematis terhadap objek penelitian.
Universitas Sumatera Utara