Kerangka Pikir KAJIAN TEORI

46 Dimas Aji Nugroho adalah variabel bebas penelitian, tempat, waktu, dan subyek penelitian. Jika penelitian yang dilakukan oleh Dimas Aji Nugroho subyeknya adalah mahasiswa Program Studi Psikologi UNS yang berada pada masa perkembangan remaja dan dewasa awal, sedangkan dalam penelitian ini subyeknya adalah siswa Kelas V SD Negeri se Gugus IV Kasihan Bantul Daerah Istimewa Yogyakarta yang berada pada masa perkembangan kanak- kanak akhir.

C. Kerangka Pikir

Manusia adalah makhluk sosial. Seiring dengan pertumbuhan seorang manusia dari masa bayi ke masa kanak-kanak, maka interaksinya dengan manusia lainnya akan berkembang semakin luas dan kompleks. Seorang anak pada masa kanak-kanak akhir memiliki interaksi dengan teman sebaya yang lebih kompleks dari masa sebelumnya. Semakin banyak interaksi seorang anak dengan teman sebayanya maka akan semakin besar pula pengaruhnya pada perkembangan seorang anak. Pentingnya interaksi dengan teman sebaya tersebut menuntut seorang anak agar memiliki keterampilan sosial yang baik, salah satu keterampilan sosial tersebut adalah perilaku prososial. Perilaku prososial merupakan suatu tindakan sukarela yang bertujuan untuk memberikan keuntungan bagi orang lain tanpa memperdulikan motif- motif orang yang melakukan tindakan tersebut. Perilaku prososial tidak harus menyediakan suatu keuntungan langsung pada orang yang melakukan tindakan tersebut, bahkan mungkin melibatkan suatu resiko bagi orang yang menolong. Oleh karena itu, ada berbagai situasi yang membuat orang berpikir ketika 47 menjadi pengamat suatu kejadian yang orang lain membutuhkan pertolongan, untuk melakukan perilaku prososial. Ada berbagai faktor yang mempengaruhi seseorang melakukan perilaku prososial salah satunya adalah faktor kepribadian yaitu empati. Kemampuan empati merupakan kemampuan yang dimiliki oleh individu untuk masuk kedalam perasaan orang lain dalam rangka untuk mengerti dan menghargai perasaan orang lain serta memandang situasi dari sudut pandang orang lain tanpa kehilangan identitas diri mereka sendiri. Seseorang yang memiliki kemampuan empati yang tinggi lebih termotivasi untuk menolong orang lain daripada mereka yang memiliki empati yang rendah. Hal tersebut terjadi karena empati terdiri dari dua komponen yaitu komponen kognitif perpective taking dan fantasy dan komponen afektif emphatic concern dan personal distress. Ketika orang lain berada dalam penderitaan, maka komponen dari empati tersebut akan bekerja. Seorang yang berempati secara kognitif akan mencoba untuk memahami perpektif orang lain secara tepat. Seorang yang berempati tersebut juga akan mampu untuk membedakan emosi-emosi yang dialami orang lain dan bersedia untuk menerima pandangan-pandangan orang lain terebut. Begitu juga komponen afektifnya, seorang yang berempati tersebut akan ikut serta mengalami perasaan emosional dari individu yang mengalami penderitaan tersebut. Oleh karena itu, individu yang memiliki kemampuan empati maka akan lebih memahami dan merasakan penderitaan orang lain, sehingga individu tersebut 48 akan terdorong untuk melakukan perilaku prososial daripada seseorang yang memiliki kemampuan empati rendah. Dari paparan tersebut, dapat dilihat bahwa kemampuan empati berpengaruh terhadap perilaku prososial siswa sekolah dasar.

D. Hipotesis