45 keinginannya. Selepas umur ini pada umumnya anak menghadapi tugas-
tugasnya dengan bebas dan berusaha untuk menyelesaikannya. e. Pada masa ini, anak memandang nilai raport sebagai ukuran yang tepat
atau sebaik-baiknya mengenai prestasi sekolah. f. Anak-anak pada usia ini gemar membentuk kelompok sebaya biasanya
untuk dapat bermain bersama-sama. Dalam permainan itu biasanya anak tidak lagi terikat kepada peraturan permainan tradisional yang sudah ada,
mereka membuat peraturan sendiri.
Izzaty, et al. 2013 : 115 juga mengatakan bahwa anak sekolah dasar di kelas tinggi memiliki karekteristik suka membentuk kelompok bermain atau peer
group.Seperti halnya dengan masa awal anak-anak, berinteraksi dengan teman sebaya merupakan aktivitas yang banyak menyita anak. Barker dan Wright
Desmita, 2016 : 224 mengungkapkan bahwa anak usia 7 hingga 11 tahun meluangkan lebih 40 waktunya untuk berinteraksi dengan teman sebaya.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa siswa kelas lima sekolah dasar memiliki karakteristik, diantarannya: 1 memiliki minat terhadap
terhadap kehidupan praktis sehari-hari yang konkret; 2 memiliki rasa ingin tahu, realistik, dan ingin belajar; 3 timbul minat pada pelajaran-pelajaran khusus; 4
nilai dianggap sebagai ukuran paling tepat mengenai prestasi belajarnya di sekolah; 5membutuhkan guru atau orang dewasa lainnya; dan 6 suka
membentuk kelompok sebaya dengan peraturannya sendiri.
E. Kajian Penelitian yang Relevan
1. Penelitin dalam jurnal psikohumanika yang berjudul “Hubungan Interaksi
Teman Sebaya dengan Penyesuaian Sosial Siswa Program Akselerasi” oleh Anang Fitoko dan Istiana Kuswardani. Penelitian tersebut menyimpulkan
46 bahwa terdapat hubungan positif antara hubungan interaksi teman sebaya dan
penyesuaian sisiwa program akselerasi dengan koefisien korelasi sebesar 0,809.
2. Penelitian berjudul “Hubungan antara Kecerdasan Interpersonal dengan
Prestasi Belajar Siswa Kelas IV Gugus 1 Kecamatan Srandakan Kabupaten Bantul Yogyakarta Tahun Ajaran 201420
15” oleh Fitri Mares Efendi. Penelitian tersebut menyimpulkan bahwa terdapat hubungan positif antara
kecerdasan interpersonal dengan prestasi belajar siswa kelas IV Sd se-Gugus 1 Kecamatan Srandakan tahun ajaran 20142015 tabel dengan N = 128 pada taraf
signifikansi 5 sebesar 0,176 sehingga r hitung r tabel 0,407 0,176. Berdasarkan kajian dari dua penelitian di atas, dapat diketahuiperbedaan
dengan penelitian yang berjudul “Hubungan Kecerdasan Interpersonal dengan Interaksi Teman Sebaya Siswa SD Negeri Kelas V se-Kecamatan Pengasih
Kabupaten Kulon Progo”. Perbedaan dengan penelitian pertama terletak pada
variabel penyesuaian sosial. Sedangkan pada penelitian kedua perbedaannya pada variabel prestasi belajar.
F. Kerangka Pikir
Dalam proses tumbuh kembang, anak harus memiliki kecakapan dalam berkomunikasi baik dalam bentuk verbal maupun non verbal. Hal ini sebagai
tanda bahwa mereka dapat berinteraksi sosial dengan baik. Hal tersebut dapat dijelaskan karena penyesuaian sosial erat kaitannya dengan kebutuhan yang sering
muncul dalam diri anak yaitu kebutuhan untuk berhubungan dengan teman dan
47 lingkungannya. Untuk berhubungan dengan lingkungannya, anak memerlukan
keterampilan sosial. Keterampilan tersebut salah satunya adalah keterampilan komunikasi. Keterampilan komunikasi antar pribadi atau interpersonal yang
dimiliki oleh seorang anak dapat menjadi modal mereka untuk berinteraksi dengan kelompok sebayanya.
Anak-anak pada usia kelas tinggi seperti kelas 5 gemar membentuk kelompok bermain. Kelompok tersebut mereka bentuk baik di lingkungan rumah
maupun di lingkungan sekolah. Biasanya dengan kelompok sebayanya anak akan mengahbiskan banyak waktu untuk bermain bersama. Disana anak belajar
keterampilan kepemimpinan, komunikasi, dan kerjasama. Selain itu anak juga belajar bagaimana menyesuaikan diri dengan lingkungan.
Namun kenyataannya masih banyak anak yang belum bisa membangun hubungan yang baik dengan teman sebayanya. Banyak anak yang sulit bekerja
sama dengan temannya ketika dalam pembelajaran. Sering kali ketika kegiatan diskusi mereka asyik bermain sendiri, enggan ikut berdiskusi, dan bahkan
mengganggu temannya. Hal ini menyebabkan teman-temannya menolak atau tidak mau lagi jika bekerja kelompok dengannya. Selain itu juga masih ada
beberapa anak yang cenderung diam dan enggan berbaur dengan teman sebayanya. Ada juga anak yang suka mengejek temannya bahkan gemar berkelahi
di sekolah. Kenyataan di atas menjelaskan bahwa masih terdapat anak yang kurang
memiliki kecerdasan interpersonal. Padahal kecerdasan ini sangat dibutuhkan oleh mereka untuk menjalin hubungan yang baik dengan orang lain khususnya
48 dengan teman sebayanya. Seorang anak yang memiliki kecerdasan interpersonal
yang baik ditandai dengan ciri-ciri diantaranya: 1 dapat membangun hubungan yang harmonis dengan orang lain, 2 mampu berempati dengan orang lain, 3
mampu menjaga dan mempertahankan persahabatan dengan teman sebayanya sehingga menjauhi permusuhan, 4 memahami norma-norma sosial yang berlaku
sehingga dapat beradaptasi dengan lingkungan, 5 mampu mencari solusi atas permasalahan yang terjadi, 6 memiliki kemauan tinggi untuk berbagi dan
membantu orang lain, dan 7 memiliki kemampuan komunikasi yang baik dengan orang lain.
Penjelasan di atas menunjukkan bahwa adanya korelasi antara kecerdasan interpersonal dengan interaksi teman sebaya. Seorang anak yang mampu
berkomunikasi kepada orang lain dengan baik, maka dapat berinteraksi dengan baik kepada teman sebayanya. Anak dengan sendirinya akan diterima dalam
kelompok, disegani oleh temannya, dan memiliki banyak teman. Sama halnya apabila seorang anak mampu berinteraksi dengan baik kepada teman sebanyanya,
maka disana ia juga belajar bagaimana berkomunikasi dengan baik kepada orang lain. Dapat digambarkanskema hubungan antara hubungan kecerdasan
interpersonal dengan interaksi teman sebaya dalam gambar di bawah ini:
49 Variabel X
Variabel Y Gambar 1. Kerangka Pikir
G. Hipotesis Penelitian