Kecerdasan Interpersonal KAJIAN TEORI

24 dapat menghindarkan diri dari pergaulan negatif teman sebayanya, dibandingkan dengan orang yang hubungan dengan orangtuanya kurang baik. Hal ini diperkuat oleh penelitian yang dilakukan Judith Brook, bahwa hubungan orangtua dan anaknya yang sehat dapat melindungi anak tersebut dari pengaruh teman sebaya yang tidak sehat negatif. Walau bagaimanapun peer group atau teman sebaya tidak dapat dihindarkan, jika seorang anak dilarang bergaul dengan teman sebayannya atas dasar menjaga kebaikan anaknya maka yang terjadi hanya akan menyebabkan anak tersebut mengalami tekanan mental. Hal yang seharusnya dilakukan adalah menanamkan sejak dini nilai-nilai etika, moral, dan perilaku yang baik sehingga dapat menjadi bekal bagi anak untuk menghadapi dunia luar, serta adanya pengawasan dan kasih sayang dari orang tua sangat dibutuhkan oleh perkembangan anak agar tidak terjerumus dalam hal-hal yang tidak baik.

B. Kecerdasan Interpersonal

1. Pengertian Kecerdasan Interpersonal Gardner Sugihartono, dkk, 2013: 18, kecerdasan merupakan suatu kemampuan untuk memecahkan masalah dan menciptakan produk yang berharga dalam lingkungan budaya dan masyarakat. Berdasarkan konsep ini Gardner menemukan bahwa kecerdasan manusia tidak tunggal tapi ganda bahkan tak terbatas. Gardner menemukan 8 kecerdasan yang dimiliki manusia, yang disebutnya dengan kecerdasan majemuk multiple intelligence. Kedelapan kecerdasan tersebut adalah kecerdasan linguistik, kecerdasan logis-matematis, 25 kecerdasan spasial, kecerdasan musikal, kecerdasan kinestetik, kecerdasan naturalis, kecerdasan intrapersonal, dan kecerdasan interpersonal. Sedangkan Wechsler Sugihartono, dkk, 2013: 16 menyatakan bahwa intelegensi atau kecerdasan yaitu kumpulan kemampuan seseorang untuk bertindak dengan bertujuan, berpikir secara rasional dan kemampuan mengahdapi lingkungan secara efektif. Kedua pendapat tersebut menekankan intelegensi sebagai kemampuan untuk memahami dan bertindak dengan tepat pada situasi yang dihadapi. Kecerdasan interpersonal menurut Rubin, et a. 2002: 41 merupakan kecerdasan untuk mengenali dan merespon secara layak perasaan, sikap dan perilaku, motivasi serta keinginan orang lain. Kecerdasan interpersonal memungkinkan kita untuk berkomunikasi dan memahami orang lain. Bagaimana diri kita mampu membangun hubungan yang harmonis dengan memahami dan merespon manusia atau orang lain merupakan bagian dari kecerdasan interpersonal. Kecerdasan interpersonal menurut Suparno 2008: 39 berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk menjalin relasi dan komunikasi dengan orang lain. Orang yang mempunyai kecerdasan interpersonal biasanya mempunyai kemampuan untuk memperhatikan perbedaan dan mencermati niat atau motif orang lain. Melalui kemampuannya tersebut, sangat memungkinkan bagi seseorang yang memiliki kecerdasan interpersonal untuk membangun kedekatan maupun memberikan pengaruh kepada orang lain. Ia selalu berusaha untuk menjalin hubungan dengan orang lain dan meningkatkan kualitas hubungan tersebut melalui berbagai strategi. Seseorang yang berkemampuan interpersonal 26 baik ingin agar orang lain yang berada di sekitarnya menjadi lebih maju atau mendapatkan manfaat melalui hubungan yang terjalin. Kecerdasan interpersonal bisa dikatakan sebagai kecerdasan sosial Safaria, 2005: 23. Selain itu kecerdasan ini diartikan juga sebagai kemampuan seseorang dalam menciptakan, membangun, dan mempertahankan relasi. Lwin, et al 2008: 197 menjelaskan kecerdasan interpersonal sebagai kemampuan untuk memahami dan memperkirakan perasaan, tempramen, suasana hati, maksud, dan keinginan orang lain kemudian menanggapinya secara layak. Berdasarkan beberapa pendapat, peneliti mengartikankecerdasan interpersonal sebagai kemampuan yang dimiliki seseorang untuk mengamati atau mengerti maksud, motivasi, dan perasaan orang lain, serta mampu memberikan respon secara efektif dalam berkomunikasi.Orang yang memiliki kecerdasan ini mudah bersosialisasi dengan lingkungan sekitarnya. 2. Karakteristik Kecerdasan Interpersonal Menurut Musfiroh 2007: 5 dalam jurnal pendidikan tentang Multiple Intellegences, kecerdasan interpersonal ditandai dengan kemampuan mencerna dan merespon secara tepat suasana hati, tempramen, motivasi, dan keinginan orang lain. Seseorang yang cerdas dalam jenis ini cenderung menyukai dan efektif dalam hal: 1 mengasuh dan mendidik orang lain, 2 berkomunikasi, 3 berinteraksi, 4 berempati dan bersimpati, 5 memimpin dan mengorganisasikan kelompok, 6 berteman, 7 menyelesaikan dan menjadi mediator konflik, 8 menghormati pendapat dan hak orang lain, 9 kerjasama dalam tim, 10 melihat 27 sesuatu dari sudut pandang, dan 11 sensitif atau peka pada minat dan motif orang lain. Secara umum, kecerdasan interpersonal dapat diamati dari perilaku seseorang. Orang yang memiliki kecerdasan interpersonal yang kuat cenderung mampu beradaptasi dengan lingkungan, senang bersama-sama dengan orang lain, dan mampu menghargai orang lain serta memilii banyak teman. Gunawan 2007: 118 mengatakan bahwa orang yang memiliki kecerdasan interpersonal baik memiliki karakteristik sebagai berikut: 1 Mampu berinteraksi dengan orang lain 2 Mampu membentuk dan mempertahankan hubungan sosial 3 Mampu bekerjasama dengan orang yang memiliki latar belakang sama maupun berbeda 4 Peka terhadap perasaan, motivasi, dan keadaan mental orang lain 5 Tertarik menekuni bidang yang berorientasi interpersinal seperti pengajar, konselor, dan politik 6 Mengamati perasaan dan perilaku orang lain 7 Mampu berkomunikasi secara efektif baik verbal maupun non verbal 8 Menggunakan berbagai cara agar bisa berhubungan baik dengan orang lain. Karakteristik orang yang memiliki kecerdasan interpersonal menurut Safaria 2005: 25 adalah. 1 Mampu mengembangkan dan menciptakan relasi sosial baru secara efektif. 2 Mampu berempati dengan orang lain atau memahami orang lain secara total. 3 Mampu mempertahankan relasi sosialnya secara efektif sehingga tidak musnah diamakan waktu dan senantiasa berkembang semakin intim mendalam penuh makna 28 4 Mampu menyadari komunikasi verbal maupun nonverbal yang dimunculkan orang lain,atau dengan kata lain sensitifterhadap perubahan situasi sosial dan tuntutan-tuntutannya. 5 Mampu memecahkan masalah yang terjadi dalam relasi sosialnya dengan pendekatan win-win solution, serta yang paling penting adalah mencegah munculnya masalah dalam relasi sosialnya 6 Memiliki kemampuan komunikasi yang mencakup keterampilan mendengarkan efektif, berbicara efektif dan menulis secara efektif Seorang anak yang memiliki kecardasan interpersonal baik akan suka berinteraksi dengan anak-anak sesusianya. Mereka memiliki kemampuan untuk mempengaruhi kawannya. Selain itu mereka akan nampak menonjol dalam melakukan kerja kelompok Orang yang memiliki keterampilan interpersonal akan menyukai dan menikmati bekerja secara berkelompok, belajar sambil berinteraksi dan bekerja sama, juga kerap merasa senang bertindak sebagai penengah atau mediator dalam perselisihan dan pertikaian baik di sekolah maupun di rumah. Sisi gelap kecerdasan interpersonal adalah tindak pencurangan atau penyelewengan; sedangkan sisi terangnya adalah empati. Inilah kecerdasan milik orang ekstrovert. 3. Aspek-aspek Kecerdasan Interpersonal Anderson dalam Safaria 2005: 24 menyatakan bahwa kecerdasan interpersonal mempunyai tiga dimensi atau aspek utama yaitu social sensitivity, social insight, dan social communication. Ketiga dimensi ini merupakan satu kesatuan utuh dan ketiganya saling mengisi satu sama lain. a. Social sensitivity Sosial senitivity atau sensivitas sosial, adalah kemampuan anak untuk mampu merasakan dan mengamati reaksi-reaksi atau perubahan orang lain yang ditunjukkannya baik secara verbal maupun non verbal. Sosial sensitivity ini meliputi sikap empati dan sikap prososial. 29 1 Sikap Empati Empati adalah sejenis pemahaman perspektif yang mengacu pada “respoon emosi yang dianut bersama dan diamati anak ketika ia mempersiapkan reaksi emosi orang lain”. Empati mempunyai dua komponen kognitif dan satu komponen afektif. Dua komponen kognitif itu adalah pertama, kemampuan individu mengidentifikasi dan melabelkan perasan orang lain, kedua adalah kemampuan individu dalam mengasumsikan perspektif orang lai. Satu komponen afektif adalah kemampuan dalam merespon emosi Feshbach dalam Safaria, 2005: 104-105 2 Sikap Prososial Prilaku prososial adalah istilah yang digunakan oleh para ahli psikologi, yaitu sebuah tindakan moral yang harus dilakukan secara kultural seperti berbagi, membantu seseorang yang membutuhkan, bekerja sama dengan orang lain, dan mengungkapkan simpati Safaria, 2005: 117 b. Social insight Sosial insight merupakan kemampuan dalam memahami dan mencari pemecahan masalah yang efektif dalam suatu interaksi sosial, sehingga masalah tersebut tidak menhambat apalagi menghancurkan relasi sosial yang telah dibangun individu tersebut. Social insight meliputi pemahaman situasi dan etika sosial, keterampilan pemecahan masalah dan kesadaran diri yang merupakan pondasi dasar dari social insight Safaria, 2005: 24. 30 1 Pemahaman situasi sosial dan etika sosial Safaria 2005: 65-67 menjelaskan untuk sukses dalam membina dan mempertahankan sebuah hubungan, individu perlu memahami norma-norma sosial yang berlaku. Dalam bersosialisasi individu harus memahami kaidah moral. Ada perbuatan yang harus dilakukan dan ada perbuatan yang tidak boleh dilakukan. Etiket adalah suatu kaidah sosial yang mengatur mana yang harus dilakukan dan mana yang tidak boleh dilakukan. Aturan ini mencakup banyak hal seperti bagaimana etiket dalam berteman, bertamu, makan, minum, bermain, meminjam, meminta tolong, dan lain sebagainya. 2 Keterampilan memecahkan masalah Setiap individu membutuhkan keterampilan dalam memecahkan masalah secara efektif, apalagi jika masalah tersebut berkaitan dengan konflik interpersonal. Semakin tinggi kemampuan anak dalam memecahkan masalah, maka akan semakin positif hasil yang akan didapatkan dalam penyelesaian konflik antar pribadi tersebut. Anak yang memiliki kecerdasn interpersonal yang tinggi memiliki keterampilan memecahkan konflik antar pribadi yang efektif dibandingkan dengan anak yang kecerdasan interpersonalnya rendah Safaria, 2005: 77. 3 Berkembangnya kesadaran diri Rogacion dalam Safaria 2005: 46 mendefinisikan kesadaran diri sebagai kemampuan seorang pribadi menginsafi keberadaannya sejauh mungkin.Maksudnya adalah individu mampu menyadari dan menghayati totalitas 31 keberadaannya di dunia seperti menyadari keinginan-keinginannya, cita-citanya, harapan-harapannya dan tujuan-tujuannya di masa depan. Menurut Fenigstain dalam Safaria 2005: 46 mendefinisikan kesadaran diri sebagai kecenderungan individu untuk dapat menyadari dan memperhatikan aspek diri internal maupun aspek diri eksternalnya. Maksud dari pernyataan tersebut adalah individu memiliki dua aspek dalam kesadaran akan dirinya yaitu aspek diri internal privat yang berkaitan dengan kemampuan individu dalam menyadari kemampuan internalnya seperti pikiran, perasaan, emosi-emosi, pengalaman, dan tindakan-tindakan yang diambil . Sedangkan aspek diri eksternal publik adalah kemampuan individu untuk menyadari penampilan, pola interaksi dengan lingkungan sosial, dan menyadari situasi yang terjadi di sekeliling individu. Menurut Kilhstorn dalam Safaria 2005: 46 kesadaran diri ini memiliki fungsi penting bagi individu. Fungsi kesadaran diri pada individu tersebut antara lain yaitu: a Fungsi Monitoring self-monitoring, yaitu fungsi dari kesadaran diri individu untuk memonitor, mengawasi, menyadari, dan mengamati setiap proses yang terjadi secara keseluruhanbaik di dalam diri individu maupun di lingkungan sekitarnya. Fungsi memonitor ini akan membuat individu mampu menyadari dan memonitor setiap kejadian-kejadian yang dialami baik yang berkaitan dengan proses-proses internal seperti persepsi-persepsi, penilaian-penilaian, pemikiran-pemikiran, perasaan-perasaan atau keinginan-keinginan. b Fungsi kontrol self-controlling, yaitu kemampuan anak untuk mengontrol dan mengendalikan keseluruhan aspek diri seperti kemampuan untuk 32 mengatur diri, kemampuan untuk membuat perencanaan, serta kemampuan untuk mengendalikan emosi dan tindakan-tindakan. Kesadaran diri yang tinggi merupakan salah satu pondasi dari berkembangnya kecerdasan emosi pada individu. Menurut Goleman dalam Safaria 2005: 47 anak yang memiliki kesadaran diri tinggi akan lebih mampu mengenali perubahan emosi-emosinya, sehingga anak akan lebih mampu mengendalikan emosi-emosi tersebut dengan lebih dahulu mampu menyadarinya. c. Social communication Social communicationatau penguasaan keterampilan komunikasi sosial merupakan kemampuan individu untuk menggunakan proses komunikasi dalam menjalin dan membangun hubungan interpersonal yang sehat. Inti dari social communication adalah komunikasi yang efektif dan mendengarkan secara efektif. 1 Kemampuan komunikasi efektif De Vito dalam Safaria 2005: 132 menjelaskan komunikasi dapat didefinisikan sebagai sebuah proses penyampaian informasi, pengertian dan pemahaman antara pengirim dan penerima. Pada intinya dari berbagai definisi yang dikemukakan oleh banyak ahli bersumber dari adanya informasi yang ingin disampaikan kepada komunikan dari komunikator melalui lambang-lambang yang mengandung arti untuk mencapai kesamaan pemahaman antara keduanya. 2 Kemampuan mendengarkan efektif Safaria 2005: 165 menyatakan bahwa mendengarkan adalah proses aktif menerima rangsangann stimulus telinga aural dalam bentuk gelombang- gelombang suara. 33 Hatch dan Gardner dalam Goleman 2004: 166-167 menjelaskan bahwa aspek-aspek kecerdasan interpersonal atau kecerdasan sosial adalah : a. Mengorganisir kelompok, keterampilan ini menyangkut keterampilan memprakarsai dan mengkoordinasi dalam upaya menggerakkan orang. b. Merundingkan pemecahan, yakni kemampuan dalam mencegah konflik atau menyelesaikan konflik yang meletup-letup. Orang yang memiliki kemampuan ini hebat dalam mencapai kesepakatan, dalam mengatasi atau menegahi perbantahan. c. Hubungan pribadi, kemampuan ini berhubungan dengan kemampuan berempati dan menjalin hubungan. kemampuan ini memudahkan untuk masuk ke dalam lingkup pergaulan atau untuk mengenali dan merespons dengan tepat akan perasaan dan keprihatinan orang lain. d. Analisis sosial, yaitu kemampuan untuk mampu mendeteksi dan mempunyai pemahaman tentang perasaan, motif, dan keprihatinan orang lain. Pemahaman akan bagaimana perasaan orang lain ini dapat membawa ke suatu keintiman yang menyenangkan atau perasaan kebersamaan. Dari beberapa pendapat di atas,peneliti menggunakan pendapat dari Anderson dalam Safaria 2005: 24 menyatakan bahwa kecerdasan interpersonal mempunyai tiga dimensi utama yaitu: 1 social sensitivity; 2 social insight; dan 3 social communication. Sosial sensitivity ini meliputi sikap empati dan sikap prososial. Social insight meliputi pemahaman situasi dan etika sosial, keterampilan pemecahan masalah dan kesadaran diri yang merupakan pondasi 34 dasar dari social insight. social communication adalah komunikasi yang efektif dan mendengarkan secara efektif. 4. Strategi Pengembangan Kecerdasan Interpersonal Untuk mengembangkan keterampilan kecerdasan interpersonal, orang tua dan lingkungan berperan penting sebagai model yang akan ditiru oleh anak. Keterampilan-keterampilan kecerdasan interpersonal menurut Safaria 2005: 26 atara lain: a. Mengembangkan sikap empati pada anak Kemampuan memahami perasaan orang lain empati diungkapkan anak ketika mereka melihat orang lain terluka atau sedih. Metode disiplin dan pola asuh orang tua memberikan pengaruh penting dalam pembentukan kemampuan berempati anak. b. Mengembangkan sikap prososial pada anak Safaria 2005: 117, perilaku prososial adalah tindakan moral yang harus dilakukan secara kultural seperti berbagi, membantu seseorang yang membutuhkan, bekerjasama dengan orang lain, dan mengungkapkan simpati. Perilaku ini menuntut anak untuk mengontrol diri sendiri dalam menahan diri dari egoismenya. Perkembangan perilaku prososial dipengaruhi terutama oleh lingkungan keluaga karena orang tua menjadi model bagi anak dalam kehidupan sehari-hari. c. Mengembangkan kesadaran diri anak Weisinger 2006: 10, kesadaran diri merupakan kemampuan seseorang dalam menginsafi totalitas keberadaannya sejauh mungkin. Anak mampu 35 memproses kepekaan, perasaan, penilaian dan maksud dalam diri anak sehingga dapat menanggapi, bersikap, berkomunikasi dan bertindak dalam situasi yang berbeda. Bungin 2006 : 265 mengatakan seseorang yang memahami dirinya sendiri bagaikan kita berkacakan cermin.Beberapa cara untuk meningkatkan kesadaran diri menurut Weisinger 2006: 11 adalah: 1 menyelidiki cara membuat penilaian, 2 menyelaraskan diri dengan indra, 3 mengenali perasaan, 4 mempelajari segala intens, dan 5 memperhatikan tindakan. d. Mengajarkan pemahaman situasi sosial dan etika sosial pada anak Etiket menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia 2005: 381 adalah adat sopan santun atau tata krama yang perlu selalu diperhatikan dalam pergaulan agar hubungan selalu baik. Aturan ini mencakup banyak hal seperti bagaimana etiket dalam bertamu, berteman, makan, minum, bermain, meminjam, meminta tolong, berbicara, mendengarkan, berpakaian dan sebagainya. Semua itu harus dipahami anak dengan baik agar anak mampu menyesuaikan perilakunya dalam setiap situasi sosial. e. Mengajarkan pemecahan masalah efektif pada anak Setiap anak membutuhkan keterampilan untuk memecahkan masalah secara efektif agar dapat menyelesaikan konflik-konflik yang terjadi. Anak yang memiliki kecerdasan interpersonal yang tinggi memiliki keterampilan memecahkan konflik antar pribadi yang efektif dibandingkan dengan anak yang kecerdasan interpersonalnya rendah. 36 f. Mengajarkan berkomunikasi dengan santun pada anak Ada empat keterampilan komunikasi dasar yang perlu dilatih pada anak yaitu memberikan umpan balik, mengungkapkan perasaan, mendukung dan menanggapi orang lain, yang terakhir adalah menerima diri dan orang lain. Jika anak mampu menguasai keempatnya, anak akan berhasil mengembangkan kecerdasan interpersonal yang matang sehingga anak mampu membangun dan mampertahankan hubungan yang bermakna dengan orang lain. g. Mengajarkan cara mendengarkan efektif pada anak Keterampilan mendengarkan akan menunjang proses komunikasi anak dengan orang lain, sebab orang akan merasa dihargai dan diperhatikan ketika mereka merasa didengarkan. Sebuah hubungan komunikasi tidak akan berlangsung baik jika salah satu pihak tidak mengacuhkan apa yang diungkapkannya. Lie 2003: 123 menjelaskan bahwa terdapat hal-hal yang dapat dilakukan untuk mengembangkan kecerdasan interpersonal anak, yaitu: a. Ungkapkan perasaan kasih dan sayang secara eksplisit. Anak membutuhkan kasih sayang baik dari keluarga, teman maupun orang- orang di sekitarnya. Rasa cinta dan kasih sayang yang selalu diperolehnya akan membuat anak tumbuh menjadi pribadi dengan kecerdasan interpersonal yang mantap. b. Berikan penghargaan atas setiap pemberian atau ungkapan kasih sayang anak Anak-anak tidak segan untuk mengungkapkan kasih sayangnya kepada orang disekitarnya terutama orang tua. Pelukan, ciuman, gurauan, tingkah laku 37 manja adalah cerminan kebutuhan pengungkapan rasa kasih sayang anak. Respon yang positif terhadap ungkapan kasih sayang anak akan membuat anak merasadihargai, diperhatikan dan dicintai. Hal ini akan berpengaruh pada pengenalan diri anak dan peningkatan kecerdasan interpersonal. c. Ajari anak untuk mengenali perasaan orang lain melalui sinyal-sinyal non verbal Mengenali ekspresi dan gerakan tubuh orang lain sangat penting bagi anak. Anak akan belajar mengesampingkan keinginan-keinginannya dengan melihat kebutuhan orang lain. d. Beri kesempatan anak untuk berhadapan dengan orang lain Kemampuan berinteraksi dengan orang lain harus ditanamkan sejak dini dan secara bertahap. Orang tua maupun guru perlu membimbing dan menuntunnya antara lain dengan cara memberikan kesempatan untuk bertanya, berbicara, maupun melakukan interaksi dengan orang banyak. e. Pahami kebutuhan anak akan persahabatan dengan teman sebaya dan dukung kegiatan-kegiatan positif bersama teman. Anak membutuhkan persahabatan dengan teman sebayanya. Hal-hal yang mungkin tidak dapat dilakukan dengan orang tuanya, anak dapat melakukan dengan teman-temannya. Bersama teman-temannya anak dapat memenuhi kebutuhan untuk bermain, didukung, dipercaya dan diterima sebagai individu. Dari beberapa pendapat ahlu di atas, dalam penelitian ini peneliti merujuk pendapat Safaria 2005: 26 yang menjelaskan strategi mengembangkan keterampilan kecerdasan interpersonal meliputi: 1 mengembangkan sikap empati 38 pada anak; 2 mengembangkan sikap prososial pada anak; 3 mengembangkan kesadaran diri anak; 4 mengajarkan pemahaman situasi sosial dan etika sosial pada anak; 5 mengajarkan pemecahan masalah efektif pada anak; 6 engajarkan berkomunikasi dengan santun pada anak; dan 7 mengajarkan cara mendengarkan efektif pada anak.

C. Hubungan Kecerdasan Interpersonal dengan Interaksi Teman Sebaya