Learning by Doing: Experiments and Instruments in the History of Skripsi

Pembelajaran bervisi STSE membuat siswa lebih mampu menghubungkan topik dengan pembelajaran, yang meningkatkan interaksi siswa selama pembelajaran dan membuat lingkungan pembelajaran yang berpusat pada siswa. Siswa dapat dapat terlibat langsung dalam proses penelitian disamping mencoba untuk membuat hubungan antara konsep dengan topik yang disampaikan dalam pembelajaran. Hal ini dapat berefek positif dalam meningkatkan perhatian mereka saat pembelajaran berlangsung dan keterampilan proses sains siswa.

2.5.2 Pupil Achievement in Science A Process Approach-Part E Torop, 1971

Penelitian ini bertujuan untuk melihat bagaimana keberterimaan siswa terhadap penerapan pembelajara Science A Prosess Approach SAPA. Penelitian ini melibatkan 21 kelas dan 11 guru dari kelas empat sekolah dasar. Guru sebelumnya telah dipersiapkan untuk menerapkan SAPA di kelas dan dibekali pula dengan buku pegangan pembelajaran SAPA, meskipun guru masih diberi kebebasan untuk mengembangkannya. Evaluasi yang dipakai adalah pembuatan laporan atas tugas yang diberikan guru. Tugas yang diberikan berupa aplikasi dari materi yang telah diajarkan guru, sehingga siswa diberi kesempatan mengembangkan ilmu pengetahuan yang dimilikinya. Hasilnya 82 siswa memberikan respon positif terhadap pembelajaran SAPA ini.

2.5.3 Learning by Doing: Experiments and Instruments in the History of

Science Teaching Elizabeth Cavicchi, 2012 Buku ini menjelaskan bahwa penggunaan instrumen untuk mengajar berkembang sangat pesat, membuat siswa tidak perlu susah-susah dalam belajar, namun, belajar sains hakikatnya bukan hanya tentang instrumen namun juga tentang hasil yang diharapkan. Apakah para ilmuwan terdahulu menghasilkan karya dari bangku sekolah? Tidak. Mereka menghasilkan karya dengan praktik langsung. Bahwa berhubungan langsung dengan alam adalah hakikat utama belajar sains.

2.5.4 Skripsi

Penelitian Dewi 2011 tentang Pengaruh Pendekatan Keterampilan Proses Sains terhadap KPS Siswa pada konsep suhu dan kalor menyimpulkan pembelajaran dengan pendekatan KPS berpengaruh terhadap KPS siswa dengan taraf signifikansi sebesar 0,05. Perhitungan statistik menunjukkan nilai rata-rata pre-test sebesar 50,25, nilai rata-rata post-test sebesar 70,58, diperoleh t hitung sebesar 7,78 dengan t tabel sebesar 2,00. Penelitian lain adalah penelitian Handayani 2011 berjudul meningkatkan pemahaman konsep siswa melalui pendekatan keterampilan proses pada konsep laju reaksi tahun 2011. Penerapan pendekatan keterampilan proses dengan metode praktikum dan diskripsi terbukti dapat meningkatkan pemahaman konsep siswa. Hal ini terbukti dari rata-rata pencapaian indikator pemahaman konsep siswa pada konsep laju reaksi yaitu 70,12 pada siklus 1 dan 78,75 pada siklus 2. Selain itu penelitian yang dilakukan oleh Rochman 2010 yang berjudul efektifitas pembelajaran sains dengan pendekatan keterampilan proses terhadap hasil belajar peserta didik kelas VII MTs N 1 Semarang pada materi pokok kalor. Kesimpulan yang didapatkan adalah pembelajaran dengan pendekatan ketrampilan proses memberikan hasil positif terhadap cara belajar peserta didik dan dan hasil belajar lebih bisa mengefisienkan waktu bagi pendidik dalam melakukan KBM. Penelitian lain tentang pendekatan keterampilan proses sains ini dilakukan oleh Priyanti dkk 2009 juga menghasilkan kesimpulan bahwa pembelajaran kimia melalui pendekatan KPS berorientasi Problem Based Instruction dapat meningkatkan hasil belajar dan aktivitas siswa. Penggunaan visi SETS dalam pembelajaran membentuk kesan positif dalam diri siswa kelas X SMA Negeri 1 Pati dan kesan positif yang timbul akibat pembelajaran bervisi SETS berpengaruh positif terhadap hasil belajar siswa kelas X SMA Negeri 1 Pati Sigit, 2008 . 2.6 Pendekatan Proses Bervisi SETS, Keterampilan Proses Sains dan Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan Pembelajaran kimia dengan pendekatan proses bervisi SETS merupakan pembelajaran yang menuntut keaktifan, kemandirian, kreatifitas, dan keberanian untuk mengungkapkan ide dan gagasan yang ada pada diri siswa. Pada pembelajaran ini siswa diajak untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang dilalui oleh ilmuwan hingga akhirnya menemukan konsep dengan tujuan untuk meningkatkan daya pikir serta psikomotor siswa. Agar pembelajaran lebih mengena dan meningkatkan antusias siswa, pembelajaran dihubungkan dengan kehidupan nyata ditinjau dari sisi ilmu pengetahuan science, dampak terhadap lingkungan environment dan masyarakat society dan teknologi yang dapat dikembangkan technology. Diharapkan setelah pembelajaran selesai siswa tidak hanya mengetahui teori-teori materi yang mereka pelajari saja, tetapi juga mengetahui penerapan materi yang dipelajari dan bahkan mengembangkannya sendiri. Pada pembelajaran kelarutan dan hasil kali kelarutan dengan pendekatan proses bervisi SETS akan dibagi menjadi empat pokok bahasan. Pokok bahasan pertama adalah pengertian kelarutan dan hasil kali kelarutan. Pokok bahasan kedua mengenai reaksi pengendapan. Pokok bahasan ketiga mengenai pengaruh ion senama terhadap kelarutan dan yang terakhir mengenai pengaruh pH terhadap kelarutan. Pembelajaran untuk setiap pokok bahasan diawali dengan pembahasan artikel tentang fenomena yang ada disekitar lingkungan siswa. Dikarenakan akan ada empat pokok bahasan maka akan ada empat artikel yang akan dibahas siswa. Siswa dimintai pendapatnya mengenai fenomena tersebut. Artikel yang dibahas siswa mengandung aspek sains, teknologi yang dikembangkan serta dampak terhadap lingkungan dan masyarakat. Didalam artikel terdapat sebuah pertanyaan yang harus dijawab oleh siswa melalui percobaan. Namun, percobaan ini akan dirancang dan dilakukan sendiri oleh siswa. Guru hanya berperan sebagai fasilitator. Dengan merancang percobaan sendiri dan melakukannya sendiri juga, siswa diharapkan akan dapat mengembangkan keterampilan proses sainsnya. Keterampilan mengobservasi dikembangkan dengan kegiatan menganalisis permasalahan dan selama pengamatan dan pengambilan data selama praktikum dilaksanakan. Keterampilan memprediksi dikembangkan selama siswa merancang percobaan. Keterampilan lain yang akan dikembangkan dengan kegiatan merancang praktikum adalah mengajukan pertanyaan untuk membuat rumusan masalah, mengajukan hipotesis dalam rangka menjawab rumusan masalah, dan mengetahui alasan penggunaan alat dan bahan dalam percobaan yang akan dilakukan siswa. Keterampilan yang akan dikembangkan dengan kegiatan percobaan adalah keterampilan menafsirkan hasil pengamatan, mengklasifikasikan data hasil pengamatan, hingga akhirnya dapat menarik kesimpulan untuk menjawab hipotesis. Diakhir percobaan siswa diminta untuk membuat laporan percobaan. Pembuatan laporan percobaan dilakukan untuk mengembangkan keterampilan mengkomunikasikan. Dalam laporan siswa diminta untuk menjelaskan kejadian-kejadian yang terjadi selama percobaan dilaksanakan dan kemudian mengakhiri penjelasan dengan membuat diagram SETS. Hal ini untuk mengembangkan keterampilan menerapkan konsep.

2.7 Kerangka Berpikir