Karakterisasi Variabel Lingkungan pada Komunitas Larva Trichoptera

Gambar 35 . Grafik triplot hasil ordinasi kelimpahan taksa larva Trichoptera dengan variabel lingkungan di Sungai Ciliwung Pada grafik triplot Gambar 35 secara umum menunjukkan tiga pengelompokan stasiun pengamatan yaitu kelompok I terdiri atas stasiun 1 dan 2, kelompok dua merupakan stasiun 3, dan kelompok III adalah Stasiun 4,5, dan 6. Semakin panjang panah variabel yang mengarah pada spesies dan stasiun pengamatan, maka kontribusi variabel tersebut pada spesies maupun stasiun pengamatan semakin besar. Begitu juga sebaliknya jika panah yang panjang membentuk sudut ≈ 180 , maka pengaruh variabel tersebut cenderung berkorelasi negatif dengan variabel yang ada dibaliknya. Trichoptera yang hidup di Stasiun Gunung Mas misalnya: Helicopsyche, Caenota, Orthotrichia, Chimarra, Antipodoecia, Diplectrona, Anisocentropus, Lepidostoma, Philopotamidae Genus 1 memiliki preferensi untuk hidup pada kondisi pencemaran organik yang rendah indeks kimia = 91,675-90,02, kerikil 55-83, CPOM 93-102 g berat keringm 2 , kecepatan arus 1,27-1,31 mdet, dan habitat yang sedikit mengalami gangguan 146-181. Hewan tersebut diatas juga dicirikan dengan karakteristik rendahnya nilai turbiditas 6,37-3,83 NTU, konsentrasi logam Hg di air 0,07-0,25, dan persentase pasir 17-43. Sebaliknya larva Trichoptera Cheumatopsyche, Setodes, dan Tinodes relatif toleran terhadap polutan organik indeks kimia = 61-81 dan menyukai hidup pada kondisi tingginya variabel turbiditas 26-32 NTU, logam merkuri di air 0,92- 2,34 ppb, berpasir 89-93, rendahnya kecepatan arus 0,51-0,67 mdet, dan CPOM 9-20 g berat keringm 2 . Larva Trichoptera Helicopsyche, Caenota, Orthotrichia, Chimarra, Antipodoecia, Diplectrona, Anisocentropus, Lepidostoma, dan Philopotamidae Genus 1 lebih menyukai hidup pada kondisi sungai yang relatif bersih belum tercemar dan kondisi habitat masih relatif alami vegetasi hutan tersusun oleh tumbuhan asli. Blinn Ruiters 2009 menyebutkan Lepidostoma lebih menyukai hidup di dataran tinggi 1000-2200 m dpl yang belum mengalami pencemaran, dan rendahnya gangguan pada embeddednes substrat batu yang tertanam di dasar perairan 10. Oscoz et al. 2011 menyebutkan Famili Lepidostomatidae merupakan organisme indikator perairan bersih karena rendahnya toleransi terhadap pencemaran, tingginya kebutuhan akan oksigen, dan kualitas daerah pinggir sungai yang masih baik. Gooderham Tsyrlin 2002 mengkategorikan Alloecella sp. Helicophidae, Chimarra sp. Philopotamidae, Agapetus sp. Glossosomatidae, Helicopsyche sp. Helicopsychidae, Lepidostoma sp. Lepidostomatidae, Caenota sp. Calocidae, Tasiagma sp. Tasimiidae termasuk dalam organisme yang sensitif terhadap pencemaran yang dicirikan dengan tingginya nilai toleransi dalam indeks SIGNAL ≈ 10. Helicopsyche sp. lebih menyukai hidup pada sungai yang berarus, suhu relatif dingin, bersih, dan dangkal Oscoz et al. 2011. Tinodes sp. yang termasuk dalam Famili Psychomyiidae sering ditemukan pada segmen pertengahan orde sungai yang dapat mentoleransi limbah organik di perairan. Di bagian hilir sungai yang vegetasinya jauh banyak berkurang dan telah mengalami pencemaran organik lebih didominasi oleh larva hydropsychid Cheumatopsyche. Roberge et al. 2010 menyebutkan kelimpahan larva hydropsychid akan meningkat sejalan dengan meningkatkan perubahan lahan ke arah urbanisasi maupun pertanian. Hewan tersebut memakan partikel halus yang hanyut dari erosi lahan yang terpengaruh oleh aktivitas manusia. Larva Cheumatopsyche termasuk dalam tipe feeding filtering collector guna mendapatkan makanannya dengan cara menyaring partikel yang hanyut oleh arus air seston. Oscoz et al. 2011 menyebutkan larva hydropsychid umumnya dijumpai pada perairan dengan substrat yang berbatu dan berarus deras. Hewan tersebut mampu memodifikasi luas mata jaringnya guna menyesuaikan ukuran dari makanannya. Alexander Smock 2005 menyebutkan modifikasi ukuran mata jaring berguna untuk efesiensi menyaring makanan seston yang hanyut di kolom air. Secara umum larva genus Hydropsyche mempunyai ukuran mata jaring yang lebih besar dibandingkan dengan Cheumatopsyche, karena ukuran partikel seston di bagian hilir biasanya berukuran lebih kecilhalus. Hasil pengukuran luas mata jaring Cheumatopsyche menunjukkan dari bagian hulu 0,23 mm 2 hingga ke hilir cenderung menurun 0,05 mm 2 . Fenomena yang sama juga diamati oleh Oscoz et al. 2011 yaitu di bagian hulu larva hydropsychid mempunyai luas mata jaring yang lebih besar dibandingkan di bagian hilir. Hal itu mungkin disebabkan oleh relatif tingginya kandungan CPOM di bagian hulu, sehingga hewan tersebut menyesuaikan ukuran jaringnya yang relatif lebih besar 0,29 mm 2 dan akan mengecil di bagian hilir 0,05 mm 2 . Kecilnya luas mata jaring akan memudahkan larva Cheumatopsyche dalam menangkap partikel makanan yang lebih halus hanyut terbawa oleh arus air. Kemungkinan yang ke dua adalah luas mata jaring juga dipengaruhi oleh kecepatan arus. Karena di bagian hulu kecepatan arusnya relatif tinggi dibandingkan dengan di hilir, maka hewan tersebut harus menyesuaikan luas mata jaringnya agar sarangnya tidak mudah rusak oleh tekanan air yang besar. Larva Cheumatopsyche relatif lebih toleran terhadap pencemaran organik maupun kontaminasi logam. Canfield et al. 1994 menyebutkan dominansi larva hydropsychid yang semakin meningkat merupakan sinyal awal dari meningkatnya kontaminasi logam berat di perairan. Larva Cheumatopsyche sp. dan Hydropsyche betteni termasuk dalam Trichoptera yang toleran terhadap pencemaran dan biasanya hidup di segmen sungai dengan tingkat urbanisasi tinggi Alexander Smock 2005. Namun sebaliknya penelitian yang dilakukan oleh Chakona et al. 2009 menunjukkan larva Cheumatopsyche relatif sensitif pada air yang sudah tercemar dan keberadaan hewan tersebut akan meningkat kembali di bagian hilir, ketika kualitas airnya meningkat.

4.8 Produktivitas Sekunder Larva Trichoptera Cheumatopsyche sp.

Hasil pengukuran lebar kepala larva Cheumatopsyche sp. selama delapan bulan didapatkan hubungan berat tubuh dan tahap perkembangan instar Gambar 36 dan Lampiran 5. Pada Gambar 36 menunjukkan larva Cheumatopsyche sp. untuk menjadi dewasa terjadi setelah bulan Oktober-November dan Februari- Maret, kerena jumlah pupa yang ditemukan relatif lebih tinggi pada bulan tersebut dibandingkan dengan bulan lainnya. Ditinjau dari data curah hujan pada bulan Oktober–November 2010 menunjukkan pada bulan tersebut curah hujan masih relatif tinggi yaitu 284-436 mm, sedangkan pada bulan Februari-Maret 2011 curah hujan menunjukkan terendah yaitu 86-140 mm Gambar 37. Kondisi ini mengindikasikan bahwa larva Cheumatopsyche sp. dapat melakukan reproduksi ketika curah hujan relatif rendah Februari-Maret maupun tinggi Oktober – Nopember. Ditinjau dari banyaknya jumlah pupa yang ditemukan dari bulan Oktober dan Maret, maka siklus hidup hewan tersebut kemungkinan besar bersifat bivoltine bereproduksi dua kali dalam setahun. Siklus hidup larva Cheumatopsyche telah dipelajari oleh beberapa peneliti. Mackay 1986 menyebutkan larva Trichoptera Cheumatopsyche pettiti di negara yang beriklim temperate Minnesota-USA bersifat univoltine yang recruitment umumnya terjadi pada saat musim panas Bulan Juni akhir dan pupa terjadi di bulan Mei. Sebaliknya, penelitian yang dilakukan oleh Sanchez Hendricks 1997 menunjukkan siklus hidup Cheumatopsyche pettiti bersifat bivoltine di hulu Sungai Stroubles Virginia-USA. Peneliti tersebut menyebutkan bahwa larva Cheumatopsyche memiliki masa perkembangan larva pupa minimal selama enam hari. Hydropsychid dewasa memiliki masa hidup relatif pendek dan telur akan di letakkan di perairan setelah dua sampai tiga hari setelah emergence. Karena negara Indonesia hanya memiliki dua musim saja hujan-kemarau dan perbedaan kondisi iklim dari kedua musim tersebut relatif tidak terlalu ekstrim, maka Cheumatopsyche sp. dewasa dapat melakukan reproduksi di kedua musim tersebut, walaupun ada kecenderungan reproduksi banyak dilakukan di bulan Oktober-November dan Februari-Maret. Gambar 36. Perkembangan instar larva Cheumatopsyche sp di setiap bulan pada masing-masing stasiun pengamatan.