tersebut, walaupun ada kecenderungan reproduksi banyak dilakukan di bulan Oktober-November dan Februari-Maret.
Gambar 36. Perkembangan instar larva Cheumatopsyche sp di setiap bulan pada
masing-masing stasiun pengamatan.
Gambar 37. Data curah hujan dari Bulan Agustus 2010 hingga Mei 2011.
Hasil pengukuran biomassa, produktivitas sekunder, dan cohort PB larva
Cheumatopsyche sp. di Sungai Ciliwung ditampilkan dalam Tabel 13.
Penghitungan lebih rinci dari biomassa, produktivitas sekunder, dan cohort PB
disajikan dalam Lampiran 6. Pada Tabel 13 menunjukkan biomassa larva
Cheumatopsyche di bagian hulu Stasiun Gunung Mas hingga Stasiun Cibinong cenderung meningkat 0,09-0,29 g.m
-2
. Produktivitas sekunder larva Cheumatopsyche sp. juga meningkat dari
Stasiun Gunung Mas hingga Kampung Jog-jogan 5,9-26,9 g m
-2
tahun
-1
dan menurun di Stasiun Katulampa 8,15 g m
-2
tahun
-1
. Di Stasiun Cibinong produktivitas sekunder Cheumatopsyche sp. meningkat kembali hingga 81,5 g m
-2
tahun
-1
.
Tabel 13. Biomassa, produktivitas sekunder, dan cohort PB dari larva
Cheumatopsyche sp di Sungai Ciliwung. Penghitungan cohort PB dapat dilihat dalam Lampiran 6.
No Stasiun
Biomassa g.m
-2
Produktivitas Sekunder
g.m
-2
.tahun
-1
Cohort PB
1 Gunung Mas 1
0,09 5,9
33,9 2
Gunung Mas 2 0,04
7,5 61,9
3 Kampung Pensiunan
0,1 12,8
64,1 4
Kampung Jog-jogan 0,13
26,19 63,7
5 Katulampa
0,22 8,15
12,1 6
Cibinong 0,29
81,5 93,4
Keterangan: tanda cohort PB nilainya didasarkan pada Lampiran 6.
Pola yang sama dengan produktivitas sekunder juga diamati pada nilai cohort PB yaitu kecenderungan meningkat dari Stasiun Gunung Mas hingga
Kampung jog-jogan 33,9-63,7 dan menurun di Stasiun Katulampa 12,1. Nilai cohort PB di Stasiun Cibinong meningkat kembali hingga 93,4.
Hubungan antara kontaminasi logam merkuri di air, terakumulasi di tubuh, dan konsentrasi TOM di air dengan produktivitas sekunder larva Cheumatopsyche
sp. disajikan dalam Gambar 38. Pada Gambar 38 menunjukkan adanya trend
yang hampir sama antara meningkatnya kandungan bahan organik TOM = 11,76 mgl dan meningkatnya logam merkuri di perairan hingga konsentrasinya 2,34
ppb mampu mendorong produktivitas sekunder larva Cheumatopsyche sp lebih tinggi di Sungai Ciliwung yang masih termasuk dalam gradien tinggi. Kandungan
bahan organik di perairan mampu mendorong pertumbuhan yang cepat dari larva Cheumatopsyche sp. yang relatif toleran terhadap pencemaran. Kondisi kualitas
air yang kurang menguntungkan pencemaran organik dan kontaminasi logam merkuri menyebabkan hewan tersebut mampu beradaptasi dengan baik, bersifat
oportunis dibandingkan dengan larva Trichoptera lainnya, dan dapat bersaing dengan makrozoobentos lainnya dalam memanfaatkan kekosongan niche relung
yang ada. Pengaruh produktivitas sekunder larva Cheumatopsyche akibat aktivitas
antropogenik di sungai telah diamati oleh beberapa peneliti. Sanchez Hendricks 1997 menunjukkan produktivitas sekunder larva Cheumatopsyche lebih tinggi di
area pertanian 3,01 g.m
-2
.tahun
-1
dibandingkan dengan area di bagian hulu yang masih terletak di dalam hutan 2 g.m
-2
.tahun
-1
. Alexander Smock 2005 menunjukkan pengaruh hidrologi dari adanya bendungan di daerah Upham Brook
Virginia USA terhadap produktivitas sekunder larva Cheumatopsyche analis. Produktivitas sekunder larva C. analis yang berada di bagian hulu 250 m
sebelum bendungan lebih rendah 7,2 g.m
-2
.tahun
-1
dibandingkan di bawah bendungan 18,2 g.m
-2
.tahun
-1
dan 1 km setelah bendungan 9,5 g.m
-2
.tahun
-1
. Meningkatnya biomassa, produktivitas sekunder, cohort PB larva
Cheumatopsyche sp. di bagian hilir Stasiun Cibinong disebabkan oleh masukan bahan organik di perairan mendorong pertumbuhan mikroflora dalam seston
maupun perifiton yang berfungsi sebagai makanan bagi larva Cheumatopsyche sp.
Larva Cheumatopsyche menyukai kondisi perairan yang kandungan bahan organiknya dalam kategori sedang hingga tinggi Mackay 1986. Mackay
Wiggins 1979 menyebutkan bahwa larva Cheumatopsyche memiliki tipe ekologi yang tidak spesifik yaitu filtering collector dan scraper. Ketidakspesifikan tipe
ekologi feeding hewan tersebut sangat menguntungkan Cheumatopsyche guna memanfaatkan sumber makanan yang tersedia secara optimal ketika salah satu
makanannya sestonperifiton kurang tersedia. Di bagian hulu sungai, jumlah kelimpahan perifiton dan konsentrasi C dan N di seston relatif rendah yang
berpengaruh pada ketersediaan makanan dan status nutrisi yang dapat dimanfaatkan oleh larva Cheumatopsyche sp. Semakin ke hilir kelimpahan
perifiton dan konsentrasi C dan N di seston relatif lebih tinggi dibandingkan stasiun lainnya, sehingga larva Cheumatopsyche sp dapat tumbuh dan
berkembang secara optimal.
Gambar 38. Hubungan antara konsentrasi bahan organik TOM di perairan dan
meningkatnya logam merkuri mampu mendorong produktivitas sekunder larva Cheumatopsyche
Rendahnya produktivitas sekunder Cheumatopsyce sp. di Stasiun Katulampa kemungkinan besar disebabkan oleh adanya aktivitas penambangan
batu dan pasir yang dilakukan oleh masyarakat berpotensi mengganggu populasi larva Trichoptera. Pengambilan substrat batu dapat mengganggu kelangsungan
hidup larva Cheumatopsyche sp., karena batu yang tertanam di sungai dapat berfungsi sebagai tempat untuk melekatnya sarang guna berlindung dari predator
maupun tempat memperoleh makanan perifiton. Semakin berkurangnya batuan terutama yang berukuran puing dapat menurunkan kelimpahan larva
Cheumatopsyche sp. di Stasiun Katulampa, sehingga berpengaruh pada rendahnya nilai produktivitas sekunder di stasiun tersebut.
Nilai Cohort PB larva Trichoptera di Stasiun Gunung Mas hingga Cibinong cenderung untuk meningkat. Stasiun Katulampa memiliki nilai PB yang
relatif lebih rendah jika dibandingkan dengan stasiun lainnya. Kondisi ini mencerminkan turn over kemampuan pulih larva Cheumatopsyche sp. di Stasiun
Gunung Mas relatif lebih lama. Cohort PB di Stasiun Cibinong paling cepat dibandingkan dengan stasiun lainnya. Tingginya PB ke arah hilir mungkin
disebabkan dari adanya recruiment dari kohort baru dan pertumbuhan yang relatif cepat guna menyelesaikan satu siklus hidupnya. Kondisi ini mungkin dipengaruhi
oleh meningkatnya faktor suhu air 18-28,9 C dan ketersediaan makanan
seston yang mendukung pertumbuhan larva sehingga mempengaruhi laju metabolisme larva di bagian hilir akan meningkat. Hal ini akan mempercepat
perkembangan larva untuk menjadi dewasa dan mendorong terjadinya recruitment baru.
4.9 Penyusunan Biokriteria dengan Menggunakan Konsep Multimetrik
Hasil uji sensitivitas masing-masing metrik biologi dalam mencerminkan
gangguan pada Sungai Ciliwung ditampilkan dalam grafik Box-Whisker Plot Lampiran 7.
Analisis kemampuan diskriminasi dari grafik Box-Whisker Plot antara situs rujukan dengan situs uji dirangkum dalam Tabel 14.
Tabel 14 . Kemampuan diskriminasi masing-masing metrik biologi dalam
mencerminkan gangguan di Sungai Ciliwung. No
Komposisi metrik skor
IQ Keterangan
1 Jumlah skor SIGNAL
3 Kemampuan deskriminasi tinggi
antara bagian yang belum dan sudah mengalami gangguan, kandidat yang
baik sebagai metrik penyusun biokriteria
2 Jumlah taksa
3 s.d.a
3 Kelimpahan 3 taksa dominan
3 s.d.a
4 Jumlah taksa sensitif
3 s.d.a
5 Indeks SIGNAL
1 Kemampuan diskriminasi yang
rendah antara situs yang belum dengan sudah mengalami gangguan.
Adanya tumpang tindih satu median IQ dengan kisaran IQ lainnya.
Kandidat yang buruk sebagai penyusun komponen biokriteria.
6 Kelimpahan total
Kemampuan diskriminasi rendah antara situs yang belum dengan
sudah mengalami gangguan. Adanya tumpang tindih IQ terjadi hampir
keseluruhan dengan kisaran IQ lainnya atau kedua median terjadi
tumpang tindih. Kandidat yang buruk sebagai penyusun komponen
biokriteria.
7 Jumlah taksa Hydropsychidae
s.d.a 8
Jumlah taksa toleran s.d.a
9 Kelimpahan Hydropsyche
s.d.a 10
Kelimpahan filtering collector
s.d.a 11
Jumlah taksa Fakultatif 3
Kemampuan deskriminasi tinggi antara situs yang belum dan sudah
mengalami gangguan, namun metrik ini memiliki kisaran yang sangat
sempit untuk memisahkan situs yang sudah mengalami gangguan
misalnya ringan hingga sedang. Metrik ini merupakan kandidat yang
kurang baik sebagai metrik penyusun biokriteria
12 Kelimpahan shredder
3 s.d.a