Hasil Belajar Hasil Belajar Pendidikan Agama Islam
15
2. Hubungan manusia dengan manusia
3. Hubungan manusia dengan alam sekitar
11
Menurut istilah, aqidah adalah suatu pokok atau dasar keyakinan yang harus dipegang oleh orang yang mempercayainya.
12
Manusia hidup berdasarkan kepercayaan terhadap suatu aqidah, tinggi rendahnya kepercayaan memberikan corak bagi kehidupan, karena itulah
kehidupan pertama dalam Islam dimulai dengan iman. 2.2 Akhiak Kata akhiak menurut bahasa berarti perangai, sikap, perilaku, watak, dan
budi pekerti.
13
Sesuai dengan firman Allah SWT Qs. Al-Qalam:4 yang menggambarkan tentang akhiak terpuji yang terdapat pada Nabi Muhammad
SAW:
Sedangkan secara istilah akhiak adalah sikap yang tertanam dalam jiwa yang mendorong untuk melakukan perbuatan tanpa memerlukan pemikiran dan
pertimbangan.
14
Definisi diatas memperlihatkan bahwa akhiak adalah sesuatu keadaan yang tertanam dalam jiwa berupa keinginan kuat yang melahirkan perbuatan secara
langsung tanpa memerlukan pemikiran-pemikiran. Keadaan jiwa itu ada kalanya merupakan sifat alami thabiat yang didorong oleh fitrah manusia untuk
melakukan suatu perbuatan atau tidak melakukannya seperti rasa takut dan sebagainya. Selain itu, suasana jiwa ada kalanya juga di sebabkan oleh adat
istiadat seperti yang membiasakan berkata benar secara terus menerus, maka jadilah suatu bentuk akhiak yang tertanam dalam jiwa. Sehingga penulis
menyimpulkan bahwa akhiak adalah suatu perbuatan baik dan buruk, yang
11
Petunjuk Pelaksanaan Kurikulum Pendidikan Agama Islam, CV. Karya Manunggal, 1982, h. 3
12
Masan Alfat, Aqidah Akhalak, Semarang: PT. Karya Toha Putra,1987 h. 3
13
Mustofa, Akhalak Tasauf, Bandung: CV. Pustaka Setia, 1997, Cet. Ke-1, h. 11
14
Moh.Ardani, Akhlak Tasawuf, … h. 27
16
seharusnya dilakukan oleh manusia kepada orang lain dengan menyatakan tujuan yang harus dituju dalam perbuatan mereka dan menunjukkan jalan untuk
melakukan apa yang harus diperbuat. Akhiak merupakan sumber dari segala perbuatan yang sewajarnya, yakni tidak dibuat-
buat dan perbuatan yang dapat dilihat sebenarnya yang merupakan gambaran dari sifat-sifat yang tertanam dalam jiwa.
Karena itu agama Islam sangat mengutamakan segi akhlak dalam ajarannya, sehingga Nabi Muhammad menjelaskan bahwa risalahnya hanya
untuk menyempurnakan akhlak yang utama. Sabda Rasul:
Sesungguhnya aku diutus di dunia ini untuk menyempurnakan akhlak
15
HR. Ahmad 2.3 Ciri-ciri Akhlak Yang Baik
1 Jujur benar memberitakan tentang sesuatu sesuai dengan hakekat keadaan
yang sebenarnya. Benar atau jujur itu termasuk semulia sifat manusia yang terpuji. Sikap ini membawa keselamatan dan manfaat bagi orang yang
bersangkutan dan bagi orang lain.
16
2 Sabar yaitu sikap yang betah atau dapat menahan diri pada kesulitan yang
dihadapinya. Tetapi tidak berarti bahwa sabar itu langsung menyerah tanpa upaya untuk melepaskan diri dari kesulitan yang dihadapi oleh manusia. Maka
sabar yang diumaksud adalah sikap yang diawali dengan ikhtiar, lalu diakhiri dengan sikap menerima dan ikhlas, bila seseorang dilanda suatu cobaan dari
Tuhan.
17
3 Amanah menunaikan segala hak-hak Allah, dan tidak membuka rahasia
yang dipercayakan kepadamu untuk menyimpannya. Termasuk pula contoh
15
Moh. Ardani, Akhlak Tasawuf ….. h. 27
16
Abdurrahman Affandi Ismail, Pendidikan Budi Pekerti, Semarang, CV. Toha Putra, 1982, h. 43
17
Mahjuddin, Akhalak Tasawuf 1, Jakarta: Kalam Mulia, 2009, h. 12
17
sifat amanah, yaitu tidak mengurangi isi janji dari yang diucapkan oleh orang yang berjanji; atau tidak mengurangi sesuatu barang yang dipercayakan
kepadamu oleh pemiliknya untuk menjaganya.
18
4 Ikhlas memumikan tujuan untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT
dan berbagai tendensi pribadi. Ikhlas merupakan syarat diterimanya suatu amal saleh yang sesuai dengan Sunnah Rasulullah SAW.
19
5 Bersyukur suatu sikap yang selalu ingin memanfaatkan dengan sebaik-
baiknya, nikmat yang telah diberikan oleh Allah SWT kepadanya; baik yang bersifat pisik maupun nonpisik. Lalu disertai dengan peningkatan
pendekatan diri kepada Yang memberi nikmat, yaitu Allah SWT.
20
6 Pemaaf sikap suka memberi maaf terhadap kesalahan orang lain tanpa
ada sedikitpun rasa benci dan keinginan untuk membalas.
21
7 Malu pencegahan diri dari segala perbuatan jelek, atau pemeliharaan
diri, karena rasa takut untuk melakukan hal-hal yang dibenci, yaitu hal-hal yang bersifat universal dari syariat, atau rasional atau kebiasaan.
22
Sifat malu adalah salah satu pendorong yang kuat bagi seseorang untuk
berkelakuan baik dan menjauhi yang buruk dan jahat, sehingga ia menjadi orang yang tingkah lakunya dan sikapnya dalam bergaul bersih, sopan dan
ramah tamah. Ia tidak akan berdusta dalam percakapan, tidak akan mengkhianati orang dan tidak memperturutkan bahwa nafsunya
melakukan hal-hal yang tidak diridhoi oleh Allah serta perbuatan- perbuatan yang bertentangan dengan norma-norma moral dan akhlak yang
luhur. 2.4 Ibadah
18
Abdurrahman Affandi Ismail ….. h. 36
19
Ahmad Faried, Menyucikan Jiwa, Surabaya: Risalah Gusti, 19993, h. 1
20
Mahjuddin… h. 12
21
Yunahar Ilyas, kuliah Akhlak, Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offest, 1999, h. 35
22
Muhammad Abdl. Ghoffar, Malu dan Manfaatnya, Jakarta: Media Dakwah, 1997 h. 7