Pendidikan Agama Islam Hasil Belajar Pendidikan Agama Islam

17 sifat amanah, yaitu tidak mengurangi isi janji dari yang diucapkan oleh orang yang berjanji; atau tidak mengurangi sesuatu barang yang dipercayakan kepadamu oleh pemiliknya untuk menjaganya. 18 4 Ikhlas memumikan tujuan untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT dan berbagai tendensi pribadi. Ikhlas merupakan syarat diterimanya suatu amal saleh yang sesuai dengan Sunnah Rasulullah SAW. 19 5 Bersyukur suatu sikap yang selalu ingin memanfaatkan dengan sebaik- baiknya, nikmat yang telah diberikan oleh Allah SWT kepadanya; baik yang bersifat pisik maupun nonpisik. Lalu disertai dengan peningkatan pendekatan diri kepada Yang memberi nikmat, yaitu Allah SWT. 20 6 Pemaaf sikap suka memberi maaf terhadap kesalahan orang lain tanpa ada sedikitpun rasa benci dan keinginan untuk membalas. 21 7 Malu pencegahan diri dari segala perbuatan jelek, atau pemeliharaan diri, karena rasa takut untuk melakukan hal-hal yang dibenci, yaitu hal-hal yang bersifat universal dari syariat, atau rasional atau kebiasaan. 22 Sifat malu adalah salah satu pendorong yang kuat bagi seseorang untuk berkelakuan baik dan menjauhi yang buruk dan jahat, sehingga ia menjadi orang yang tingkah lakunya dan sikapnya dalam bergaul bersih, sopan dan ramah tamah. Ia tidak akan berdusta dalam percakapan, tidak akan mengkhianati orang dan tidak memperturutkan bahwa nafsunya melakukan hal-hal yang tidak diridhoi oleh Allah serta perbuatan- perbuatan yang bertentangan dengan norma-norma moral dan akhlak yang luhur. 2.4 Ibadah 18 Abdurrahman Affandi Ismail ….. h. 36 19 Ahmad Faried, Menyucikan Jiwa, Surabaya: Risalah Gusti, 19993, h. 1 20 Mahjuddin… h. 12 21 Yunahar Ilyas, kuliah Akhlak, Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offest, 1999, h. 35 22 Muhammad Abdl. Ghoffar, Malu dan Manfaatnya, Jakarta: Media Dakwah, 1997 h. 7 18 Ibadah, ahli lughat mengartikannya taat, menurut, mengikut, tunduk yang setinggi-tingginya, dan doa. 23 Dalam pengertian yang luas, ibadah ialah segala bentuk pengabdian yang ditujukan kepada Allah semata yang diawali oleh niat. Scmua perbuatan baik dan terpuji menurut norma ajaran Islam, dapat dianggap ibadah dengan niat yang ikhlas karena Allah semata. Rupanya, niat itu merupakan warna yang dapat membedakan perbuatan biasa dengan perbuatan ibadah. Niat yang ikhlas karena Allah semata, membuat suatu pekerjaan berwarna ibadah, sehingga syariat Islam melihat perbuatan itu sebagai suatu ibadat. Ibadat dalam arti yang khusus ialah suatu upacara pengabdian yang sudah digariskan oleh syariat Islam, baik bentuknya, caranya, waktunya, serta syarat dan rukunnya, seperti shalat, puasa, zakat, haji dan sebagainya 24 Dengan demikian jelaslah bahwa cakupan ibadah sangat luas, shalat, zakat, puasa, haji dan segala aktifitas lahir batin yang diniatkan untuk mencari keridhaan-Nya dan mengikuti syariat agama-Nya itu adalah ibadah. Ibadah bertujuan memberikan latihan rohani yang diperlukan manusia. Ibadah juga bertujuan untuk mengingatkan manusia tentang rasa keagungan akan kekuasaan Tuhan Yang Maha Tinggi. Selain itu juga mengingatkan manusia bahwa hidup di dunia hanya sementara, sedangkan kehidupan abadi telah menanti yaitu kehidupan akhirat. 2.5 Al-Quran Al-Quran menurut bahasa berarti bacaar? dan menurut istilah ushul fiqh Al-Quran berarti kalam perkataan Allah yang diturunkannya dengan perantaraan Malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad SAW. dengan bahasa Arab serta dianggap beribadah membacanya. 25 Al-Quran adalah kitab hidayah, yang berisi norma-norma yang menyangkut keseluruhan aspek kehidupan manusia. Norma-norma tersebut tersusun 23 Teungku Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy, Kuliah Ibadah, Semarang: PT. Pustaka Rizki Putra, 2000 h. 1 24 Zakiah Drajat, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam …. H. 73 25 Satria Effendi, M. Zein, MA, Ushul Fiqh, Jakarta: UIN Kencana, 2005, Cet. Ke-1, h. 79 19 secara sistematis dalam suatu totalitas sehingga mempunyai hubungan fungsional dalam rangka mengarahkan manusia kepada pembentukan individu yang sempurna. 26 Al-Quran merupakan pedoman sekaligus menjadi dasar hukum bagi manusia dalam mencapai kebahagiaan didunia dan akhirat.

2. Keberagamaan

Pembentukan dan perubahan perilaku di pengaruhi oleh dua faktor, yaitu: faktor Intren dan faktor Ekstren. 1 Faktor Intren, secara garis besarnya faktor-faktor yang ikut berpengaruh terhadap perkembangan jiwa keagamaan antara lain adalah faktor hereditas, tingkat usia, kepribadian dan kondisi kejiwaan seseorang. 27 2 Faktor Ekstren, faktor ini yang dinilai berpengaruh dalam perkembangan jiwa keagamaan dapat dilihat dari lingkungan dimana seseorang itu hidup. Umumnya lingkungan tersebut dibagi menjadi tiga: a Lingkungan Keluarga, yang menjadi fase sosialisasi awal bagi pembentukan jiwa keagamaan anak. b Lingkungan Institusional, baik formal seperti sekolah ataupun yang nonformal seperti berbagai perkumpulan dan organisasi. Sekolah sebagai institusi pendidikan formal ikut memberi pengaruh dalam membantu perkembangan kepribadian anak. Melalui kurikulum yang berisi materi pengajaran, sikap dan keteladanan guru sebagai pendidik serta pergaulan antar temen di sekolah dinilai berperan dalam menanamkan kebiasaan yang baik merupakan bagian dari pembentukan moral yang erat kaitannya dengan perkembangan jiwa keagamaan seseorang. 26 Abudin Nata, Pendidikan dalam Persektif Hadist, Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005, h.64 27 Jalaluddin, Pisikolog Agama, … h. 241