Komposisi Mineral Perubahan Kandungan Mineral dan Vitamin A Ikan Cobia (Rachycentron canadum) Akibat Proses Pengukusan

24 umumnya tidak terpengaruh secara sigifikan dengan perlakuan kimia dan fisik selama pengolahan. Adanya oksigen, beberapa mineral kemungkinan teroksidasi menjadi mineral bervalensi lebih tinggi, namun tidak mempengaruhi nilai gizinya.

4.4 Komposisi Mineral

Ikan cobia merupakan ikan konsumsi yang mengandung mineral makro dan mikro. Mineral makro hasil penelitian pada daging ikan cobia segar mengandung kadar kalium yang terbesar dibandingkan kadar mineral lainnya, sedangkan mineral mikronya mengandung sedikit kadar besi. 4.4.1 Mineral makro Kandungan mineral makro pada daging ikan cobia yang dianalisis meliputi natrium, kalium, kalsium, magnesium dan fosfor. Informasi mengenai mineral makro pada jenis ikan disajikan pada Tabel 4. Tabel 4 Komposisi mineral makro pada beberapa jenis ikan mg100 g bb Jenis ikan Jenis mineral Na Ca K Mg P R. canadum 290,61±0,9 22,76±0,2 305,2±0,1 157,28±0,5 118,5±2,2 R. canadum 48,1±5,2 5,73±1,1 432±11,0 25±0,2 222±2,0 Onchorhyncus mykiss 45,5±0,1 63,2±1,4 306±0,6 40,9±0,1 337,8±1,2 Sumber: hasil penelitian Elfaer et al. 1992 Gokoglu et al 2003 Berdasarkan berat basah kadar natrium daging segar ikan cobia sebesar 290,61 mg100 g, kalsium sebesar 22,76 mg100 g, kalium sebesar 305,2 mg100 g, fosfor sebesar 118,5 mg100 g, magnesium sebesar 157,28 mg100 g. Perbandingan mineral makro antara hasil penelitian dengan penelitian El-faer et al. 1992 dan penelitian Gokoglu et al. 2003 Hal ini menunjukkan bahwa perbedaan kandungan mineral dari ketiga sampel. Perbedaan kadar mineral pada suatu organisme dapat disebabkan oleh perbedaan dari jenis makanan yang dikonsumsi dan kondisi lingkungan tempat hidupnya. Perbedaan ini juga dapat disebabkan oleh perbedaan jenis spesies, konsentrasi mineral dalam habitatnya dan fase pertumbuhan Darmono 1995. 25 Ikan cobia hasil penelitian dan penelitian El-faer et al. 1992 memiliki kandungan mineral kalium yang tertinggi, kemungkinan hal ini disebabkan oleh ion kalium dalam sel mampu menggantikan fungsi dari natrium, sehingga memiliki kandungan natrium yang relatif lebih sedikit dibandingkan dengan kalium Darmono 1995. Kadar mineral ikan cobia berdasarkan basis kering disajikan pada Tabel 5. Tabel 5 Komposisi mineral makro daging ikan cobia mg100 g bk Jenis mineral Basis kering bk Kehilangan segar kukus Mineral Natrium 862,8±7,01 a 792±4,35 b 70,8 Kalsium 101,9±1,1 a 44,8±0,65 b 57,17 Kalium 906,2±4,7 a 903,4±8,7 a 2,8 Magnesium 730±2,4 a 590±5,85 b 140 Fosfor 530±9,9 a 460±1,60 b 70 Keterangan: Angka-angka yang diikuti superscript yang berbeda a,b pada baris yang sama menunjukan beda nyata p 0,05 Penurunan kandungan mineral setelah pengukusan yaitu pada mineral magnesium, natrium, kalsium, kalium dan fosfor. Penurunan mineral ini diakibatkan oleh pengolahan dengan pemanasan suhu tinggi. Menurut Palupi et al. 2010, mineral yang terkandung dalam bahan pangan akan rusak pada sebagian besar proses pengolahan karena sensitif terhadap pH, oksigen, sinar dan panas atau kombinasi diantaranya. a. Natrium Na Hasil analisis ragam Lampiran 3b menunjukkan bahwa metode pengukusan memberikan pengaruh terhadap kadar natrium. Hasil uji Duncan menyatakan bahwa kadar natrium pada daging ikan cobia segar berbeda nyata p0,05 dengan cara dikukus. Penurunan kadar natrium daging ikan cobia segar 862,8 mg100 g bk menjadi 792 mg100 g bk setelah pengukusan, besarnya kehilangan natrium 70,8 mg100 g bk. Kandungan mineral utama dalam daging adalah natrium, kalium dan fosfor dalam jumlah yang sangat besar, serta banyak mengandung magnesium. Mineral yang terkandung dalam daging terbagi menjadi 2 yaitu mineral tidak larut yang berasosiasi dengan protein yang mempunyai kandungan abunya tinggi dan mineral terlarut yang apabila cairan dari daging hilang, maka unsur utama yang 26 ikut hilang seperti natrium, kalsium, fosfor dan kalium hilangnya lebih kecil selama dimasak. Kehilangan natrium selama pemasakan tidak dapat ditahan karena natrium dapat melebur pada suhu 97,5 C Adam 2011. b. Kalsium Ca Hasil analisis ragam Lampiran 3b menunjukkan bahwa metode pengukusan memberikan pengaruh terhadap kadar kalsium. Hasil uji Duncan menyatakan bahwa kadar kalsium pada daging ikan cobia segar berbeda nyata p0,05 dengan cara dikukus. Kadar kalsium daging ikan cobia segar sebesar 101,9 mg100 g bk menjadi 44,8 mg100 g bk setelah dikukus. Penurunan kadar kalsium pada daging ikan cobia akibat pengukusan sebesar 57,1 mg100 g bk. Produk makanan yang sebagian besar mengandung kalsium tinggi umumnya tidak tahan terhadap pemanasan Setyopratiwi et al. 2007. Penurunan kadar kalsium diduga disebabkan oleh keluarnya ion-ion kalsium dari dalam daging bersamaan dengan keluarnya air karena pengaruh pemanasan. Hal ini berdasarkan sifat ketersediaan kalsium pada daging yang tersebar dalam cairan ekstraseluler maupun intraseluler sehingga sangat peka terhadap suhu tinggi Khotami 2009. c. Kalium K Hasil analisis ragam Lampiran 3b menunjukkan bahwa metode pengukusan tidak memberikan pengaruh terhadap kadar kalium. Kalium pada daging ikan cobia segar sebesar 906,2 mg 100 g bk dan setelah pengukusan menjadi 903,4 mg100 g bk atau persentase kehilangan mineral kalium sebesar 0,3. Mineral pada umumnya tidak peka terhadap panas, tetapi rentan terhadap pencucian atau pengolahan yang melibatkan air seperti perebusan, oleh sebab itu kalium pada daging segar dan setelah pengukusan tidak terjadi penurunan yang begitu besar karena tidak terlibat langsung dengan air seperti perebusan Rahayu et al. 2010. Hal ini didukung dengan penelitian Gokoglu et al. 2004 bahwa proses perebusan menyebabkan terjadinya penurunan kadar kalium Oncorhynchus mykiss segar sebesar 306 mg100 g menjadi 241,7 mg100 g dengan persentase kehilangan mineral kalium sebesar 21,20. 27 d. Fosfor P Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa metode pengukusan memberikan pengaruh terhadap kadar fosfor. Hasil uji Duncan menyatakan bahwa kadar fosfor pada daging ikan cobia segar berbeda nyata p0,05 dengan cara dikukus. Daging ikan cobia segar mengandung fosfor sebesar 530 mg100 g bk dan setelah proses pengukusan menjadi 460 mg100 g bk atau persentase kehilangan fosfor sebesar 13,2. Menurut Rahayu et al. 2010 bahwa ketika makanan dimasak, diproses, atau disimpan, mineral dapat bergabung dengan komponen makanan lain, sama halnya dengan vitamin variasi kandungan mineral alamiah makanan mentah dan metode memasak yang berbeda dapat menghasilkan variasi kadar mineral makanan olahan. Hal ini didukung oleh penelitian Gokoglu et al. 2004 bahwa proses perebusan menyebabkan terjadinya penurunan kadar fosfor Oncorhynchus mykiss segar sebesar 337,88 mg100 g menjadi 255,8 mg100 g dengan persentase kehilangan mineral fosfor sebesar 24,29, sedangkan setelah proses penggorengan mengandung fosfor sebesar 247,6 mg100 g atau persentase kehilangan fosfor sebesar 26,72 Perbandingan dalam tulang antara kalsium dan fosfor hampir selalu tetap dan sedikit lebih besar yaitu 2:1, namun umumnya seperti pada daging, unggas dan ikan menyediakan 15-20 kali lebih banyak fosfor daripada kalsium Nasoetion dan Karyadi 1988. Kandungan fosfor pada penelitian ini dianalisis dari rendemen daging ikan, sehingga menghasilkan lebih banyak kandungan fosfor daripada kalsiumnya. e. Magnesium Mg Hasil analisis ragam Lampiran 3b menunjukkan bahwa metode pengukusan memberikan pengaruh terhadap kadar magnesium. Hasil uji Duncan menyatakan bahwa kadar magnesium pada daging ikan cobia segar berbeda nyata p0,05 dengan cara dikukus. Daging ikan cobia segar mengandung kadar magnesium sebesar 730 mg100 g bk menjadi 590 mg100 g bk setelah proses pengukusan, terjadi kehilangan kadar magnesium sebesar 140 mg100 g bk. Hal ini disebabkan penggunaan suhu tinggi dapat menurunkan dan merusak zat gizi yang terkandung dalam bahan, sehingga menyebabkan molekul air keluar dan mineral ikut terlarut bersama dengan air Pambudi 2011. 28 Menurut Mulyaningsih et al. 2010, jumlah asupan magnesium yang direkomendasikan berbeda tergantung jenis kelamin dan periode anak. Anak-anak membutuhkan asupan magnesium sekitar 250 mghari dan wanita 300 mghari. Mineral ini berperan dalam reaksi biokimia lebih dari 300 jenis enzim agar metabolisme berjalan baik, dan berfungsi untuk menjaga kekebalan tubuh. 4.4.2 Mineral mikro Mineral mikro pada daging segar ikan cobia memiliki kadar besi sebesar 0,188 mg100 g, seng sebesar 14,77 mg100 g. Menurut El-faer et al. 1992 besi pada daging ikan cobia segar sebesar 0,30 mg100 g, kadar seng sebesar 0,037 mg100 g. Hasil analisis mineral mikro terdiri dari besi, seng, dan tembaga daging ikan cobia segar dan kukus hasil penelitian ini disajikan pada Tabel 6. Tabel 6 Komposisi mineral mikro pada beberapa jenis ikan segar mg100 g bb Jenis ikan Jenis mineral Fe Zn Cu R. canadum 0,188±0,01 14,77±1,5 0,005 R. canadum 0,30±0,22 0,13±0,06 0,037±0,02 Onchorhyncus mykiss 0,21±0,05 0,97±0,02 0,03±0,01 Sumber: hasil penelitian Elfaer et al. 1992 Gokoglu et al 2003 Tabel 6 menunjukkan bahwa mineral mikro pada daging ikan cobia yang berhasil diukur adalah seng dan besi, sedangkan tembaga tidak terdeteksi karena konsentrasi dalam sampel dibawah limit deteksi alat yaitu sebesar 0,005. Berdasarkan basis kering kandungan mineral ikan cobia segar dan setelah kukus disajikan pada Tabel 7. Tabel 7 Komposisi mineral mikro ikan cobia segar dan kukus mg100 g bk Jenis mineral Basis kering bk Kehilangan Segar kukus mineral Besi 0,895±0,2 a 0,891±0,3 a 0,004 Seng 66,2±6,8 a 54,3±0,86 b 11,9 Keterangan: Angka-angka yang diikuti superscript yang berbeda a,b pada baris yang sama menunjukan beda nyata p 0,05. Penurunan kandungan mineral yang tertinggi setelah pengukusan yaitu pada mineral seng dengan kehilangan mineral sebesar 11,9 mg100 g bk, dan 29 penurunan mineral yang terkecil yaitu pada besi sebesar 0,004 mg100 g bk, sedangkan hasil dari mineral tembaga tidak terdeteksi karena dibawah limit alat 0,005. a. Besi Fe Hasil analisis ragam Lampiran 3b menunjukkan bahwa metode pengukusan tidak memberikan pengaruh terhadap kadar besi. Hal ini disebabkan oleh sifat mineral besi yang stabil terhadap panas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa daging ikan cobia memiliki kadar besi sebesar 0,895 mg100 g bk menjadi 0,891 mg100 g bk setelah pengukusan. Mineral bersifat mantap atau tidak rusak karena pengolahan, namun pengolahan dapat menyebabkan susut mineral maksimal sebesar 3 pada beberapa jenis sumber makanan Harris dan Karmas 1989. Kadar besi berkurang sebesar 0,004 mg100 g bk, wajar terjadi pada pengolahan daging ikan cobia dengan pengukusan karena besi memiliki sifat yang stabil terhadap panas. Mineral Fe termasuk salah satu jenis mineral yang esensial namun asupannya dibatasi, karena dalam jumlah berlebih dapat mengganggu kesehatan, yaitu beresiko pada aktivitas pro-oksidan, sehinggga akan merangsang pembentukan radikal bebas. Defisiansi mineral Fe dapat mengakibatkan anemia atau kekurangan darah Darmono 2011. Angka kecukupan gizi rata-rata besi pada bayi 0-12 bulan adalah 0,5-7 mghari, anak-anak 1-9 tahun sebesar 8-10 mghari, laki-laki dan wanita 10-18 tahun sebesar 13-19 mghari, serta usia 19-65 tahun sebesar 13-26 mghari WNPG 2004. b. Seng Hasil analisis ragam Lampiran 3b menunjukkan bahwa metode pengukusan memberikan pengaruh terhadap kadar seng. Hasil uji Duncan menyatakan bahwa kadar seng pada daging ikan cobia segar berbeda nyata p0,05 dengan cara dikukus. Kandungan mineral seng pada daging ikan cobia segar sebesar 66,2 mg100 g bk dan setelah pengukusan menjadi 54,3 mg100 g bk. Seng bersifat stabil terhadap pemanasan, sehingga hanya mengalami penurunan sebesar 11,9 mg100 g bk. Menurut Severi et al. 1997, bahwa beberapa penelitian telah dilakukan pada retensi mineral daging setelah pengolahan, mineral pada umumnya seperti seng, tembaga dan besi stabil dalam 30 pemasakan. Tingkat penyusutan daging selama pengolahan berpengaruh secara signifikan terhadap retensi mineral. c. Tembaga Cu Hasil analisis pada Tabel 5 menunjukkan bahwa kadar tembaga pada daging ikan cobia segar dan kukus 0,005 mgkg bb. Hal ini menunjukkan bahwa ikan cobia bukan merupakan sumber pangan yang kaya akan tembaga. Kecukupan gizi tembaga dapat dipenuhi dengan cara mengkonsumsi makanan lain yang kaya akan sumber mineral tembaga. Menurut Kumar et al. 2003, sumber utama tembaga adalah tiram, kerang, hati, ginjal, kacang-kacangan, unggas, biji-bijian, serelia, dan cokelat. Defisiensi tembaga pada manusia jarang terjadi karena distribusi mineral tembaga ada pada hampir semua makanan asupan hariannya juga rendah. Kekurangan tembaga dapat mengganggu pertumbuhan dan metabolisme, disamping itu terjadi demineralisasi tulang. Tembaga pada daging ikan cobia segar sebesar 0,37 mg100 g El-faer et al. 1992, namun pada ikan cobia hasil penelitian 0,005 tidak terdeteksi oleh alat. Logam esensial seperti besi Fe, tembaga Cu, dan seng Zn dapat berpengaruh buruk bagi tubuh bila kandungannya dalam bahan makanan berlebihan. Ikan cobia merupakan ikan karnivor yang memakan ikan-ikan kecil. Kadar logam pada ikan cobia mungkin berasal dari bioakumulasi yang terjadi pada rantai pangan Azhar 2004.

4.5 Kandungan Vitamin A Ikan Cobia