12
3 METODOLOGI
3.1 Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari hingga April 2012. Penelitian ini diawali dengan pengambilan sampel dari Balai Riset Pengembangan
Budidaya Laut Lampung. Preparasi sampel dilakukan di Laboratorium Karakteristik Bahan Baku Hasil Perairan, uji proksimat dilakukan di
Laboratorium Biokimia Hasil Perairan, serta untuk proses pengukusan dilakukan di Laboratorium Preservasi dan Pengolahan Hasil Perairan, Departemen
Teknologi Hasil Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Analisis mineral dilakukan di Laboratorium Pengujian Nutrisi Pakan Fakultas Peternakan, Fakultas
Peternakan, Institut Pertanian Bogor dan analisis vitamin A dilakukan di Balai Besar Industri Agro BBIA Bogor.
3.2 Bahan dan Alat
Bahan utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah daging ikan cobia Rachycentron canadum yang diperoleh dari Balai Riset Pengembangan
Budidaya Laut Lampung. Bahan-bahan yang dibutuhkan untuk analisis proksimat meliputi akuades, kjeltab jenis selenium, larutan H
2
SO
4
pekat, asam borat H
3
BO
3
2 yang mengandung indikator bromcherosol green-methyl red 1:2 berwarna merah muda, larutan HCl 0,1 N, pelarut lemak n-heksana p.a, larutan
HCl 10, larutan AgNO
3
0,10 N, dan akuades. Bahan yang digunakan untuk analisis mineral adalah HNO
3
, HClO
4
, H
2
SO
4
, dan HCl
.
Analisis vitamin A menggunakan bahan-bahan yaitu akuabides, etanol, KOH, Tetrahidrofouran
THF dan asam asetat glasial. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah termometer, dandang;
analisis proksimat menggunakan alat timbangan analitik, cawan porselen, oven, desikator, tabung reaksi, gelas erlenmeyer, tabung Kjeldahl, tabung sokhlet,
pemanas, destilator, buret, kertas saring, kapas dan tanur. Pengujian vitamin A digunakan tabung reaksi, becker glass, mortar, erlenmeyer, magnetic stirer, HPLC
Perkin Elmer series 200 dan labu ukur. Analisis mineral menggunakan AAS Atomic absorption spectrophotometer merk Shimadzu tipe AA 680 flame
emission , hot plate, labu takar 100 ml, dan glass wool.
13
3.3 Metode Penelitian
Penelitian meliputi tahap pengambilan sampel, perhitungan morfometrik, perhitungan rendemen, pemasakan, rancangan dan analisis data SPSS 15.0,
analisis kimia ikan cobia berupa analisis proksimat kadar air, lemak, protein, dan abu, analisis kadar mineral, dan analisis kadar vitamin A. Diagram alir metode
penelitian dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1 Diagram alir metode penelitian
3.3.1 Pengambilan dan preparasi bahan baku
Ikan cobia diambil dari Balai Riset Pengembangan Budidaya Laut Lampung. Sampel yang sudah diambil kemudian dimasukkan dalam coolbox
dengan dilapisi es curai, hal ini bertujuan untuk menjaga kesegaran selama proses transportasi. Sampel tiba di laboratorium untuk dilakukan tahap selanjutnya yaitu
penentuan morfometrik meliputi ukuran panjang dan lebar, serta penentuan Daging ikan segar
Analisis kimia: 1. Analisis proksimat
2. Analisis mineral 3. Analisis vitamin A
Pengukusan daging 100
C, 15 menit Pengukuran rendemen
Preparasi sampel Pengukuran berat dan morfometrik
Ikan cobia
14 rendemen dengan mengukur berat rata-rata dari setiap jenis sampel secara acak,
meliputi berat total, daging, dan jeroan, kemudian dihitung rendemennya dengan rumus:
3.3.2 Proses pengukusan
Daging ikan cobia dikukus selama 15 menit pada suhu 100 C dengan
menggunakan dandang yang terdiri dari dua bagian yaitu bagian bawah untuk air pengukus dan bagian berlubang di atasnya untuk tempat daging ikan. Kemudian
ikan diangkat dan ditiriskan kemudian ditimbang, lalu daging dibungkus dengan alumunium foil dan plastik untuk pengujian proksimat, mineral, dan vitamin A.
3.3.3 Rancangan dan percobaan analisis data
Rancangan percobaan untuk menguji pengaruh metode pengukusan terhadap kadar proksimat, mineral dan vitamin A ikan cobia adalah dengan
metode Rancangan Acak Lengkap RAL dengan 1 faktor dan 2 taraf segar dan kukus. Data analisis dengan ANOVA Analysis of Variance menggunakan uji F
terlebih dahulu. Model rancangan penelitian ini adalah sebagai berikut: y
ijk
= µ + A
i
+ B
j
+ AB
ij
+ έ
ijk
Keterangan: y
ij
= hasil pengamatan faktor A taraf ke-I I = 1, 2 dan faktor B taraf ke-j j = 1, 2, 3 pada ulangan ke-k k = 1, 2, 3
µ = rataan umum
A
i
= pengaruh faktor kondisi sampel faktor A taraf ke-i B
j
= pengaruh faktor jenis pelarut faktor B taraf ke-j AB
ij
= pengaruh interaksi kondisi sampel taraf ke-i dan jenis pelarut taraf ke-j έ
ijk
= sisaan akibat kondisi sampel taraf ke-I dan jenis pelarut taraf ke-j pada ulangan ke-k
Hipotesa terhadap hasil pengujian kadar proksimat, kandungan mineral, dan vitamin A pada daging ikan cobia sebagai berikut:
H = Metode pengukusan tidak memberikan pengaruh terhadap kadar proksimat,
mineral dan vitamin A. H1 = Metode pengukusan memberikan pengaruh terhadap kadar proksimat,
mineral dan vitamin A.
15 Jika uji F pada ANOVA memberikan pengaruh terhadap zat gizi ikan cobia,
maka dilanjutkan dengan uji Duncan, rumusnya sebagai berikut: Duncan = q p,db
s
Keterangan : q = nilai tabel q
p = banyaknya perlakuan KTS = Kuadrat tengah sisa
db
s
= Derajat bebas sisa r = Banyaknya ulangan
3.3.4 Analisis proksimat AOAC 2005 Analisis proksimat yang dilakukan meliputi analisis kadar air, kadar abu,
karbohidrat, kadar protein, dan kadar lemak. Analisis yang digunakan mengacu pada metode AOAC.
a Kadar air Tahap pertama yang dilakukan untuk menganalisis kadar air adalah
mengeringkan cawan porselen dalam oven pada suhu 105
o
C selama 1 jam. Cawan tersebut diletakkan ke dalam desikator kurang lebih 15 menit dan
dibiarkan sampai dingin kemudian ditimbang. Cawan tersebut ditimbang kembali hingga beratnya konstan. Sampel dimasukkan ke dalam cawan dan ditimbang,
kemudian dikeringkan dengan oven pada suhu 105
o
C selama 5 - 8 jam atau hingga beratnya konstan. Proses selanjutnya cawan tersebut diletakkan pada
desikator ± 30 menit dan dibiarkan sampai dingin dan selanjutnya ditimbang kembali. Perhitungan kadar air menggunakan rumus berikut:
Keterangan : A = berat cawan kosong g B = berat cawan + sampel awal g
C = berat cawan + sampel kering g b Kadar abu
Cawan pengabuan dikeringkan di dalam oven selama 1 jam pada suhu 105
o
C, kemudian didinginkan di dalam desikator dan ditimbang hingga
16 didapatkan berat yang konstan. Sampel sebanyak 5 g ditimbang, lalu dimasukkan
ke dalam cawan pengabuan dan dipijarkan di atas nyala api bunsen hingga tidak berasap lagi. Setelah itu dimasukkan ke dalam tanur pengabuan dengan suhu
600
o
C selama 6 jam, kemudian ditimbang hingga didapatkan berat yang konstan. Penentuan kadar abu dihitung dengan menggunakan rumus berikut.
Berat abu g = berat sampel dan cawan akhir g – berat cawan kosong g
c Kadar lemak Sampel sebanyak 5 gram dimasukkan ke dalam kertas saring pada kedua
ujung bungkus ditutup dengan kapas bebas lemak dan selanjutnya sampel yang telah dibungkus dimasukkan ke dalam labu lemak yang sudah ditimbang berat
tetapnya dan disambungkan dengan tabung soxhlet. Selongsong lemak dimasukkan ke dalam ruang ekstraktor tabung soxhlet dan disiram dengan pelarut
lemak n-heksana, kemudian dilakukan refluks selama 6 jam. Pelarut lemak yang ada dalam labu lemak didestilasi hingga semua pelarut lemak menguap. Saat
destilasi pelarut akan tertampung di ruang ekstraktor, pelarut dikeluarkan sehingga tidak kembali ke dalam labu lemak, selanjutnya labu lemak dikeringkan
dalam oven pada suhu 105
o
C, setelah itu labu didinginkan dalam desikator sampai beratnya konstan.
Keterangan : W = Berat sampel g
W
1
= Berat labu lemak kosong g W
2
= Berat labu lemak dengan lemak g d Kadar protein
Tahap-tahap yang dilakukan dalam analisis protein terdiri dari tiga tahap, yaitu destruksi, destilasi, dan titrasi. Pengukuran kadar protein dilakukan dengan
metode kjeldahl. Sampel ditimbang sebanyak 2 gram, kemudian dimasukkan ke dalam labu kejldahl 50 ml lalu ditambahkan kjeltab jenis selenium, 15 ml H
2
SO
4
pekat dan 10 ml H
2
O
2
ditambahkan secara perlahan ke dalam labu didiamkan 10 menit di ruang asam. Contoh didestruksi pada suhu 410
o
C selama kurang lebih dua jam atau sampai cairan berwarna hijau bening. Labu kjeldahl dicuci
17 dengan akuades 50 hingga 75 ml, kemudian air tersebut dimasukkan ke dalam alat
destilasi. Hasil destilasi ditampung dalam erlenmeyer 125 ml yang berisi 25 ml asam borat H
3
BO
3
4 yang mengandung indikator bromcherosol green 0,1 dan methyl red 0,1 dengan perbandingan 2:1. Destilasi dilakukan dengan
menambahkan 50 ml larutan NaOH ke dalam alat destilasi hingga tertampung 100-150 ml destilat di dalam erlenmeyer dengan hasil destilat berwarna hijau.
Lalu destilat dititrasi dengan HCl 0,2 N sampai terjadi perubahan warna merah muda yang pertama kalinya. Volume titran dibaca dan dicatat. Kadar protein
dihitung dengan rumus berikut.
Keterangan: Protein = N x 6,25 3.3.5 Analisis Mineral
Analisis mineral dilakukan untuk mengetahui profil atau komposisi mineral makro dan mikro yang terdapat pada daging ikan cobia.
a. Pengujian mineral Fe, Zn, Ca, K, Mg, Cu, dan Na Sampel yang akan diuji kadar mineralnya dilakukan pengabuan basah
terlebih dahulu. Proses pengabuan basah dilakukan dengan sampel ditimbang sebanyak 1 g, kemudian dimasukkan ke dalam erlenmeyer 150 ml. Penambahan
5 ml HNO
3
ke dalam labu dan dibiarkan selama 1 jam. Labu ditempatkan di atas hotplate
selama ± 4 jam dan dibiarkan selama semalam dalam keadaan sampel tertutup. Tambahkan 0,4 ml H
2
SO
4
pekat, panaskan di atas hotplate sampai larutan berkurang lebih pekat. Sebanyak 2-3 tetes campuran HClO
4
dan HNO
3
2:1 ditambahkan, sampel tetap berada di atas hotplate karena pemanasan terus berjalan hingga terjadi perubahan warna. Setelah ada perubahan warna,
pemanasan tetap dilanjutkan 10-15 menit. Sampel dipindahkan, didinginkan dan ditambahkan 2 ml akuades dan 0,6 ml HCl pekat. Larutan contoh kemudian
diencerkan menjadi 100 ml dalam labu takar. Sejumlah larutan stok standar dari masing-masing mineral diencerkan dengan menggunakan akuades sampai
konsentrasinya berada dalam kisaran kerja logam yang diinginkan. Larutan standar, blanko dan contoh dialirkan ke dalam AAS, kemudian
diukur absorbansinya atau tinggi puncak dari standar blanko dan contoh pada
18 panjang gelombang dan parameter yang sesuai untuk masing-masing mineral
dengan spektrofotometer. Setelah diperoleh absorbansi standar, antara konsentrasi standar sebagai sumbu Y dihubungkan dengan absorban standar sebagai sumbu
X sehingga diperoleh kurva standar mineral dengan persamaan garis linier y=ax+b yang digunakan untuk perhitungan konsentrasi larutan sampel.
Konsentrasi larutan sampel dihitung dengan mengalikan a dengan absorbansi contoh.
b. Pengujian fosfor Sebanyak 10 g ammonium molibdat 10 ditambah dengan 60 ml akuades.
Selanjutnya ditambahkan 28 ml H
2
SO
4
dan dilarutkan dengan akuades hingga 100 ml larutan A. Tahap selanjutnya adalah membuat larutan B, sebanyak 10 ml
larutan A ditambah dengan 60 ml akuades dan 5 g FeSO
4
.7H
2
O, kemudian dilarutkan dengan akuades hingga 100 ml. Sampel hasil pengabuan basah
dimasukkan ke dalam tabung kuvet kemudian ditambah dengan 2 ml larutan B. Intensitas warna diukur dengan menggunakan spektrofotometer dengan panjang
gelombang 660 nm. 3.3.6 Analisis vitamin A AOAC 2001
Prinsip pengujian vitamin A adalah standar dan contoh disabunkan dalam larutan etanol
– air basa, dinetralkan dan dilarutkan, sehingga mengubah lemak menjadi asam lemak dan ester retinol. Retinol dianalisis menggunakan HPLC
dengan detector UV pada panjang gelombang 325 nm. Sebanyak 5 gram contoh uji ditimbang kemudian dimasukkan kedalam
erlenmeyer 100 ml, ditambahkan 3 ml aquabides, dan ditambahkan 10 ml etanol 95. Erlenmeyer lalu digoyangkan untuk memastikan semua bahan tercampur
dengan penambahan batu didih untuk mempercepat pemanasan. Tahap berikutnya yaitu ekstraksi dan penyabunan, penangas air dan pendingin kondensor
dinyalakan, dipipet 2,5 ml KOH 50 kedalam erlenmeyer contoh, diletakkan dengan cepat diatas penangas air suhu 80
o
C dengan pendingin kondensor diletakkan di atas bibir erlenmeyer. Larutan ini direfluks selama 30 menit, setelah
itu erlenmeyer diangkat dari penangas, didinginkan hingga suhu ruang, ditambahkan asam asetat glasial 2,5 ml untuk menetralkan KOH, diaduk rata, dan
dibiarkan dingin hingga suhu ruang. Larutan ini lalu dipindahkan ke dalam labu
19 ukur 25 ml dan ditera dengan larutan THF : etanol 1:1, setelah itu disaring lalu
diendapkan. High performance liquid chromatography HPLC merk Perkin Elmer series 200 dinyalakan, dibiarkan stabil selama 30 menit dengan pengaliran
fase gerak pada kecepatan 1 ml menit. Larutan standar vitamin A yang telah melalui proses penyabunan diinjeksi, lalu diatur fase gerak untuk mendapatkan
resolusi bentuk cis dan trans. Semua trans retinol larut dan cis retinol akan larut sebagai sebuah peak kecil sebelum bentuk trans. Deret standar dan contoh
diinjeksikan ke dalam botol-botol kecil autosampler lalu diletakkan di dalam HPLC. Standar yang diuji harus masuk kedalam range peak contoh dengan cara
standar atau contoh diencerkan. Ekstrak yang berisi vitamin A dapat dianalisis menggunakan HPLC. Sistem yang dianjurkan adalah sebagai berikut:
Fase gerak : methanol : air 95:5
Kolom : reverse phase C18
Kecepatan aliran : 1 mlmenit
Detektor : UV visible 325 nm
20
4 HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Karakteristik Ikan Cobia R. canadum