Konvergensi terjadi dengan kecepatan sekitar 2 persen per tahun. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa infrastruktur merupakan variabel yang penting
dalam menutup kesenjangan antardaerah di Eropa. Penelitian mengenai infrastruktur dan konvergensi di Indonesia dilakukan
oleh Margono 2009, ia menganalisis pengaruh infrastruktur terhadap konvergensi pertumbuhan ekonomi di Indonesia periode 1995-2005. Metode yang
digunakan adalah fixed effect pada data panel. Adapun variabel yang digunakan berupa investasi PMA dan PMDN per kapita, jumlah tenaga kerja tamat SMA
dan universitas per kapita, panjang jalan kondisi baik dan sedang per kapita, kapasitas air bersih per kapita, kapasitas listrik terpasang per kapita, jumlah
sambungan telepon induk per kapita, pertumbuhan jumlah penduduk, dummy
otonomi daerah, dan dummy krisis. Hasil analisis α-convergence dan β-
convergence menunjukkan adanya konvergensi pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Pada analisis conditional convergence, variabel tenaga kerja,
infrastruktur telepon, air, dan jalan, serta dummy otonomi daerah Otda berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Sedangkan dummy krisis
dan pertumbuhan penduduk memiliki elatisistas negatif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Variabel investasi PMA dan PMDN serta listrik tidak
signifikan berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi. Waktu untuk menutup setengah kesenjangan awal adalah 14 tahun hingga 34 tahun.
2.6 Kerangka Pemikiran
Pertumbuhan ekonomi merupakan sesuatu yang ingin dicapai setiap daerah. Hal tersebut menunjukkan pembangunan di suatu daerah. PDRB
merupakan besaran yang dapat memerlihatkan pertumbuhan ekonomi daerah yang tercermin dari proses penciptaan nilai tambah. Daerah dengan sumber input
produksi yang melimpah dan berkualitas akan memberikan nilai tambah yang besar.
Akan tetapi kepemilikan terhadap sumber input produksi, sarana, dan prasarana masing-masing daerah berbeda satu sama lain. Hal itu bisa
mengakibatkan perbedaan kemampuan antardaerah untuk meningkatkan pendapatan dan kemudian akan menimbulkan kesenjangan perekonomian
antardaerah. Kesenjangan pendapatan antardaerah dapat menimbulkan berbagai masalah kriminalitas, konflik antarmasyarakat, migrasi yang tinggi dari daerah
miskin ke daerah yang maju, dan dalam konteks kenegaraan akan menimbulkan kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah berkurang, sehingga akan
mengancam keutuhan suatu negara. Pemerintah dapat melakukan berbagai program untuk mendorong
perkonomian daerah yang miskin agar mampu mengejar ketertinggalannya terhadap perekonomian daerah yang maju. Pengejaran perkonomian yang miskin
terhadap perekonomian yang sudah maju disebut konvergensi. Konvergensi pendapatan terjadi ketika pertumbuhan ekonomi daerah miskin lebih besar
daripada pertumbuhan ekonomi yang telah maju atau kaya. Pulau Sumatera merupakan wilayah yang memiliki nilai PDRB ADHK
tertinggi setelah Pulau Jawa. Akan tetapi nilai PDRB yang besar tersebut tidak terdistribusi merata dalam kepemilikannya. Propinsi yang berkontribusi cukup
besar terhadap PDRB ADHK total Pulau Sumatera adalah Propinsi Sumatera Utara. Sementara beberapa propinsi lainnya, yaitu Propinsi Bengkulu, Propinsi
Kep. Bangka Belitung, dan Propinsi Jambi merupakan daerah yang sumbangan PDRB ADHK nya terhadap PDRB ADHK total Pulau Sumatera paling rendah.
Salah satu penyebab kesenjangan dapat disebabkan oleh perbedaan ketersediaan sarana dan prasarana, seperti ketersediaan infrastruktur, baik
infrastruktur sosial maupun infrastruktur ekonomi. Infrastruktur yang memadai dan layak dapat menjadi pendorong perekonomian suatu daerah. Selain itu,
ketersediaan infrastruktur tersebut akan menarik minat investasi. Perbedaan ketersediaan infrastruktur antardaerah dapat menyebabkan perbedaan kemampuan
daerah dalam menciptakan pendapatan, sehingga menimbulkan kesenjangan. Dengan demikian, penyediaan infrastruktur, khususnya di daerah yang miskin,
penting untuk dilakukan. Ukuran terhadap kesenjangan pendapatan dilihat pada perbedaan
kepemilikan PDRB riil per kapita. Pada Tahun 2010 di Pulau Sumatera, perbedaan PDRB per kapita ADHK antarpropinsi dapat terlihat. Hal ini dapat
memicu kekhawatiran terhadap munculnya dampak negatif dari kesenjangan di waktu yang akan datang. Maka dari itu, penelitian ini akan menganalisis proses
konvergensi pendapatan yang terjadi di Pulau Sumatera. Selain itu, akan dilihat pula pengaruh infrastruktur jalan, air, listrik, dan kesehatan terhadap proses
konvergensi. Dampak infrastruktur terhadap perekonomian dan ketimpangan telah
dilakukan pada berbagai penelitian. Hasil yang ditunjukkan sangat beragam. Secara teori, infrastruktur adalah modal yang dapat berpengaruh positif terhadap
perekonomian. Ketersediannya yang tidak merata dapat mencerminkan perbedaan akses terhadap sarana dan prasarana yang dimiliki antardaerah. Hal itu,
selanjutnya dapat menciptakan perbedaan kemampuan antardaerah untuk menghasilkan pendapatan di daerahnya. Dengan demikian, ketersediaan
infrastruktur di daerah yang miskin diharapkan dapat membantu kelancaran dan peningkatan perekonomian daerah tersebut dan kemudian mengurangi
kesenjangan antarwilayah. Pada penelitian ini akan dilihat bagaimana pengaruh infrastruktur serta
variabel penjelas lainnya berupa jumlah tenaga kerja terhadap konvergensi pendapatan dan perekonomian di Pulau Sumatera. Infrastruktur tersebut berupa
energi listrik yang dilihat dari jumlah energi listrik terjual oleh PLN, jumlah air yang didistribusikan oleh PDAM, panjang jalan berkondisi baik dan sedang baik
jalan negara, propinsi, maupun kabupatenkota, dan jumlah fasilitas kesehatan berupa jumlah rumah sakit serta puskesmas.
Analisis konvergensi dilakukan terhadap data panel pada sembilan propinsi di Pulau Sumatera yaitu Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau,
Jambi, Sumatera Selatan, Bengkulu, Lampung, dan Kepulauan Bangka Belitung dalam rentang Tahun 2003-2010. Metode analisis yang digunakan adalah analisis
data panel dinamis berupa Sys-GMM. Software yang digunakan adalah STATA 12 dan Microsoft Excel. Hasil analisis akan memerlihatkan proses konvergensi
pendapatan dan signifikansi pengaruh tenaga kerja serta infrastruktur terhadap konvergensi pendapatan dan perekonomian. Selanjutnya, hasil tersebut digunakan
dalam menganalisis saran yang dapat berupa implikasi kebijakan bagi pihak terkait dalam rangka mendukung proses konvergensi dan mendorong
perkonomian di Pulau Sumatera. Ilustrasi kerangka pemikiran pada penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 10.
Gambar 10. Kerangka Pemikiran Pulau Sumatera memiliki kontribusi
PDRB terbesar setelah Pulau Jawa. Namun, kontribusi PDRB tersebut
tidak merata antarpropinsi.
Analisis proses konvergensi pendapatan di Pulau Sumatera dan pengaruh
infrastruktur pada konvergensi menggunakan Sys-GMM.
Ketidakmerataan penyediaan infrastruktur
dapat menjadi salah satu penyebab kesenjangan.
Ketersediaan dan akses infrastruktur di Pulau
Sumatera belum merata.
Saran dan kebijakan bagi pihak terkait untuk mengurangi kesenjangan.
Terjadi Tidak
2.7 Hipotesis Penelitian