tidak signifikan baik pada taraf nyata satu persen, lima persen maupun sepuluh persen. Dengan kata lain tidak terdapat masalah terhadap validitas instrumen.
Analisis panel dinamis yang sempurna harus memenuhi kriteria tidak bias unbiased. Hal ini dapat dilihat pada nilai koefisien estimasi parameter yang
berada pada rentang OLS dan Fixed Effect. Pada hasil estimasi, hal ini terjadi. Koefisien lag variabel dependen dari hasil estimasi menggunakan Sys-GMM
sebesar 0,9301 berada di antara koefisien lag dari estimasi dengan menggunakan PLS 0,9513 dan Fixed Effect 0,9217.
Konvergensi di Pulau Sumatera ini memiliki tingkat konvergensi sebesar 7,24 persen. Hal ini menunjukkan bahwa kecepatan masing-masing daerah untuk
mencapai kondisi steady state adalah sebesar 7,24 persen per tahun. Adapun waktu untuk menutup setengah kesenjangan awal atau half life of convergence
adalah lebih dari 9 tahun. Kecepatan konvergensi dengan melibatkan variabel infrastruktur di Eropa
yang ditemukan oleh Del Bo, et al. 2010 adalah sebesar 2 persen per tahun. Sedangkan di Indonesia, Margono 2009 menemukan bahwa kecepatan
konvergensi adalah sebesar 3 persen per tahun dan half-life time adalah sebesar 22 tahun. Kecepatan konvergensi yang berbeda dari penelitian terdahulu dapat
disebabkan oleh perbedaan pemilihan variabel yang digunakan dalam penelitian, metode analisis serta ruang lingkup penelitian. Selain itu, hal ini juga berarti
bahwa di Pulau Sumatera konvergensi terjadi dengan cepat karena pada dasarnya Pulau Sumatera memang sudah memiliki lokasi yang strategis yang berdekatan
dengan Pulau Jawa yang merupakan pusat perekonomian nasional. Namun memang masing-masing daerah harus lebih memerhatikan ketersediaan
infrastruktur yang baik untuk dapat terus meningkatkan perekonomiannya. Pada hasil estimasi juga dapat dikatakan bahwa infrastruktur listrik mendukung
terjadinya proses konvergensi di Pulau Sumatera.
5.2 Analisis Sumber Pendorong Tingkat Pendapatan
Margono 2009 menyatakan bahwa dari hasil analisis konvergensi kondisional dapat dilihat pula faktor yang memengaruhi pertumbuhan regional.
Dari hasil estimasi di atas dapat dibahas pula beberapa faktor yang dapat memengaruhi pendapatan regional yakni PDRB di Pulau Sumatera:
PDRB riil per Kapita Periode Sebelumnya
PDRB riil per kapita tahun sebelumnya berpengaruh positif dan signifikan pada taraf nyata satu persen, terhadap pendapatan PDRB riil per kapita saat ini.
Maka dari itu, pemerintah masing-masing daerah harus mengupayakan daerahnya untuk mampu mendorong perekonomiannya dengan mengupayakan potensi
daerahnya masing-masing, terutama bagi daerah miskin. Dengan demikian, daerah miskin dapat mengejar ketertinggalannya.
Jumlah Penduduk Bekerja
Jumlah penduduk yang bekerja memiliki nilai koefisien yang negatif dan tidak signifikan berpengaruh terhadap pendapatan per kapita. Hal ini dapat
disebabkan karena analisis hanya menggunakan jumlah penduduk usia kerja yang bekerja saja, tanpa melihat pendidikan terakhir maupun pelatihan yang telah
ditempuh oleh pekerja, sehingga produktivitas pekerja tidak dapat dilihat. Risgianto 93-94:2007 juga menemukan bahwa setelah masa otonomi daerah,
variabel tenaga kerja tidak berpengaruh signifikan terhadap PDRB di Kabupaten Brebes. Ia pun menyarankan agar ada upaya peningkatan kualitas SDM oleh
pemerintah terkait. Peningkatan produktivitas tenaga kerja dapat dilakukan melalui
peningkatan kualitas tenaga kerja. Hal tersebut dapat dilaksanakan melalui pelatihan dan pendidikan. Pelatihan dan pendidikan dapat menjadi salah satu cara
untuk mentransfer teknologi, informasi, dan pengetahuan dalam berproduksi. Dengan demikian, melalui pelatihan dan pendidikan, pekerja akan mampu
memiliki keahlian dalam berproduksi dengan lebih baik.
Jalan
Jalan menunjukkan koefisien regresi yang negatif dan tidak signifikan terhadap pendapatan per kapita. Hasil ini berbeda dengan Del Bo, et al. 2010
yang menunjukkan bahwa infrastruktur jalan berpengaruh positif terhadap perekonomian. Hasil analisis Setiadi 2006 terhadap infrastruktur jalan di
Sumatera juga menunjukkan hasil yang tidak signifikan. Menurutnya, hal itu disebabkan karena jalan yang dipilih belum berdasarkan kondisi baik dan sedang.
Pada penelitian ini jalan sudah dinalisis berdasarkan jalan berkondisi baik dan sedang, tetapi menunjukkan hasil yang tidak diharapkan. Hal ini bisa disebabkan
oleh lokasi dari jalan berkondisi rusak itu sendiri yang terletak di jalan yang menjadi pusat lalu lintas barang dan manusia. Oleh karena itu, jumlah jalan
berkondisi baik dan sedang cukup besar, jalan berkondisi buruk yang mungkin jumlahnya lebih sedikit berada pada jalur penting dalam arus barang dan manusia
seperti pada Jalan Lintas Sumatera. Jalan Lintas Sumatera Jalinsum merupakan jalur yang menghubungkan
berbagai daerah di Sumatera, yaitu dari Lampung hingga Aceh. Bahkan jalur ini merupakan jalur yang menjadi pintu transportasi darat untuk melaksanakan
berbagai kegiatan ekonomi dari Pulau Jawa ke berbagai daerah di Sumatera. Akan tetapi kondisi jalan lintas sumatera sangat memprihatinkan. Sejak tahun 2001
Jalan Lintas Timur Sumatera di Sumatera Selatan mengalami kerusakan berat, bahkan pada Maret 2006 kemacetan selama tiga hari di Ruas Jalan Betung-Sungai
Lilin sempat terjadi Raksono, Anwar, dan Santoso, 2009. Kerusakan Jalan Lintas Timur Sumatera memberikan beberapa dampak
negatif bagi masyarakat sekitar dan pengguna jalan, diantaranya adalah kekesalan pengemudi dan penumpang, gangguan kesehatan seperti iritasi dan gangguan
pernapasan pada masyarakat sekitar, kerusakan pada kendaraan, dan peningkatan waktu tempuh dalam distribusi barang dan mobilitas manusia. Kerugian ekonomi
dari kerusakan Jalan Lintas Timur Sumatera adalah sekitar 8,17 triliun. Kerugian yang diperkirakan tersebut adalah kerugian yang dirasakan oleh masyarakat
sekitar dan pengguna jalan Raksono, et al., 2009. Dengan melihat hal tersebut maka kerusakan jalan lintas sumatera harus segera diperbaiki oleh pihak terkait.
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Departemen Perhubungan 2005- 2025 telah menjelaskan beberapa poin yang perlu dilakukan untuk mengatasi
permasalahan transportasi darat, yaitu jalan. Arah pembangunan transportasi darat di Pulau Sumatera diantaranya telah difokuskan untuk mendorong berfungsinya
jaringan jalan lintas sumatera serta jalan-jalan pengumpan yang menghubungkan jalan-jalan lintas sumatera. Akan tetapi saat ini masih terdapat jalan-jalan rusak
yang terletak di Jalan Lintas Sumatera.
Hal ini menunjukkan bahwa masih terdapat kendala dalam masalah pembangunan jaringan Jalinsum, sebab masih dapat ditemukan jalan-jalan yang
rusak di area Jalinsum. Untuk itu, pemerintah pusat dan pemerintah daerah harus memerhatikan kembali kondisi jalan di daerah tersebut untuk segera diperbaiki
dengan benar. Beberapa titik jalan di jalan lintas sumatera memang mengalami perbaikan dengan menambal jalan-jalan yang rusak. Akan tetapi penambalan tidak
dilakukan dengan baik karena ada sedikit bagian jalan yang sengaja dibiarkan tidak ditambal. Bagian jalan yang dibiarkan tidak ditambal itu tetap akan
mengganggu proses perjalanan berbagai kendaraan yang melintas. Dengan kata lain, perbaikan jaringan jalan yang dilakukan di sepanjang jalan lintas sumatera
yang melintasi berbagai provinsi di Sumatera tersebut kurang terintegrasi. Kondisi jalan di satu titik sudah baik, namun di titik Jalinsum lainnya jalan masih
banyak yang berkondisi buruk. Selain menghambat perjalanan, hal itu juga rawan menjadi penyebab kecelakaan.
Perbaikan Jalan Lintas Sumatera harus dilakukan dengan menyeluruh agar kendaraan pengangkut barang dan manusia dapat dengan aman melintas dan
waktu tempuh tidak menjadi lama. Jika jalan tersebut tidak diperbaiki, maka kendaraan besar yang mengangkut barang-barang akan menempuh jalan kota
untuk alternatif rute perjalanan. Hal ini akan memercepat rusaknya jalan dalam kota yang selanjutnya akan merugikan kondisi transportasi dalam kota.
Pembangunan Jalan Tol Trans Sumatera sebagai upaya penyediaan infrastruktur transportasi darat di Sumatera sedang diteliti oleh pemerintah.
Direktorat Jendral Ditjen Bina Marga Kementerian Pekerjaan Umum PU menyatakan bahwa konsep yang akan dibangun pada Jalan Trans Sumatera
tersebut adalah High Grade Highway HGH. Konsep ini akan membentuk dua jenis jalan, yaitu freeway dan jalan berbayar atau jalan tol. Pembangunan ini telah
mendapatkan persetujuan dari gubernur yang daerahnya akan terkena pembangunan proyek
1
. Selain hal di atas, tidak signifikannya variabel jalan kemungkinan karena
panjang jalan yang digunakan pada analisis belum melihat perbandingannya
1
Pusat Komunikasi Publik Kementerian PU. 2012. Pemerintah Terus Kaji Tol Trans Sumatera. http:www.pu.go.idmainview7223 [diakses 4 Mei 2012].
terhadap luas wilayah. Sehingga analisis belum melihat pengaruh kecukupan panjang jalan yang tersedia di masing-masing daerah. Daerah yang lebih luas,
idealnya memiliki panjang jalan yang lebih panjang dari wilayah yang luasnya lebih kecil.
Air
Air menunjukkan pengaruh yang positif dan tidak signifikan terhadap pendapatan per kapita. Hasil ini serupa dengan Prasetyo 2008, ia menyatakan hal
tersebut dapat diakibatkan oleh jumlah air bersih yang lebih banyak digunakan untuk konsumen jenis rumah tangga. Jenis konsumen air bersih terbanyak di
Pulau Sumatera juga adalah non-niaga atau rumah tangga. Namun demikian, yang menjadi penyebab hal di atas dapat pula berupa pertumbuhan distribusi air bersih
yang lebih kecil pada Tahun 2010 dari pada Tahun 2003. Hal ini bisa disebabkan oleh kebocoran pipa yang menjadi masalah umum pada berbagai PDAM nasional.
Tabel 5 Efektivitas Produksi Air Bersih oleh Perusahaan Air Bersih menurut Propinsi Tahun 2003 dan Tahun 2010
Propinsi 2003
2010 Aceh
67,53 83,68
Sumatera Utara 82,54
89,36 Sumatera Barat
71,5 79,48
Riau 80,3
74,67 Jambi
70,53 73,78
Sumatera Selatan 95,71
77,51 Kepulauan Bangka Belitung
88,22 62,74
Bengkulu 77,3
63,36 Lampung
66,79 63,67
Kepulauan Riau -
73,81
Sumber : Statistik Air Bersih, BPS.
Pada Tahun 2010 terjadi penurunan efektivitas produksi air bersih yang dilakukan oleh perusahaan air bersih di beberapa propinsi di Pulau Sumatera
relatif terhadap Tahun 2003. Hal itu dapat menunjukkan kurangnya kemampuan perusahaan air bersih dalam melakukan penyediaan air bersih bagi masyarakat.
Seperti hal sebelumnya, kemungkinan penyebabnya adalah masalah kebocoran
pipa yang umum terjadi pada berbagai PDAM nasional. PDAM harus meningkatkan kapasitas produksi efektifnya untuk mengatasi masalah tersebut,
agar mampu memaksimalkan upaya distribusi air bersih bagi masyarakat. Air bersih dapat menghindarkan masyarakat dari penyakit, sehingga
mereka mampu beraktivitas dengan baik. Akses air bersih yang cukup juga merupakan simbol kesejahteraan masyarakat, karena hal itu merupakan sebagian
dari kebutuhan dasar manusia. Hal itu diperkuat oleh United Nations Development Programme UNDP yang menjadikan akses air bersih sebagai salah satu poin
dalam target Millenium Development Goals 2015. Kelompok niaga dan industri seperti rumah sakit, hotel, mall, pertokoan, pabrik makanan dan minuman, pabrik
kimia juga membutuhkan air bersih untuk berproduksi, maka air bersih tetap merupakan kebutuhan dasar yang perlu dipenuhi pada kehidupan di era modern.
Listrik
Hasil estimasi menunjukkan bahwa listrik memiliki koefisien regresi yang positif atau sesuai dengan teori dan signifikan pada taraf nyata sepuluh persen.
Hasil ini serupa dengan penelitian Lorde, et al. 2010. Namun demikian koefisiennya tidak begitu besar, hanya 0,1074. Hal ini dapat disebabkan oleh
ketersediaan listrik yang belum stabil yang ditandai oleh seringnya pemadaman listrik bergilir yang terjadi di berbagai daerah di Pulau Sumatera selama masa
pengamatan. Akan tetapi, hal tersebut sudah semakin berkurang seiring dengan diterapkannya berbagai langkah strategis oleh Kementerian Energi dan Sumber
Daya Mineral ESDM dan PT. PLN. Pemadaman bergilir ini dirasakan utamanya saat musim kemarau, karena
debit air di beberapa sumber air penggerak PLTA mengalami defisit. Oleh sebab itu, PT. PLN harus membagi distribusi listrik dengan pemadaman bergilir.
Contohnya, pada Tahun 2008 defisit listrik akibat penurunan kemampuan dan pemeliharaan pembangkit menjadikan munculnya sistem kuota per wilayah untuk
pemadaman bergilir. Propinsi Jambi sebesar 9 persen, Bengkulu 7 persen, Sumatera Selatan 20 persen, Sumatera Barat 25,5 persen, Riau 15,8 persen, dan
Lampung 22 persen
2
.
2
Kompas. 2008. Krisis Listrik Masih Panjang.http:cetak.kompas.comread20080701 01360495krisis.listrik.masih.panjang [diakses 16 Juli 2012].
Pemadaman bergilir ini memberikan dampak negatif baik pada sisi ekonomi dan keamanan. Beberapa usaha harus tutup dengan terjadinya
pemadaman bergilir, seperti penyiaran radio dan warnet. Selain itu, pemadaman tersebut dapat menganggu kegiatan industri dan menyebabkan kerusakan
peralatan elektronik rumah tangga. Pada sisi keamanan, tindak kriminalitas meningkat selama terjadinya pemadaman listrik bergilir yang terjadi di beberapa
daerah. Polda Sumbar mencatat data peningkatan tindak kriminalitas dari seluruh satuan wilayah pada saat pemadaman bergilir pada pertengahan Tahun 2008 di
Sumatera Barat
3
. Berbagai upaya perbaikan dalam penyediaan energi listrik telah dilakukan,
diantaranya dengan mengeluarkan berbagai peraturan terkait hal tersebut. Pemerintah melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral ESDM
mengeluarkan Peraturan Menteri ESDM No.37 Tahun 2008. Peraturan Menteri itu berisi tentang Aturan Jaringan Sistem Tenaga Listrik Sumatera. Aturan tersebut
bertujuan untuk menciptakan keamanan, keandalan, pengoperasian, dan pengembangan sistem transmisi tenaga listrik yang andal dan terpadu di Pulau
Sumatera seiring dengan semakin meningkatnya kebutuhan listrik di Sumatera, sehingga permasalahan kelistrikan di Pulau Sumatera dapat diminimalisir.
Pada peraturan itu dijelaskan bahwa Unit Pelayanan Transmisi merupakan bagian yang bertanggung jawab untuk melaksanakan pemeliharaan dan perbaikan
peralatan transmisikabel dan gardu induk di kawasannya. Penyaluran dan Pusat Pengatur Beban P3B Sumatera, yakni PLN Penyaluran dan Pusat Pengatur
Beban Sumatera, sebagai pemilik jaringan dan pengelola sistem tenaga listrik di Sumatera bertanggung jawab untuk merencanakan dan mengkoordinasikan sistem
proteksi semua komponen dalam sistem. Termasuk proteksi utama dan cadangan, serta skema pelepasan beban otomatis dengan relai frekuensi rendah pada fasilitas
transmisi. Hal tersebut dilakukan untuk membatasi gangguan dan menjamin keseimbangan antara beban dan pembangkitan dalam kondisi darurat.
Sebagai upaya untuk melakukan penyediaan energi yang berkelanjutan, pemerintah telah mengeluarkan peraturan menteri yang mendorong penyediaan
3
Ahmad. 2008. Pemadaman Listrik Bergilir Berdampak Meningkatnya Kriminalitas. http:www.antarasumbar.comengindex.php?mod=beritad=1id=628 [diakses 28 Mei 2012]
dan pemanfaatan energi baru dan terbarukan. Peraturan Menteri ESDM No. 10 Tahun 2012 berisi tentang pelaksanaan kegiatan fisik pemanfaatan energi baru
dan terbarukan. Kegiatan fisik dalam hal kelistrikan diwujudkan dalam pembangunan, pengadaan, danatau pemasangan instalasi penyediaan tenaga
listrik. Selain untuk mendorong penyediaan energi baru terbarukan, hal ini juga bertujuan untuk mendorong program pengembangan Desa Mandiri Energi DME.
DME merupakan salah satu solusi untuk meningkatkan rasio elektrifikasi di Pulau Sumatera khususnya di daerah minor atau yang memiliki rasio elektrifikasi yang
rendah. Upaya untuk mewujudkan kemandirian energi dan lumbung energi kelistrikan di Pulau Sumatera juga tertuang dalam Perpres No. 13 Tahun 2012.
Hal itu dilakukan dengan mengembangkan interkoneksi jaringan listrik dan pengembangan energi baru dan terbarukan.
Peraturan di atas dapat dilihat sebagai sesuatu yang bersifat menguatkan beberapa kegiatan yang telah maupun akan dilakukan dalam penyediaan energi
listrik menggunakan energi listrik baru dan terbarukan. Sebagai salah satu bentuknya, beberapa proyek pembangkit di Pulau Sumatera telah menggunakan
energi baru dan terbarukan, batu bara, dan gas. Proyek tersebut dilakukan oleh PT. PLN maupun dengan kerja sama pihak swasta. Daftarnya dapat dilihat pada
Peraturan Menteri ESDM No. 1 Tahun 2012 tentang daftar proyek-proyek percepatan pembangunan pembangkit tenaga listrik yang menggunakan energi
terbarukan, batu bara, dan gas serta transmisi terkait. Selain melalui peraturan di atas, solusi terhadap penyediaan listrik
berkelanjutan juga dituangkan dalam Masterplan Pembangunan Ketenagalistrikan 2010-2014. Permasalahan pemadaman listrik bergilir di Indonesia termasuk di
Sumatera berusaha diatasi oleh PT. PLN dengan meningkatkan produksi listrik agar keberlanjutan energi listrik yang terjual kepada konsumen dapat terjamin.
Solusi baik jangka pendek maupun jangka panjang untuk menjamin ketersediaan listrik berkelanjutan dituangkan dalam masterplan yang dibuat oleh Kementerian
ESDM tersebut. Solusi jangka pendek untuk hal itu adalah dengan penambahan daya melalui sewa pembangkit, pembelian kelebihan kapasitas captive, dan
pengadaan pembangkit baru yang cepat masa pembangunannya. Penambahan kapasitas pembangkit dan penyaluran daya melalui sistem transmisi dan distribusi.
Solusi jangka panjang adalah dengan membangun pembangkit tenaga listrik yang baru baik oleh PT. PLN atau Independent Power Producer IPP yang
membutuhkan waktu 3-5 tahun. Pemadaman bergilir yang terjadi akhir-akhir ini di wilayah Sumatera
memang sudah mulai berkurang seiring dengan mulai diterapkannya hal di atas. Akan tetapi, pada saat musim kemarau dan pemeliharaan pembangkit,
pemadaman bergilir tidak dapat terhindarkan, apalagi jika keduanya terjadi bersamaan. Sebagai tambahan solusi, PT. PLN sebaiknya dapat mengatur pola
waktu perbaikan pembangkit dan terus mengembangkan pembangkit yang menggunakan energi alternatif yang dapat membantu untuk mengatasi masalah
distribusi listrik, khususnya pada saat musim kemarau di berbagai daerah di Pulau Sumatera. Pada era yang modern saat ini konsumsi listrik menjadi semakin tinggi
karena penggunaan listrik sebagai sumber utama penggerak berbagai aktivitas masyarakat semakin meluas. Selain oleh masyarakat, listrik pun digunakan
sebagai sarana berproduksi berbagai industri. Dari segi masyarakat, akses terhadap sumber listrik merupakan juga kebutuhan dasar karena akses penerangan
lebih baik dengan menggunakan listrik karena cahaya yang dihasilkan lebih baik dari penerangan non listrik. Sedangkan bagi industri, ketersediaan listrik dan
jaminan keberlanjutannya merupakan hal yang penting untuk membangun dan menjalankan industri. Ketersediaan listrik yang terjamin akan menjadi salah satu
daya tarik bagi investor untuk berinvestasi di suatu daerah, selain jaminan regulasi. Maka dari itu, PT. PLN harus terus melakukan inovasi dalam menyediakan energi
listrik dengan terus mengembangkan berbagai metode pemeliharaan pembangkit serta penggunaan energi alternatif sebagai pembangkit listrik agar dapat menjamin
ketersediaan listrik bagi masyarakat.
Fasilitas Kesehatan
Infrastruktur kesehatan memiliki hasil estimasi yang bertanda negatif dan tidak signifikan. Akses pelayanan kesehatan dapat tercermin pada peningkatan
jumlah, jaringan, dan kualitas fasilitas layanan kesehatan seperti puskesmas dan rumah sakit. Pada analisis ini kualitas pelayanan kesehatan di puskesmas dan
rumah sakit tidak dapat terlihat. Dengan demikian, jumlah puskesmas dan rumah
sakit yang tinggi ternyata belum mampu melihat secara keseluruhan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan.
Kualitas pelayanan pada puskesmas dan rumah sakit dapat dilihat dari kecepatan pelayanan, kemudahan administrasi, dan lama waktu tunggu dalam
identifikasi hasil pemeriksaan. Ketersediaan fasilitas kesehatan secara fisik yang diimbangi dengan kualitas pelayanan yang mampu memuaskan masyarakat akan
menjadi kombinasi yang tepat bagi peningkatan kualitas kesehatan masyarakat. Hal itu selanjutnya akan membantu meningkatkan produktivitas masyarakat.
5.3 Implikasi Kebijakan