dikeringkan beratnya menyusut menjadi setengahnya dari berat awal. Dalam satu
tahun ada masa 3 bulan dimana getah karet sedang surut, bahkan dalam satu tahun tersebut ada saat tidak dapat mengambil getah karena hujan yang turun secara
terus menerus sepanjang siang dan malam. Penyadapan dilakukan dua hari sekali atau selang sehari.
Sistem pembagian hasil panen karet ataupun jengjen bermacam-macam, jika modal yang digunakan dalam pengelolaan hutan rakyat diperoleh dari
koperasi, maka pada saat panen hasilnya dijual ke koperasi. Lahan yang ditanami karet merupakan lahan milik desa, maka dari hasil penyadapan ada sedikit bagian
yang diberikan kepada pihak desa secara sukarela dengan besaran yang tidak ditentukan. Getah yang disadap dengan sistem paro maka hasilnya dibagi dua
antara pemilik dengan yang memaro. Pekerja dalam kegiatan pemanenan ini adalah laki-laki semua mengingat
pekerjaan memanen adalah pekerjaan yang berat. Alat-alat yang digunakan dalam penyadapan ialah pisau sadap, badeng, rancatan, mangkok sebagian lagi ada yang
menggunakan batok kelapa. Pisau sadap berukuran kecil dan melengkung terbuat dari baja yang fungsinya untuk menguliti karet hingga keluar getahnya. Badeng
ialah untuk menampung getah yang didapat terbuat dari seng ukurannya sebesar ember. Rancatan ialah untuk memikul getah yang sudah dikumpulkan dalam
badeng. Rancatan terbuat dari kayu keras yang panjangnya kira-kira 0,5-0,75 m dengan sisi agak pipih. Mangkok ataupun batok untuk menampung getah
sementara dari pohonnya. Mangkok terbuat dari alumunium sedangkan batok dari bekas tempurung kelapa.
5.2 Proses Perubahan Pengetahuan Lokal
Lokasi desa yang dijadikan objek penelitian mempunyai kesamaan dalam hal sumber pengetahuan lokal. Hal ini disebabkan karena salah satu desanya, yaitu
Desa Sukamulya merupakan desa yang dimekarkan dari Desa Cijagang. Sumber pengetahuan dari kedua desa tersebut berasal dari warisan nenek moyangnya,
sebagian lagi berasal dari pengalaman petani setempat dan yang terakhir berasal dari ilmu pengetahuan yang diberikan oleh penyuluh pertanian yang kemudian
diujicobakan dan setelah cocok diadopsi oleh petani.
Berikut penjelasan mengenai perubahan pengetahuan lokal pada berbagai tahap kegitan pengelolaan kebon.
1. Perubahan pengetahuan pada kegiatan persiapan lahan Perubahan yang terjadi dilihat secara adat-istiadat yaitu pada upacara
penumbalan atau ritual. Sebagian besar masyarakat menganggap bahwa ritual merupakan sesuatu yang mutlak dilakukan, sedangkan pada zaman sekarang
sebagian masyarakat masih menganggap ritual sebagai sesuatu yang mutlak dan sebagian lagi sudah tidak menggunakan ritual. Perubahan pengetahuan terjadi
karena adanya transfer informasi dari para pendatang yang mempunyai pengetahuan akademis cukup tinggi ataupun dari para ulama. Dampak dari
perubahan tersebut adalah terjadinya perubahan kebiasaan masyarakat. Pada zaman dahulu ada larangan petani melakukan aktivitas pada hari jumat dengan
alasan waktu yang sempit terkait dengan ibadah shalat jum“at. Pada hari itu merupakan hari yang suci, sehingga tidak boleh dilewatkan begitu saja tanpa
beribadah kepada Allah. Pada zaman sekarang sebagian petani tetap bekerja pada hari jumat dengan alasan waktu harus dimanfaatkan agar hasil dari bertaninya
melimpah, jika banyak larangan maka akan membuat petani malas. Dampak dari perubahan tersebut masyarakat lebih berfikir melakukan sesuatu yang
menghasilkan uang dan mengabaikan nilai-nilai yang dianut masyarakat terdahulu.
Perubahan yang terjadi dilihat dari aktivitas sosial yaitu pada zaman dahulu aktivitas pengelolaan kebon dilakukan oleh laki-laki sedangkan pada
zaman sekarang perempuan turut terlibat pada kegiatan ngesrik dan ngarangrang. Perubahan terjadi karena adanya pergeseran pola fikir masyarakat dari masyarakat
yang menganggap bahwa perempuan itu sebaiknya bekerja dirumah saja mengurus rumah tangga. Zaman sekarang perempuan ikut terlibat dalam kegiatan
ini karena mereka menganggap mempunyai hak yang sama dalam membantu mencari nafkah untuk keluarga. Pada zaman dahulu petani membersihkan lahan
dengan menggunakan alat-alat sederhana tetapi sekarang petani membersihkan lahan dengan menggunakan pestisida. Alasannya karena untuk mempermudah
proses pembersihan lahan. Dampaknya biaya permbersihan lahan bertambah dan dapat mempercepat proses pencemaran tanah sehingga kesuburannya berkurang.
Dampak lainnya yaitu ular yang habitatnya dilahan setelah adanya penyemprotan pestisida berpindah ke pemukiman penduduk. Pada zaman dahulu terdapat nilai
yang berlaku dalam masyarakat yaitu nilai saling menghormati dan menghargai antar sesama mahluk hidup, sehingga apabila akan melakukan sesuatu hal maka ia
harus izin terlebih dahulu kepada penghuni tempat tersebut. Begitu pula dalam kegiatan pembukaan lahan, maka petani harus izin terlebih dahulu kepada
makhluk penghuni tempat tersebut tetapi pada zaman sekarang petani mulai mengabaikan nilai-nilai tersebut, dampaknya kebersamaan antar petani berkurang.
Perubahan dilihat dari benda-benda kebudayaan yaitu pada persiapan lahan lahan yang digunakan yaitu parang, golok dan cangkul sekarang berubah
menjadi teng untuk menyemprot pestisida, alasannya dengan menggunakan semprotan maka petani lebih mudah membersihkan lahannya dan dampaknya
biaya persiapan lahan bertambah. 2. Perubahan pengetahuan pada tahap persiapan bibit
Perubahan yang tejadi dilihat dari adat-istiadat yaitu pada zaman dahulu masyarakat menggunakan bibit yang berasal dari kongkoak sehingga waktu
pemanenan menjadi lebih lama. Pada zaman sekarang petani menggunakan bibit dengan cara membeli bibit yang telah diokulasi dengan teknik persiapan berupa
persemaian, alasannya lebih cepat waktu panennya dan benih yang berasal dari persemaian biasanya lebih bagus karena akarnya tidak pecah, jika diambil dari
kongkoak akan pecah akar sehingga tanaman menjadi kering. Dampaknya waktu panen lebih cepat tetapi biaya persiapan bibit bertambah.
Perubahan dilihat dari aktivitas sosial yaitu pada zaman dahulu petani melakukan persiapan bibit secara manual dengan memungut biji dari pohonnya
langsung kemudian diipuk sedangkan pada zaman sekarang petani membuat persemaian untuk memperoleh bibit yang lebih baik. Pembuatan persemaian dapat
membuka lapangan pekerjaan bagi perempuan dan anak-anak sehingga dapat menjadi sumber pendapatan tambahan untuk keluarganya. Persiapan bibit dengan
persemaian lebih baik hasilnya dan dapat membuka lapangan pekerjaan. Dampaknya tanaman yang dihasilkan lebih baik dan perekonomian keluarga dapat
terbantu. Perubahan dilihat dari alat-alat yang digunakan yaitu pada zaman dahulu menggunakan alat-alat berupa parang dan cangkul sekarang menjadi polibag,
emrat dan selang air. Perubahan terjadi karena alat yang digunakan sekarang merupakan alat untuk membantu pembuatan persemaian. Dampaknya biaya
persiapan bibit bertambah. 3. Perubahan pengetahuan pada kegiatan penanaman
Perubahan yang terjadi dilihat dari adat-istiadat yaitu pada zaman dahulu penanaman dilakukan berdasarkan ramalan musim yaitu diawal musim penghujan,
tetapi sekarang penanaman dilakukan berdasarkan perkiraan cuaca yang diberitahukan oleh penyuluh. Penentuan penanaman dengan melihat musim lebih
tepat karena informasi selalu berubah mengikuti perubahan lingkungan yang terjadi. Pembuatan lombang pada zaman dahulu terdapat jeda waktu antara
pembuatan lombang dengan penanaman dengan lamanya sekitar satu bulan. Pada zaman sekarang petani membuat lombang dan penanaman secara langsung tanpa
jeda, bahkan sebagian petani tidak membuat lombang, alasannya untuk menghemat biaya dan waktu penanaman. Dampaknya ialah semakin rentannya
tanaman terhadap serangan hama dan penyakit dari bawah karena lombang tidak didinginkan terlabih dahulu sehingga penyakit dan hamanya masih ada.
Perubahan yang terjadi dilihat dari aktivitas sosial yaitu pada zaman dahulu ngalombang dilakukan tanpa menggunakan teknik apapun, tetapi sekarang
ngalombang dilakukan dengan menggunakan teknik membagi lombang menjadi dua bagian. Tanah dikeruk pada bagian atas disimpan disebelah kiri, kemudian
tanah yang dikeruk dari bagian atas disimpan disebelah kanan. Pada saat pengurugan tanah yang dimasukkan ialah tanah yang berada disebelah kiri
kemudian tanah yang berada disebelah kanan. Pengurugan dengan tanah dipermukaan terlebih dahulu ialah agar kondisi tanahnya lebih baik. Dampaknya
tanah untuk penanaman karet lebih baik sehingga pertumbuhannyapun lebih baik. Penanaman pancer karet dengan menggunakan tanah dari lahan tersebut kemudian
dipadatkan, tetapi pada zaman sekarang tanah untuk penanaman pancer karet ditambah dengan tanah dari kolam, alasannya karena tanah yang dicampur dengan
tanah dari kolam dapat mencegah pecahnya tanah pada musim kemarau yang dapat mengakibatkan pecahnya akar karet sehingga pertumbuhannya kurang baik.
Dampaknya tanaman tumbuh dengan baik dan getah yang dihasilkan meningkat.
Perubahan pengetahuan dilihat dari alat-alat yang digunakan yaitu pada zaman dahulu alat-alat yang digunakan berupa cangkul dan garpu tetapi sekarang
sebagian petani menggunakan luju. Penanaman dengan luju membuat umur tanaman lebih panjang, sehingga dampaknya waktu pemanenan lebih lama tetapi
umur penyadapan bertambah. 4. Perubahan pengetahuan pada kegiatan pemeliharaan
Perubahan pengetahuan dilihat dari adat-istiadat yaitu adanya pelarangan menyebut hewan liar seperti babi hutan, harimau dan hewan lainnya dengan
sebutan nama aslinya. Tetapi hewan tersebut harus disebut dengan munding. Artinya hewan-hewan tersebut ada yang memelihara sehingga dialarang untuk
menangkap ataupun membunuh hewan tersebut kecuali jika sudah sangat membahayakan penduduk sekitar. Pada zaman sekarang sebagian kecil
masyarakat sudah tidak mengindahkan hal tersebut jika ada hewan pengganggu langsung ditangkap, alasannya untuk mengurangi jumlahnya karena jika semakin
banyak maka hewan-hewan tersebut tidak terkendali. Dampaknya pada zaman dahulu lahan mereka aman sekarang hewan-hewan tersebut menganggu lahan
milik petani seiring dengan perubahan kebiasaan petani. Perubahan pengetahuan dilihat dari aktivitas sosial yaitu penanggulangan
tanah longsor dengan membuat babadak, menanam berenuk dan haur kuning, tetapi sekarang dengan menggunakan bronjongan. Perubahan yang terjadi
alasannya karena lahan yang mudah longsor menjadi lebih tahan terhadap longsor. Dampaknya lahan menjadi tahan terhadap longsor tetapi biaya pemeliharaan
bertambah. Perubahan pengetahuan dilihat dari alat-alat yang digunakan yaitu pada
zaman dahulu alat-alat untuk menjaga longsor membuat babadak dari batu dan bambu. Sedangkan zaman sekarang alat untuk membuat bronjongan ialah batu
dan kawat. Perubahan penggunaan alat alasannya kawat lebih kuat dari bambu, sehingga dampaknya biaya untuk pemeliharaan bertambah.
5. Perubahan pengetahuan pada kegiatan pemanenan Perubahan pengetahuan dilihat dari adat-istiadat yaitu pada zaman dahulu
pemanenan dilakukan setelah pohon karet siap untuk disadap yaitu pada saat musim tumbuhnya daun yang baru, setelah daun gugur getahnya berkurang. Pada
zaman sekarang penyadapan dilakukan tanpa melihat musim, alasannya supaya getah dapat dipanen setiap hari. Dampaknya semakin surutnya getah yang
disadap. Pemanenan jengjen dilakukan dengan ritual terlebih dahulu sedangkan sekarang tanpa ritual, alasannya untuk menghemat biaya dan adanya perubahan
keyakinan petani. Dampaknya pengguna ritual berkurang. Perubahan pengetahuan dilihat dari aktivitas sosial yaitu pada zaman
dahulu penyadapan dilakukan dengan jeda waktu sehari dan pengulitan tidak terlalu dalam, tetapi pada zaman sekarang penyadapan dilakukan tanpa adanya
jeda waktu. Hal ini terjadi karena penyadapan tanpa jeda waktu dan penyadapan lebih dalam dilakukan agar memperoleh getah yang banyak. Dampaknya dari
tahun ke tahun getah karet semakin surut dan bekas sayatan pada batang rentan terhadap serangan hama dan penyakit. Pada zaman dahulu penebangan dilakukan
dengan sistem tebang habis yang dilakukan oleh tengkulak dengan ritual sedangkan pada zaman sekarang penebangan dengan sistem tebang habis oleh
tengkulak tanpa ritual terlebih ahulu. Sedangkan pada zaman sekarang sebagian tengkulak memanen jengjen tanpa ritual, alasannya lahan yang akan ditebang
pohonnya pernah diritual pada zaman dahulu sehingga tidak perlu dilakukan ritual kembali sehingga dapat menghemat biaya penebangan. Dampaknya pengguna
ritual berkurang dan terkadang penebangan tanpa memperhatikan lingkungan sekitar.
Perubahan dilihat dari alat-alat yang digunakan yaitu pada zaman dahulu alat untuk menampung getah karet ialah mangkuk dari tempurung kelapa
sedangkan sekarang dengan mangkuk alumunium, alasannya mangkuk alumunium lebih banyak menampung getah karet. Dampaknya getah yang
diperoleh lebih banyak tetapi biaya penyadapan bertambah. Pada zaman dahulu penebangan dengan menggunakan gergaji rantai tetapi sekarang menggunakan
chaisaw, alasannya lebih cepat penebangannya. Dampaknya sengon yang ditebang dengan chainsaw, dari tunggul kayunya tidak keluar tunas baru yang dapat
dimanfaatkan untuk penanaman berikutnya sehingga petani harus mencari bibit yang baru.
5.3 Peran Pengetahuan Lokal Masyarakat