BAB III METODOLOGI
Penelitian ini difokuskan pada penelitian pengelolaan hutan rakyat yang lebih dikenal oleh masyarakat dengan kebon. Terdapat berbagai jenis kebon yang
diusahakan antara lain kebon campuran dan kebon monokultur. Kebon campuran yaitu kebon yang ditanami dengan berbagai kombinasi tanaman yaitu tanaman
utama berupa karet, tanaman kombinasinya yaitu padi, pisang dan tanaman pertanian. Di sisi lahannya petani memanfaatkannya dengan menanam beberapa
pohon jengjen ataupun buah-buahan, sedangkan kebon monokultur yaitu kebon yang ditanami satu jenis tanaman yaitu karet ataupun jengjen. Petani lebih banyak
menggunakan sistem kebun campuran karena hasilnya lebih banyak yaitu adanya hasil sementara dari tanaman kombinasi sebelum tanaman utama dipanen.
3.1 Kerangka Pemikiran
Sistem pengetahuan merupakan salah satu unsur pokok dari tiap kebudayaan di dunia atau kebudayaan universal. Wujud kebudayaan berupa
sistem budaya, sistem sosial dan unsur kebudayaan fisik yaitu benda-benda kebudayaan. Tiap unsur kebudayaan tersebut dapat dirinci kedalam unsur-
unsurnya yang lebih kecil sampai beberapa kali. Menurut R. linton diacu dalam Koentjaraningrat 1990, pemerincian kebudayaan universal dapat diperinci
sampai empat kali. Unsur kebudayaan yang berwujud sistem budaya dapat diperinci kedalam
beberapa komplek budaya, tiap komplek budaya dapat diperinci lebih lanjut ke dalam beberapa tema budaya dan akhirnya pada tahap ke empat diperinci ke
dalam beberapa gagasan. Unsur kebudayaan yang berwujud sistem sosial dapat diperinci kedalam
beberapa komplek sosial, tiap komplek sosial dapat diperinci lebih lanjut kedalam beberapa pola sosial dan akhirnya pada tahap ke empat diperinci ke dalam
beberapa tindakan. Unsur kebudayaan universal yang berupa pengetahuan dapat diperinci lagi
kedalam adat, aktivitas sosial dalam sistem kehutanan yang merupakan adat
istiadat yang turun menurun dilakukan oleh masyarakat diseluruh dunia dan didalamnya terdapat aktivitas sosial berupa kegiatan pengelolaan hutan
berdasarkan fungsinya berupa hutan rakyat, hutan produksi, hutan konservasi dan hutan lindung. Sistem kehutanan dapat diperinci kedalam komplek sosial
komplek budaya berupa hutan rakyat dimana didalamnya terkandung nilai dan norma yang berlaku dalam masyarakat berdasarkan pengalaman ataupun
pengetahuan. Alat-alat yang digunakan yaitu alat-alat untuk persiapan lahan, persiapan bibit, penanaman, pemeliharaan dan pemanenan berupa seperangkat alat
berat maupun ringan. Pemerincian selanjutnya dari sistem hutan rakyat kedalam tema budaya
dan pola sosial yang berupa persiapan lahan, persiapan bibit, penanaman, pemeliharaan dan pemanenan. Tema budaya persiapan lahan, persiapan bibit,
penanaman, pemeliharaan dan pemanenan yang dilakukan dengan pola yang hampir sama pada setiap periodenya.
Pemerincian selanjutnya yaitu dari persiapan lahan kedalam tindakan berupa pembersihan lahan dan pengolahan tanah. Persiapan bibit diperinci
kedalam pengadaan benih dan persemaian. Penanaman diperinci kedalam berbagai tindakan berupa pembuatan ajir, pembuatan lubang tanam
ngalombang,pemasukkan bibit ke lubang tanam dan penyulaman. Pemeliharaan dapat diperinci kedalam beberapa tindakan berupa penanggulangan hama dan
penyakit serta perlindungan lahan dan tanaman. Pemanenan diperinci kedalam berbagai tindakan berupa penebangan, penyaradan dan pengangkutan. Lihat
Tabel 1,2 dan 3 hal 13-15
Tabel. 1 Pemerincian kebudayaan universal ke dalam sub-sub unsurnya yang khusus.
Tema budaya Pola sosial
Benda kebudayaan Gagasan
Tindakan Benda kebudayaan
Persiapan lahan Tema budaya: Persiapan lahan
dilakukan dengan berpedoman kepada nilai yang berlaku dalam
masyarakat, yaitu ketika akan mendatangi tempat yang baru
harus
izin terlebih
dahulu termasuk
ketika akan
mempersiapkan pembukaan
lahan.
Pola sosial: Pola pembersihan
lahan yang dilakukan secara bersama-sama dengan penentuan
waktu yang berpola berdasarkan musim dan rasi bintang.
Alat-alat: Parang, cangkul dan
kapak. Persiapan bibit
Tema budaya: Pembelian benih
harus disesuaikan dengan kondisi tanah dan lingkungannya, apakah
benih tersebut dapat tumbuh baik dilahan milik petani atau tidak.
Pola sosial: Kebersamaan yang
tercipta diantara para pekerja dapat mempererat persudaraan
diantara petani dan para pekerja lainnya
dalam pembuatan
persemaian.
Alat-alat: Cangkul, golok, sabit,
penampungan air, sprayer, selang, kompos, topsoil dan polibag.
Pembersihan lahan Gagasan: Pembersihan lahan dilakukan dengan
alasannya agar tanah siap untuk ditanami, kesuburannya cukup dan menghindarkan tanaman
dari gangguan gulma yang akan menghambat pertumbuhan tanaman pokok.
Tindakan: Pembersihan lahan dilakukan dengan
berbagai tindakan antara lain membakar dan membersihkan lahan.
Alat-alat: Parang, cangkul dan kapak. Pengolahan tanah
Gagasan: Pengolahan tanah dilakukan dengan cara
yang sederhana alasannya untuk memudahkan dalam proses penanaman.
Tindakan: Pengolahan tanah dilakukan dengan
ukuran kedalam 0.5 cm dan tidak boleh terlalu dangkal ataupun terlalu dalam.
Alat-alat: Cangkul dan garpu. Pengadaan benih
Gagasan: Pengadaan benih dilakukan agar
memperoleh benih yang berkualitas yaitu yang hasilnya banyak dan tahan terhadap serangan ham
dan penyakit.
Tindakan: Membeli benih dari areal produksi benih
dan pengunduhan. Pemungutan biji dilakukan pada bulan Agustus sampai September.
Alat-alat: Alat pengunduh dan kantung plastik. Persemaian
Gagasan: Persemaian dibuat dengan alasan untuk
memperoleh bibit yang lebih baik kualitasnya dan masa panen yang lebih cepat.
Tindakan: Mengatur drainase tanah dengan
membuat parit, mencampur top soil dan kompos untuk membantu menyuburkan lahan; pembuatan
bedengan pada daerah miring ditimbun dengan tanah dan diratakan; pengaturan tata ruang dengan
berpedoman kepada denah persemaian yang telah dibuat.
Alat-alat: Penampungan air, sprayer, selang,
kompos, topsoil dan polibag Sumber: Arafah 2002 dan Handoko 2007
Tabel. 2 Pemerincian kebudayaan universal ke dalam sub-sub unsurnya yang khusus lanjutan.
Tema budaya Pola sosial
Benda kebudayaan Gagasan
Tindakan Benda kebudayaan
Penanaman Tema budaya: Penentuan
awal penanaman
dengan melihat rasi bintang, setelah
penanaman diadakan acara syukuran dan doa-doa dengan
tujuan agar tanaman dapat tumbuh dengan baik dan
memperoleh
hasil yang
banyak.
Pola sosial: Kebersamaan
yang tercipta diantara para pekerja
dapat mempererat
persudaraan diantara petani dan para pekerja lainnya.
Alat-alat: Cangkul, golok dan
sabit.
Pembuatan lubang tanam Gagasan: Pembuatan lubang tanam bertujuan agar
tanaman lebih baik pertumbuhannya. Lubang tanam dibuat
dengan jarak
tanam tertentu
sehingga pertumbuhannya lurus.
Tindakan: Membuat jarak tanam, mencangkul tanah. Alat-alat: Cangkul dan ajir
Pemasukkan bibit kelubang tanam Gagasan: Bibit dimasukkan kedalam lubang tanam agar
lebih aman dari gangguan hewan dan dapat tumbuh dengan baik.
Tindakan: Memasukkan bibit kedalam tanah sesuai
lubang yang telah dibuat.
Alat-alat: Cangkul
Penyulaman
Gagasan: Penyulaman bertujuan untuk mengantisipasi
tanaman yang mati dengan mempersiapkan tanaman pengganti.
Tindakan: Mempersiapkan bibit cadangan dilahan
lainnya untuk
mengantisipasi ketidak berhasilan
tanaman yang ditanam sebelumnya.
Alat-alat: pencungkil dan parang. Pemeliharaan
Tema budaya: Kebiasaan
menggunakan ramuan secara tradisional
untuk mengantisipasi hama penyakit,
jika menggunakan obat kimia harus
menggunakan bahan yang ramah lingkungan.
Pola sosial: Adanya kebiasaan
saling menjaga antar petani agar tanaman milik petani lain
tidak terkena penyakit serupa.
Alat-alat: Cangkul, golok dan
parang.
Penanggulangan hama dan penyakit Gagasan: Penanggulangan hama dan penyakit bertujuan
untuk mendapatkan tanaman yang baik pertumbuhannya dan lingkungan sekitar tanaman dapat mendukung
pertumbuhan tanaman. Tindakan: Mengumpulkan berbagai bahan untuk dibuat
ramuan obat
pembasmi hama
dan penyakit,
menyemprotkan pestisida ataupun obat kimia lainnya untuk membasmi hama dan penyakit, memberikan
musuh alami bagi hama dan penyakit dengan melakukan penjagaan agar musuh alami tidak menyebar ke lokasi
lainnya.
Alat-alat: Botol, semprotan dan bak air. Perlindungan lahan dan tanaman
Gagasan: Perlindungan lahan dan tanaman bertujuan
untuk untuk mencegah longsor, menghambat laju api apabila terjadi kebakaran dan menjaga lahan dari
serangan hama dan hewan pengganggu.
Tindakan: Mencangkul tanah dan membuat tangga-
tangga; larikan dibuat tiga buah yaitu larikan tanaman pokok yang diawali dari tempat tertinggi kemudian
larikan tanaman pokok yang terletak diantara tanaman pokok dengan tanaman tepi dan terakhir larikan tanaman
tepi yang berada dipinggir lahan; penanaman tanaman secang; menanam tanaman salak ataupun tanaman
berduri lainnya dipinggir lahan; pembuatan jadwal ronda.
Alat-alat: Jaring, perangkap, golok; senter dan cangkul
Sumber: Arafah 2002 dan Handoko 2007
Tabel. 3 Pemerincian kebudayaan universal ke dalam sub-sub unsurnya yang khusus lanjutan. Tema budaya
Pola sosial Benda kebudayaan
Gagasan Tindakan
Benda kebudayaan
Pemanenan Tema budaya: Pengangkutan tidak
dilakukan pada
malam hari
terutama malam jumat, hal ini terkait dengan aktivitas warga desa
yang melakukan pengajian dan waktu
istirahat warga
tidak terganggu;
Penyaradan yang
dilakukan tidak
menimbulkan kerusakan pada tempat bersejarah
dan pekerjanya
dijamin
keselamatan kerjanya. Pola sosial: Berbagai interaksi yang
terjadi antara pemilik kayu dengan pekerja, ahli ritual dan stakeholder
lainnya; penentuan
harga kesepakatan yang tidak merugikan
satu dengan lainnya.
Alat-alat: Kuda-kuda dan pemikul Penebangan
Gagasan:
Penebangan dilakukan
untuk memperoleh
hasil dari
tanaman dengan
meminimalisir dampak yang akan ditimbulkan sesudahnya;
arah rebah
dibuat dengan
pertimbangan ekonomi, ekologi dan keselamatan kerja.
Tindakan: Memotong batang sesuai tanda yang
telah dibuat sebelumnya; mengukur batang dengan menggunakan meteran; menguliti kayu yang
sudah ditebang.
Alat-alat: Gergaji rantai, chain saw dan kapak, meteran dan alat tulis.
Penyaradan dan Pengangkutan Gagasan:
Penyaradan dan
pengangkutan dilakukan untuk mengangkut kayu hasil tebangan
menuju alat pengangkut dengan aman tidak merusak kayu dan lingkungan sekitarnya dan tidak
melewati situs kebudayaan, tempat keramat ataupun kuburan.
Tindakan: Membuat peta lokasi. Alat-alat: Kuda-kuda dan pemikul.
Sumber: Arafah 2002 dan Handoko 2007
3.2 Definisi Operasional