tipe pengukuran koherensi yang bisa digunakan sebagai atribut untuk menghitung spektrum kecepatan.
o Samblance
Kecanggihan IPTEK sekarang ini membuat efisiensi dalam analisa data seismik jauh meningkat, salah satunya dengan metode Samblance. Metode
ini menyediakan efisiensi dalam pemilihan dan pengetesan parameter yang dibutuhkan untuk setiap langkah pengolahan data. Seperti pemfilteran,
dekonvolusi, penguatan, dan terlebih lagi analisa kecepatan. Dalam metode Samblance, spectrum kecepatan ditampilkan dalam
bentuk kontur warna, dan biasanya menggunakan atribut semblance panel. Kemudian yang dilakukan adalah memilih, atau biasa disebut picking,
warna yang mewakili koherensi maksimum dari setiap pemantulan utama pada waktu tertentu. Umumnya warna yang mewakili koherensi
maksimum adalah merah, sedangkan biru mewakili koherensi minimum. Data kumpulan CDP ditampilkan disebelah panel spektrum kecepatan
dengan skala waktu yang telah disesuaikan. Hal ini memudahkan untuk mengetahui waktu-waktu dimana terdapat pemantulan utama.
Setelah proses picking selesai, maka selanjutnya bisa langsung diterapkan koreksi NMO terhadap data kumpulan CDP menggunakan
fungsi kecepatan yang sudah terbentuk. Pada proses ini akan dilihat ketepatan dari hasil analisa kecepatan. Jika masih ada lengkungan
hiperbola yang mengalami overcorrection atau undercorrection, maka metode Samblance memungkinkan untuk mengubah titik-titik picking
yang dianggap salah. Proses ini dilakukan sampai didapat fungsi kecepatan yang benar-benar tepat dan akurat
[9]
.
Gambar 2.7. Respon Semblance terhadap hiperbola refleksi yang muncul
2.7.8. Normal Move Out NMO
Perbedaan atara waktu datang gelombang pantul pada masing-masing offset dengan waktu datang gelombang pantul untuk offset nol, inilah yang
disebut Normal Move Out NMO Yilmaz, 2001. Adanya jarak offset mengakibatkan waktu datang gelombang pantul tidak membawa informasi
langsung dimana letak reflektor berada, hal ini dipengaruhi oleh semakin besar offset semakin besar waktu datangnya. Maka dari itu, waktu datang
gelombang seismik perlu dikoreksi NMO terlebih dahulu sebelum dilakukan penjumlahan tras atau stacking
[8]
. Jadi koreksi NMO bertujuan menghilangkan efek jarak offset antara titik
tembak dan penerima pada tras-tras dalam suatu kumpulan CDP. Atau dengan kata lain koreksi NMO
∆T
x
membawa gelombang refleksi dari pantulan miring ke pantulan tegak lurus
[5]
. Waktu tempuh dua arah gelombang pantul untuk jarak x T
x
adalah
�
�
= �
2
+ �
�
2
Dan koreksi NMO ∆�
�
nya adalah ∆�
�
= �
�
− � Dimana :
T
o
= 2hV, waktu tempuh dua arah gelombang pantul untuk offset nol X = jarak shot-receiver
V = kecepatan lapisan Untuk melakukan koreksi NMO butuh parameter kecepatan yang
didapat dari proses analisa kecepatan. Namun sebenarnya kedua proses ini saling berkaitan, koreksi NMO yang tepat memungkinkan didapatkannya nilai
kecepatan yang benar dan sebaliknya, nilai kecepatan yang benar yang mampu memberikan koreksi NMO yang tepat. Gambar dibawah menunjukkan bahwa
di terapkannya koreksi NMO menggunakan fungsi kecepatan yang tepat akan
membuat lengkungan hiperbola yang muncul akibat pengaruh offset berubah menjadi datar. Namun jika menggunakan nilai kecepatan NMO yang lebih
kecil dari semestinya maka lengkung hiperbola akan berbalik melengkung ke atas atau disebut overcorrection. Lengkung hiperbola tidak akan menjadi datar
jika kecepatan NMO yang digunnakan terlalu besar, hal ini disebut undercorrection.
Gambar 2.8. a hiperbola refleksi b NMO yang tepat c Overcorrection d Undercorrection
Koreksi NMO hanya efektif dilakukan pada reflektor datar, jika bidang pantul tidak datar maka terjadi pergeseran titik CDP atau biasa disebut
reflector point smearing. Dalam kondisi seperti ini, koreksi NMO disempurnakkan dengan koreksi DMO Dip Move Out. Prinsip koreksi DMO
hampir sama dengan koreksi NMO, namun dalam koreksi DMO diperhitungkan juga kemiringan bidang pantul. Sehingga dengan koreksi
DMO ini membuat dispersi titik pantul menghilang, dan rasio sinyal terhadap noise meningkat.
2.7.9. Residual Statik
Kesalahan perkiraan penentuan kecepatan dan kedalaman pada weathering layer saat melakukan koreksi statik dan adanya sisa deviasi static
pada data seismik serta Data Uphole dan First break yang sangat buruk juga dapat mempengaruhi kelurusan reflektor pada CDP gather sehingga saat
stacking akan menghasilkan data yang buruk. Pada prinsipnya perhitungan residual statik didasarkan pada korelasi data seismik yang telah terkoreksi
NMO dengan suatu model. Dimana model ini diperoleh melalui suatu Picking Autostatic Horizon yang mendefinisikan besar pergeseran time shift yang
dinyatakan sebagai statik sisa yang akan diproses
[3]
.
2.7.10. Stacking
Proses stacking adalah menjumlahkan seluruh komponen dalam satu CDP gather, seluruh trace dengan koordinat midpoint yang sama dijumlahkan
menjadi satu trace. Setelah semua trace dikoreksi static dan dinamik, maka di dalam format CDP gather setiap refleksi menjadi horizontal dan noise-
noisenya tidak horizontal, seperti groundroll dan multiple. Hal tersebut dikarenakan koreksi dinamik hanya untuk reflector-reflektornya saja. Dengan
demikian apabila trace-trace refleksi yang datar tersebut disuperposisikan stack dalam setiap CDP-nya, maka diperoleh sinyal refleksi yang akan saling
menguatkan dan noise akan saling meredam, sehingga SN ratio naik.
Kecepatan yang diperoleh dari stacking ini adalah stacking velocity. Stacking velocity adalah kecepatan yang diukur oleh hiperbola NMO
[9]
.
Gambar 2.9. Proses Stacking setelah koreksi NMO
BAB III METODE PENELITIAN
Bab ini membahas pelaksanaan penelitian mulai dari tahap awal pengolahan data hingga didapat data yang siap untuk dilakukan proses analisa
kecepatan. Tahap awal pengolahan data dimulai dengan melakukan Input data kedalam software ProMAX 2003.3.1. Tahap selanjutnya adalah bagian penting
pada pengolahan data yaitu proses Geometry Matching, Editing, Static Correction, dan Preprocessing. Lalu akan dibahas tentang teknik analisa
kecepatan dengan metode Semblance yang akan diterapkan pada software. Akan di jelaskan juga parameter penting dalam koreksi NMO yang nantinya akan
digunakan untuk proses Stacking.
3.1. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Minyak dan Gas bumi LEMIGAS Cipulir selama tiga bulan sejak tanggal 1 Mei
hingga 1 Agustus 2011.
3.2. Peralatan dan Bahan Penelitian
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Data X daerah Kalimantan dengan mengambil satu line, yaitu LINEXX. Sedangkan alat yang di gunakkan
dalam penelitian ini adalah seperakat komputer dengan spesifikasi : Intel Quad Core 3 GHz, 500 GB Hardisk, 3 GB Memory, dan 1 GB Video Memory. Software
khusus yang digunakkan adalah ProMAX 2003.3.1, software ini terintegrasi pada