Landasan Teori Faktor Risiko Kejadian Penyakit Jantung Koroner (PJK) pada Lansia Berobat Jalan di RSUD Langsa Tahun 2014

2.3. Landasan Teori

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Malau Mutiara Aini, 2010 mengenai Hubungan Penyakit Jantung Koroner dengan Tingkat Hipertensi di RSUP H.Adam Malik, menunjukkan hasil bahwa pada pasien rawat inap penyakit jantung koroner dan Hipertensi di RSUP H. Adam Malik tahun 2010 yang positif mengalami Penyakit Jantung Koroner PJK dan memiliki riwayat Hipertensi dijumpai sebanyak 32. Dari hasil uji Chi Square diperoleh adanya hubungan yang signifikan secara statistik antara kejadian PJK dengan tingkat Hipertensi p = 0,001 p = 0,1. Penelitian yang dilakukan oleh Pane, 2013 mengenai Perilaku Merokok Pasien Penyakit Jantung Koroner PJK di Klinik Bambu Dua Medan, menunjukkan hasil bahwa, dari 97 pasien Penyakit Jantung Koroner PJK, diperoleh hasil bahwa tingkat pengetahuan terhadap rokok berada dalam kategori baik, yaitu 81.4, sedangkan kategori cukup 14.4 dan kategori kurang 4.1. Hasil uji sikap diperoleh kategori cukup sebesar 56.7, baik 43.3, serta tidak ada dalam kategori kurang. Untuk tindakan merokok sebelum dan sesudah PJK diperoleh hasil berturut-turut adalah 36.1 dan 93 dalam kategori baik, 15.5 dan 3.1 dengan kategori cukup, serta 48.5 dan 3.1 untuk kategori kurang. Disamping itu juga penelitian yang dilakukan oleh Mugin rarao,2011 mengenai Gambaran Diabetes Melitus Pada Pasien Penyakit Jantung Koroner Di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik. Menunjukkan hasil penelitian dianalisa dengan menggunakan Chi Kuadrat, dan didapati daripada analisis p = 0.01. Terdapat 22 orang penderita Penyakit jantung Koroner yang merupakan pasien diabetes Universitas Sumatera Utara mellitus DM sementara 11 orang pasakit jantung lainnya yang merupakan pasien diabetes mellitus DM. Penelitian menunjukkan bahawa terdapat hubungan yang bermakna antara Diabetes Melitus dan kejadian penyakit jantung koroner. Adapun penelitian yang dilakukan oleh Furqan, 2013 mengenai Faktor yang Dapat Dimodifikasi Dan Tidak Dapat Dimodifikasi Pada Penderita Sindroma Koroner Akut Di RSUP. H. Adam Malik Medan Tahun 2011 menunjukkan hasil bahwa Dari 72 penderita SKA yang diteliti lebih banyak terjadi pada kelompok usia 46-59 tahun 43,1 dan laki-laki 73,6. Didapati persentase frekuensi kejadian faktor yang dapat dimodifikasi dari persentase yang terbesar hingga persentase terkecil sebagai berikut merokok 58,3, hipertensi 55,6, diabetes melitus 40,3, dan hiperkolesterolemia 11,1. Dan dari data karakteristik faktor risiko, penderita SKA di RSUP. HAM sebagian besar memiliki faktor risiko yaitu merokok 23,6 dan merokok dengan hipertensi 15,3. Sebagian besar penderita SKA merupakan laki- laki, memiliki ≥2 faktor risiko dan pada kelompok umur 46 -59 tahun. RSUP HAM diharapkan lebih memberikan perawatan intensif pada pasien yang memiliki ≥2 faktor risiko dan pada kelompok umur 46-59 tahun. Universitas Sumatera Utara

2.4. Kerangka Teori