Tabel 2.1. Golongan Usia Penderita Penyakit Jantung Koroner dan Kontrol Golongan Umur
PJK Kontrol
n n
30-39 6
12,8 6
12,8 40-49
8 17,0
8 17,0
50-59 20
42,5 20
42,5 60-69
6 12,8
6 12,8
≥70 7
14,9 7
14,9
Jumlah 47
100,0 47
100,0
Risiko penyakit jantung koroner pada penurunkan kadar kolesterol pada usia tua sangat bermanfaat. Hal tersebut dibuktikan dengan penurunkan kadar  kolesterol
total 1 pada penderita, maka terjadi penurunan 2 serangan jantung sehingga bila kadar kolesterol dapat diturunkan 15 maka risiko penyakit jantung koroner akan
berkurang 30. Fuqan,2011
2.2.9. Faktor-faktor  Resiko PJK yang  Dapat di Modifikasi 1. Merokok
Pada saat ini merokok telah dimasukkan sebagai salah satu faktor  resiko utama Penyakit Jantun Koroner disamping hipertensi dan hiperkolesterolami. Orang
yang merokok  20 batang perhari dapat mempengaruhi atau memperkuat efek dua faktor utama resiko lainnya. Rizki,2012
Penelitian Framingham mendapatkan kematian mendadak akibat penyakit jantung koroner PJK  pada laki-laki perokok 10X lebih besar dari pada bukan
perokok dan pada perempuan perokok 4.5X lebih dari pada bukan perokok. Efek rokok adalah Menyebabkan beban miokard bertambah karena rangsangan oleh
katekolamin dan menurunnya komsumsi 02 akibat inhalasi co atau dengan perkataan
Universitas Sumatera Utara
lain dapat menyebabkan Tahikardi, vasokonstrisi pembuluh darah, merubah permeabilitas dinding pembuluh darah dan merubah 5-10  Hb menjadi carboksi –
Hb. Disamping itu dapat menurunkan HDL  High-Density Lipoprotein  kolesterol tetapi mekanismenya belum jelas . Makin banyak jumlah rokok yang dihidap, kadar
HDL  High-Density Lipoprotein  kolesterol makin menurun. Perempuan yang merokok penurunan kadar HDL High-Density Lipoprotein kolesterolnya lebih besar
dibandingkan proinflamasi.Yusnidar,2010 Disamping itu meningkatkan level produk oksidasi termasuk Low-Density
Lipoprotein LDL-Oks dan menurunkan kolesterol HDL High-Density Lipoprotein. Tobacco glycoprotein juga menunjukkan sebagai bahan mitogenik pada kultur
pembuluh darah halus sel otot sapi dan terdapat perubahan factor hemostasis seperti meningkatnya  faktor  VIII RAGE Receptor Advance Glycation End Products  dan
agregasi trombosi terhadap adenosine diphosphate.Yusnidar,2010 Merokok tembakau atau perokok pasif dlm jangka waktu yang lama akan
meningkatkan risiko penyakit jantung koroner  dan serangan jantung. Merokok memicu pembentukan plak pada arteri. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa
merokok dapat meningkatkan risiko penyakit jantung koroner  dengan cara menurunkan level kolesterol HDL  High-Density Lipoprotein.  Semakin banyak
merokok semakin besar risiko terkena serangan jantung. Studi menunjukkan jika berhenti merokok maka akan menurunkan setengah dari risiko serangan jantung
selama setahun. Keuntungan berhenti merokok terjadi tidak peduli seberapa lama merokok atau seberapa banyak merokok Eko,2012.
Universitas Sumatera Utara
2. Hipertensi
1. Pengertian Hipertensi didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan
sistoliknya di atas 140 mmHg  Milimeter Hidragirum    dan tekanan diastolik  diatas 90 mmHg Milimeter Hidragirum. Pada populasi lanjut usia, hipertensi didefinisikan
sebagai tekanan sistolik 160 mmHg Milimeter Hidragirum  dan tekanan diastolik 90 mmHg Milimeter Hidragirum. Hipertensi diartikan sebagai peningkatan tekanan
darah secara terus menerus sehingga melebihi batas normal. Tekanan darah normal adalah 11090 mmHg. Hipertensi merupakan produk dari resistensi pembuluh darah
perifer dan kardiak output  Fatimah,2012 Menurut penelitian yang dilakukan oleh Malau Mutiara Aini, 2010
mengenai Hubungan Penyakit Jantung Koroner dengan Tingkat Hipertensi di RSUP H.ADAM MALIK, menunjukkan hasil bahwa pada  pasien rawat inap penyakit
jantung koroner dan Hipertensi di RSUP H. Adam Malik tahun 2010 yang positif mengalami PJK dan memiliki riwayat Hipertensi dijumpai sebanyak 32. Dari hasil
uji  Chi Square diperoleh adanya hubungan yang signifikan secara statistik  antara kejadian PJK dengan tingkat Hipertensi p = 0,001  p = 0,1.
2. Klasifikasi Hipertensi Berdasarkan penyebab dikenal dua jenis hipertensi, yaitu : Hipertensi primer
esensial Adalah suatu peningkatan persisten tekanan arteri yang dihasilkan oleh ketidakteraturan mekanisme kontrol homeostatik  normal, Hipertensi ini tidak
diketahui penyebabnya dan mencakup + 90  dari kasus hipertensi. Hipertensi
Universitas Sumatera Utara
sekunder Adalah hipertensi persisten akibat kelainan dasar kedua selain hipertensi esensial. Hipertensi ini penyebabnya diketahui dan ini menyangkut + 10 dari kasus-
kasus hipertensi Furqan,2011. Berdasarkan bentuk hipertensi, yaitu hipertensi diastolic, campuran, dan
sistolik. Hipertensi diastolik  diastolic hypertension yaitu peningkatan tekanan diastolik  tanpa diikuti peningkatan tekanan sistolik. Biasanya ditemukan pada anak-
anak dan dewasa muda.Hipertensi campuran sistol dan diastol yang meninggi yaitu peningkatan tekanan darah pada sistol dan diastol. Hipertensi sistolik isolated
systolic hypertension yaitu peningkatan tekanan sistolik tanpa diikuti peningkatan tekanan diastolik Umumnya ditemukan pada usia lanjut Agri,2012.
Hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya didefinisikan sebagai hipertensi esensial atau hipertensi primer untuk membedakan dengan hipertensi lain yang
sekunder karena sebab-sebab yang diketahui. Hipertensi esensial merupakan 95 dari seluruh kasus hipertensi.Rizki,2012.
Klasifikasi hipertensi pada orang dewasa menurut The Sevent report of The Joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation and Treatment of
High Blood Pressure JNC 7 terbagi menjadi kelompok normal,  prehipertensi, hipertensi derajat 1 dan hipertensi derajat Agri,2012.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.2. Klasifikasi Tekanan Darah Menurut JNC 7 Klasifikasi Tekanan Darah
TDS mmHg TDDmmHg
Normal 120
Dan 80
Prahipertensi 120-139
Atau 80-90
Hipertensi Derajat 1 140-159
Atau 90-99
Hipertensi Derajat 2 ≥160
Atau ≥100
Masih terdapat beberapa klasifikasi menurut WHO dan International Society
Organition , dari European Society of Hypertension ESH bersama European Society of Cardiology. British Hypertension Society BSH serta  Canadian Hypertension
Education Program CHEP tetapi umumnya digunakan Joint National Committee JNC 7.Agri,2012
Risiko terjadinya penyakit jantung koroner dua kali lipat pada pasien hipertensi. Hipertensi kurang menunjukkan risiko penyakit jantung iskemik pada
populasi risiko rendah seperti pada negara  berkembang, dimana hipertensi berhubungan dengan stroke hemoragik dan gagal ginjal.Rizki,2012
a. Mekanisme kerusakan vaskular pada hipertensi.
Penyebab kerusakan vaskular  dapat melalui akibat langsung dari kenaikan tekanan darah pada organ atau karena efek tidak langsung antara lain adanya ang II,
stress oksidatif, dan ekspresi Reactive Oxygen Species
ROS yang
berlebihan.Agri,2012.
Universitas Sumatera Utara
Peran  Renin-Angiotensin System RAS  sebagai  sistem  endokrin yang mempengaruhi tekanan darah  dan regulasi elektrolit sudah diketahui sebelumnya.
Gangguan pada sistem  ini dapat menyebabkan hipertensi, penyakit ginjal, dan gagal jantung kongestif. .Agri,2012
Perkembangan terbaru menjelaskan bahwa Ang II lebih dari sekedar hormon yang bekerja pada sistem hemodinamik dan ginjal tetapi juga bersifat lokal, mediator
aktif yang secara langsung berpengaruh pada endotel dan sel otot polos SMC smooth muscle cell. Ang II merupakan sebagian besar mediator dari stress oksidatif
dan menurunkan aktivitas Nitrous Oxidase  NO. Ang II mengaktifkan oksidasi membrane Agri,2012.
NADPH  Nikotinamid  adenin  dinukleotida pospat tereduksi  oksidasi yang menghasilkan  Reactive Oxygen Species  ROS  berupa superokside dan hidrogen
perokside. Dengan demikian , Ang II memacu ekspresi MCP-1 mRNA pada monosit dan VSMC  Vascular Cell Adhesion Molecule  keadaan ini dihambat oleh
antioksidan intrasel. Ang II memicu terjadinya disfungsi endotel dan mengaktifkan proinflamator VSMC. Mengaktifkan NF-kB nuclear factor dan menstimulasi
ekspresi VCAM Vascular Cell Adhesion Molecule dan mengeluarkan sitokin IL-6 dan TNF-
α , kondisi ini bersinergi pada keadaan dislipidemia dan diabetes mellitus DM Yusnidar,2010.
Ang II juga berfungsi  vasculer  remodelling, bekerja sebagai factor pertumbuhan bifungsional yang memacu peningkatan ekspresi autocrine growth
factor  seperti:  platelet-derived growth factor PDGF , basic fibroblas  growth
Universitas Sumatera Utara
factor, insulin-like growth factor, dan transforming growth factor- β 1 TGF- β1 di
VSMC Vascular smooth muscle cell. Mekanisme lain peran Ang II dalam vascular remodelling dan pembentukan lesi vakular dengan memodulasi migrasi sel vaskular,
menurunkan apoptosis VSMC Vascular smooth muscle cell dan merubah komposisi matrik ekstrasel. Ang II memang dapat mensintesis dan melepaskan matrik
glikoprotein dan MMP. Oleh karena itu Ang II merupakan mediator lokal  vascular remodeling dan pembentukan lesi Agri,2012.
Ang II juga dapat menggangu keseimbangan antara fibrinolitik dan system koagulasi melalui pengaruhnya terhadap endotel. Ang II memacu pembentukan PAI 1
yang di perantarai oleh reseptor angiotensin spesifik di sel endotel. Tissue ACE juga menurunkan produksi tPA melalui degradasi bradikinin yang merupakan stimulator
kuat produksi tPA di endotel. Aksi dari tissue ACEAng II pada sistem  fibrinolitik dan mempercepat perkembangan keadaan protrombik Yusnidar,2010.
Terdapat beberapa penelitian yang menunjukkan bahwa individu dengan hipertensi memiliki banyak plak pada aorta dan arteri koronaria dibandingkan
individu dengan tekanan darah normal pada semua usia dan kedua jenis kelamin. Kerusakan  endotelial  secara langsung akibat kekuatan tekanan darah  dimungkinkan
sebagai penyebab, namun hal itu merupakan area shear yang rendah pada daerah vaskuler dengan aliran turbulensi lokal  dan kontak yang lama antara unsur  darah
dengan endohelium yang terlibat Agri,2012.
Universitas Sumatera Utara
3.  Aktifitas Fisik
Kurang melakukan aktivitas  fisik juga merupakan sebab timbulnya PJK. Sejumlah riset menyimpulkan bahwa orang yang kurang berolah raga memiliki resiko
relatif  2 kali lebih besar di bandingkan orang yang secara teratur berolah raga. Manfaat utama kegiatan fisik adalah untuk mengurangi kebutuhan oksigen
miokardium untuk suatu beban kerja sub maksimal yang berarti meningkatkan kapasitas fungsional jantung. Agri,2012
Ditinjau dari fisiologis, kegiatan jasmani dengan cara berolah raga akan meningkatkan rasa percaya diri, menstabilkan emosi, mengurangi depresi, dan
kecemasan. Dampak positif lainnya adalah mengendalikan faktor  resiko seperti dislipidemia, mengurangi rokok, kadar gulah darah, dan mengurangi hipertensi
Rizki,2012. Aktivitas fisik berupa olahraga, kegiatan harian bahkan menari yang
dilakukan secara rutin bermanfaat untuk mencegah aterosklerosis timbunan lemak di dinding pembuluh darah. Hal itu terbukti dari autopsy juara maraton  Boston tujuh
kali, Clarence deMar, yang menunjukkan ukuran pembuluh darah koronernya dua sampai tiga kali ukuran normal serta tak ditemukan adanya stenosis penyempitan
pembuluh darah yang signifikan meski meninggal dalam usia 69 tahun Eko,2012. Menurut Ketua Bagian Kardiologi FKUI, aktivitas fisik terutama aerobik
meningkatkan aliran darah yang bersifat gelombang yang mendorong peningkatan produksi nitrit oksida NO serta merangsang pembentukan dan pelepasan endothelial
Universitas Sumatera Utara
derive relaxing factor EDRF, yang merelaksasi dan melebarkan pembuluh darah Agri,2012.
Aliran darah koroner dalam keadaan istirahat sekitar 200 ml per menit empat persen dari total curah jantung. Penelitian di laboratorium menunjukkan,
peningkatan aliran darah 4 ml per menit sudah mampu menghasilkan NO untuk merangsang perbaikan fungsi endotel lapisan dinding pembuluh darah. Aktivitas
fisik sedang berupa senam atau  jalan kaki yang meningkatkan aliran darah menjadi 350 ml per menit naik 150 ml per menit sudah lebih dari cukup untuk
menghindarkan endotel pembuluh darah dari proses aterosklerosis. Namun, manfaat itu baru bisa  didapat jika peningkatan aliran darah lewat aktivitas fisik berlangsung
secara teratur dalam waktu cukup lama 20 menit sampai satu jam serta dilakukan secara teratur seumur hidup Eko ,2012.
4. Obesitas
Beberapa penelitian prospektif telah memeriksa hubungan antara obesitas dan penyakit  kardiovaskuler. Di antara 5.000 penduduk Framingham, Massachusetts,
peningkatan berat badan relatif  disertai dengan kenaikan bermakna dalam kematian mendadak dan angina pectoris. Dari penelitian prospektif lain mengenai faktor resiko
dan penyakit kardiovaskular, kelebihan berat badan di hubungkan dengan kematian mendadak, khususnya pada pria berusia  di bawah 40 tahun. Pemenuhan berat badan
dapat secara bermakna menurunkan beberapa faktor  resiko penyakit kardivaskular. Pada penelitian Framingham, jumlah penurunan berat badan ini menurunkan
Universitas Sumatera Utara
kolesterol 11 mgdl, glukosa 2 mgdl, asam urat 0,4 mgdl dan tekanan darah sistolik 5 mgdl Rizki,2012.
Obesitas  menjadi  epidemi global  pada anak-anak  dan orang dewasa.  Hal ini terkait dengan berbagai komorbiditas seperti penyakit kardiovaskular Cardiovaskular
Diseeses CVD, diabetes tipe 2, hipertensi, kanker tertentu, dan apnea tidur  tidur- gangguan pernapasan.  Bahkan,  obesitas  merupakan faktor  risiko independen untuk
Cardiovaskular Diseeses CVD,  dan risiko  Cardiovaskular Diseeses  CVD  juga telah  didokumentasikan  pada anak-anak  obesitas.  Obesitas dikaitkan dengan
peningkatan risiko  morbiditas dan mortalitas  serta  harapan hidup  berkurang http:circ.ahajournals.orgcontent1136898.long  Obesity and Cardiovascular
Disease: Pathophysiology, Evaluation, and Effect of Weight Loss. Penggunaan  pelayanan kesehatan  dan  biaya medis yang berkaitan  dengan
obesitas dan penyakit terkait telah meningkat secara dramatis dan diperkirakan akan terus meningkat. Selain profil metabolik yang berubah, berbagai adaptasi  perubahan
dalam  struktur  jantung  dan fungsi  terjadi pada  individu sebagai  jaringan adiposa terakumulasi dalam jumlah berlebih, bahkan tanpa adanya komorbiditas. Oleh karena
itu, obesitas dapat mempengaruhi jantung melalui pengaruhnya terhadap faktor-faktor risiko yang diketahui  seperti  dislipidemia,  hipertensi,  intoleransi glukosa,  penanda
inflamasi,  obstruktif  sleep apnea    hipoventilasi,  dan negara  prothrombotic,  selain yang belum  diakui  mekanisme.  Secara keseluruhan,  kelebihan berat badan  dan
obesitas  predisposisi  atau  berhubungan  dengan berbagai  komplikasi jantung  seperti
Universitas Sumatera Utara
penyakit jantung koroner, gagal jantung, dan kematian mendadak karena dampaknya
terhadap sistem kardiovaskular.
5. Diabetes Melitus DM http:circ.ahajournals.orgcontent1136898.long.
Diabetes Melitus DM adalah suatu keadaan yang ditandai dengan kadar gula darah yang melebihi normal. Menurut kriteria WHO 1985, kadar gula darah normal
waktu puasa tidak boleh melebihi 120 mgdl dan kadar gula darah 2 jam setelah makan kurang dari 200 mg dl. Penderita diabetes mellitus DM  memiliki resiko
relatif  2 kali lebih besar terkena penyakit jantung koroner PJK  dibandikan yang bukan diabetes mellitus Agri,2012.
Menurut smeiltzer and bare 2002, Hubungan antara tingginya kadar glukosa dan meningkatnya penyakit jantung koroner telah terbukti. Hiperglikemia
menyebabkan peningkatan agregasi trombosit, yang dapat menyebabkan pembentukan  trombus. Control hiperglikemia tanpa modifikasi faktor resiko lainnya
tidak akan menurunkan resiko penyakit jantung koroner Rizki,2012. Menurut Supriyono 2008, yang dimaksud dengan penderita DM dengan
kadar gula darah puasa 120 mgdl atau kadar gula sewaktu 200 mgdl akan cenderung mengalami aterosklerosis pada usia yang lebih dini dan penyakit yang
ditimbulkan lebih cepat dan lebih berat pada penderita diabetes dari pada nondiabetes. Pada keadaan ini, insulin berdampak penting dalam metabolisme  lipid
dan kelainan-kelainan lipid pada penderita diabetes. Selain meupakan faktor  risiko penyakit jantung koroner, diabetes berkaitan dengan adanya abnormalitas
Universitas Sumatera Utara
metabolisme  lipid, obesitas, hipertensi sistemik dan peningkatan trombogenesis peningkatan tingkat adhesi platelet dan peningkatan kadar fibrinogen.
2.2.10. Pencegahan