5.1.2. Pengaruh Faktor Risiko Aktifitas Fisik dengan Kejadian PJK pada Lansia
Berdasarkan penelitian di RSUD Langsa diketahui bahwa orang yang menderita PJK dan tidak cukup aktifitas fisik sebanyak 41 orang 60,3. Sedangkan
orang yang tidak menderita PJK dan tidak cukup aktifitas fisik sebanyak 27 orang 39,7. Berdasarkan analisis pengaruh antara aktifitas fisik terhadap kejadian PJK,
diperoleh nilai p= 0,032 dengan OR = 2.163. Hal ini berarti bahwa orang yang menderita PJK 2,163 kali perkiraan kemungkinan tidak cukup aktifitasnya
dibandingkan dengan yang tidak menderita PJK. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian sebelumnya Hermansyah,2009
Intensitas aktifitas fisik responden penderita PJK semuanya adalah ringan. Aktifitas fisik dianjurkan terhadap setiap orang untuk mempertahankan dan meningkatkan
kesegaran tubuh. Aktifitas fisik berguna untuk melancarkan peredaran darah dan membakar kalori dalam tubuh. Disamping itu, usia 60-70 tahun mempunyai aktifitas
yang tergolong tinggi sedangkan umur 70 tahun cenderung rendah. Salah satu faktor yang sangat berperan dalam mempertahankan kondisi fisik adalah olahraga atau
melaksanakan kegiatan fisik secara teratur disamping mengkonsumsi makanan yang seimbang.
Tekanan darah meningkatkan risiko PJK,karena kenaikan tekanan darah menyebabkan meningkatnya tekanan terhadap dinding arteri, dan mengakibatkan
kerusakan endotel, yang memicu aterosklerosis. Juga memungkinkan perubahan aterosklerotik pada dinding pembuluh darah menyebabkan kenaikan pembuluh darah
Nababan, 2008.
Universitas Sumatera Utara
5.1.3. Pengaruh Faktor Risiko Obesitas dengan Kejadian PJK pada Lansia
Berdasarkan penelitian di RSUD Langsa diketahui bahwa orang yang menderita PJK dan mengalami obesitas sebanyak 42 orang 57. Sedangkan orang
yang tidak menderita PJK dan tetapi mengalami obesitas sebanyak 24 orang 32. Hasil analisis pengaruh antara obesitas terhadap kejadian PJK, diperoleh nila
p=0,005, hal ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang bermakna antara obesitas terhadap kejadian PJK p0,05. Dari hasil analisis diperoleh nilai OR =
2,734. Hal ini berarti bahwa orang yang menderita PJK, 2,734 kali perkiraan kemungkinan mengalami obesitas dibandingkan dengan yang tidak menderita PJK.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian sebelumnya Mira rosmiatin, 2012 yang menyatakan bahwa terdpat hubungan yang bermakna antara obesitas
dengan PJK pada wanita lansia p0,05. Serta sejalan juga dengan teori yang menyatakan bahwa obesitas akan menambah beban kerja jantung dan terutama
adanya penumpukan lemak di bagian sentral tubuh akan meningkatkan risiko PJK Soegih,2009.
Obesitas berhubungan dengan berbagai faktor risiko terjadinya penyakit kardiovaskular,masih terdapat banyak pertanyaan yang belum terjawab terkait
obesitas. Berbagai studi diatas hanya memberikan gambaran akan adanya hubungan protektif obesitas pada pasien gagal jantung, namun belum dapat memberikan
rekomendasi kepada klinisi tentang tata laksana terkait berat badan yang optimal pada kasus gagal jantung. Studi lanjutan perlu dilakukan untuk mendeskripsikan secara
terperinci hubungan komposisi tubuh dengan prognosis gagal jantung, mekanisme
Universitas Sumatera Utara
yang mendasari fenomena paradox obesitas dan strategi penentuan berat badan optimal pada pasien gagal jantung.Alvin Nursalim,2011.
5.1.4. Pengaruh Faktor Risiko Diabetes Melitus dengan Kejadian PJK pada Lansia