Nelvin Silitonga : Pola Makan Dan Aktivitas Fisik Pada Orang Dewasa Yang Mengalami Obesitas Dari Keluarga Miskin Di Desa Marindal II Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang Tahun 2008, 2008.
USU Repository © 2009
hanya diperlukan untuk aktivitas atau kegiatan berat tetapi juga untuk berfungsinya organ-organ tubuh. Jumlah energi yang dicerna dari makanan diukur dalam kalori dan
kebutuhan kalori harian seseorang akan bergantung pada usia, jenis kelamin, tingkat kegiatan, laju metabolisme dan iklim dimana seseorang tinggal Sediaoetama, 1996.
Dimasa dewasa akan terdapat banyak situasi berbahaya yang memungkinkan seseorang untuk makan secara berlebihan, dan pada masa dewasa kegiatan ataupun
aktivitasnya sering sekali menurun tetapi hal ini tidak diikuti oleh pengurangan jumlah konsumsi makanan, apalagi setelah menikah orang cenderung kurang peduli
akan berat tubuh mereka Anonimous, 2002. Kebiasaan makan yang dimulai pada masa kanak-kanak cenderung bertahan
sepanjang kehidupan dewasa. Dengan kebebasan untuk memilih, orang dewasa dapat cenderung memakan apa saja yang memuaskan baginya, seperti mengkonsumsi
makanan manis yang bukan sehat dari sudut gizi. Pola makan abnormal yang bisa menjadi penyebab obesitas ada dua yaitu
makan dalam jumlah sangat banyak birge dan makan di malam hari sindrom makan pada malam hari. Kedua pola makan ini biasanya dipicu oleh stres dan
kekecewaan. Apabila keadaan ini berlanjut dan tidak terkontrol serta makanan yang dikonsumsi tinggi maka akan menimbulkan kebiasaan makan yang tidak baik dan
dapat menyebabkan kenaikan berat badan bahkan obesitas Mutadin, 2004.
2.2.1 Pola Makan Dilihat dari Susunan Makanan dan Frekuensi Makan Orang
Dewasa
Dalam 13 Pesan Dasar Gizi Seimbang, manusia diharapkan memakan makanan yang beraneka ragam. Makin beragam jenis makanan yang dikonsumsi akan
Nelvin Silitonga : Pola Makan Dan Aktivitas Fisik Pada Orang Dewasa Yang Mengalami Obesitas Dari Keluarga Miskin Di Desa Marindal II Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang Tahun 2008, 2008.
USU Repository © 2009
semakin baik, karena tidak ada satu makanan yang menyediakan semua unsur yang dibutuhkan Wirakusumah, 2000.
Di dalam setiap jenis bahan makanan, terkandung zat gizi dimana jenis dan jumlahnya sangat bervariasi antara jenis bahan makanan yang satu dengan yang
lainnya. Suatu jenis bahan makanan paling sedikit mengandung satu jenis zat gizi dengan kadar yang relatif berbeda-beda, ada yang rendah, sedang, atau tinggi. Dalam
kehidupan sehari-hari boleh dikatakan tidak ada orang yang mengkonsumsi hanya satu jenis bahan makanan, tetapi terdiri dari beberapa jenis. Orang yang
mengkonsumsi hidangan makanan yang terdiri dari campuran berbagai jenis bahan makanan akan memperoleh zat gizi beraneka ragam yang terkandung dalam makanan
yang bersangkutan. Ini berarti kebutuhan individu akan berbagai jenis zat gizi dapat lebih dijamin pemenuhannya dengan cara mengkonsumsi makanan yang beraneka
ragam Suhardjo, 1998. Setiap bahan makanan mempunyai susunannya yang berbeda-beda. Ada yang
kaya akan satu jenis zat gizi, sebaliknya ada yang miskin akan zat gizi. Pilihan yang luas terhadap kelompok pangan yang berbeda-beda akan memberi jaminan
perlindungan terhadap defisiensi zat-zat esensial. Unsur-unsur zat gizi akan saling melengkapi satu sama lain. Kekurangan zat gizi dari bahan pangan yang satu akan
ditutupi bahan pangan yang lain. Misalnya mengkombinasikan sumber karbohidrat yang berupa jagung, umbi-umbian, atau sagu dengan ikan dan kacang-kacangan
sebagai sumber protein dan sayuran sebagai sumber vitamin dan mineral Sediaoetama, 1996.
Nelvin Silitonga : Pola Makan Dan Aktivitas Fisik Pada Orang Dewasa Yang Mengalami Obesitas Dari Keluarga Miskin Di Desa Marindal II Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang Tahun 2008, 2008.
USU Repository © 2009
Pada masa dewasa obesitas sering terjadi, seperti contoh seorang ibu rumah tangga yang juga seorang wanita karier, disaat usianya 30 tahun merupakan saat yang
mantap dalam karirnya, dan akan sering mengikuti pertemuan-pertemuan seperti acara rapat yang diselingi dengan makan siang ataupun makan malam yang tak luput
dari makanan-makanan lezat seperti bistik daging, rendang, spaghetti dan gulai daging. Frekuensi dan waktu makannya pun terkadang melebihi dari frekuensi makan
ideal yaitu sekali makan pagi, siang dan makan malam. Hal ini disebabkan juga oleh adanya masalah-masalah yang terjadi di dalam keluarga ataupun pekerjaan yang
mendorong seseorang untuk mengkonsumsi makanan melebihi dari tiga kali dalam sehari Anonimous, 2002.
2.2.2 Konsumsi Energi Orang Dewasa