Profil Perusahaan GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB III GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

A. Profil Perusahaan

Pada tanggal 25 Agustus 1938 lahirlah seorang anak laki- laki yang mungil dari Bapak Bachtiar dan Ibu Fatimah. Dimana pada masa itu suasana ekonomi masih sangat memprihatinkan. Hari demi hari, bulan berganti bulan, tahunpun berganti tahun anak laki-laki yang dahulu ditempa, dididik, digemleng dengan suasana yang memprihatinkan, tumbuh dengan kematangan berpikir dan bertindak. Timbullah keinginan beliau untuk menunjukkan kepada orang tuanya bahwa dia sanggup berbuat sesuatu untuk kedua orang tuanya. Bermula dari usaha kecil-kecilan yang dilakukannya silih berganti dengan berbagai cobaan dan rintangan dia lalui, timbullah keinginan untuk membuat sesuatu usaha yang paling dibutuhkan manusia. Terbesit dalam lubuk hati kecilnya untuk membuat rumah makan. Dia berpikir pasti manusia pasti butuh akan makan. Dimulai dari usaha pinggir jalan sampai keinginan untuk membuat rumah makan yang lebih bagus lagi yaitu dengan mendirikan restoran. Bapak H. Bachtar mempunyai anak kandung yang bernama Pak Zulhelfi. Almarhum H. Bachtar merupakan seorang pengusaha Minang di Medan yang besar karena tempaan waktu dan pengalaman. Ia membesarkan bisnisnya by instinc. Tak ada ijazah formal yang dapat ditunjukkannya kecuali “sertifikat hidup” bernama kerja keras dan tekad yang mirip baja. Ia tidak hanya keras pada bisnisnya, tapi juga pada “seseorang” yang kelak akan meneruskan perkembangan restorannya. Seseorang itu tak lain adalah anak lelaki satu-satunya, yaitu Zulhelfi Universitas Sumatera Utara sendiri. Pak Bachtar benar-benar keras mengajarkan kepada Zulhelfi bagaimana caranya agar menjadi orang sukses maka beliau selalu menyuruh Zulhelfi selalu berada di restoran. Bapak Bachtar juga tidak meminta Zulhelfi mengurusi satu bagian tertentu, pokoknya Zulhelfi harus ada di restoran. Rupanya, sejak masa itu, proses penggemblengan sudah dimulai. Zulhelfi sedang dicekoki kuliah bisnis dalam ruang kelas bernama Restoran Garuda, agar kelak siap menjadi pangeran bisnis keluarganya. Walaupun dongkol, ia sempat menyaksikan sendiri orang- orang yang menghitung uang di kasir, menghidangkan makanan, hingga proses di dapur. “Sekarang, Zulhelfi baru sadar apa yang diinginkan Bapaknya. Dia mengajari Zulhelfi lebih dari apapun yang diajarkan sekolah. Garuda adalah cerita sukses. Tapi H. Bachtar tidak memetiknya seperti mangga matang di pohon. Sebelumnya ia telah gulung tikar sebagai penjual kapur barus, kain dan berbagai barang jualan sekelas kaki lima. Sampai suatu hari, seorang familinya di Palembang yang juga mendirikan restoran, memotivasinya untuk membuka usaha yang sama di Medan. Pada suatu hari di tahun 1976, H. Bachtar lantas pulang dengan menumpang pesawat Garuda Airways ke Medan. Namun ketika hendak landing di Polonia, tiba-tiba terjadi masalah teknis yang membuat pesawat harus berputar-putar lebih lama di udara. Pada saat itu sempat terjadi kepanikan, dan almarhum H. Bachtar justru mendapat ilham untuk menamakan restorannya kelak dengan nama Restoran Garuda. Pada tahun 1976 itu juga, H. Bachtar dengan mengajak seorang temannya bernama H. Abdul Muluk alm membuka Rumah Makan Garuda pertama di Jalan Pemuda Medan. Kini outlet itu telah tutup. Pada tahun 1992, kedua rekan itu sepakat untuk mengembangkan usaha masing-masing. H. Bachtar terus dengan Universitas Sumatera Utara Restoran Garuda dan H. Abdul Muluk mengembangkan Restoran Cendana. Sayang sekali, Restoran Cendana tidak dapat bertahan dengan baik. Pada tahun 1976 keinginan itupun terwujud dengan berdirinya Restoran Garuda jl. Pemuda yang dikenal dengan Restoran Garuda I, tetapi keinginannya itu tidak sampai disitu saja, dia ingin mengembangkan Restoran Garuda di kota Medan pada khususnya dan diluar kota Medan pada umumnya. Berselang 2 tahun tepatnya pada tahun 1978 berdirilah Restoran Garuda II yang terletak di Tebing Tinggi. Dengan keseriusan dan usaha yang keras dari rekan- rekannya berdirilah Restoran Garuda III pada tanggal 4 Nopember 1979 di jl. Gatot Subroto Medan. Waktu terus berjalan kematangan dalam berusahapun semakin mantap, keinginan berusaha dan disiplin yang keras mendorong beliau membuka cabang lagi di jl. Gajah Mada No.8 Medan pada tanggal 19 Maret 1983 yang dikenal dengan Restoran Garuda IV. Selanjutnya dengan kondisi yang semakin membaik beliau meresmikan lagi Restoran Garuda V di jl. Palang Merah No.26 A Medan. Keinginan untuk membuka cabang diluar kota semakin tinggi, dengan berbekal penggalaman dan pemahaman yang matang maka timbullah keinginan membuka cabang di Bandar Lampung dan Aceh. Dengan usaha yang keras dibarengi motto TIDAK ADA KATA TIDAK BISA KALAU KITA MAU BERUSAHA, berbekal motto inilah maka berdirilah Restoran Garuda Bandar Lampung dan Restoran garuda di Aceh. Feeling bisnisnya yang tinggi memacunya untuk membangun Restoran Garuda di jl. H. Adam Malik No.14 dan di jl. Nibung Raya no.165 medan. Umurpun bertambah namun kecintaannya terhadap Restoran Garuda tidak bisa dipisahkan dari dirinya, terbukti dengan kerja yang tidak pernah lelah membuahkan hasil yaitu dengan diresmikannya Restoran Universitas Sumatera Utara Garuda jl. A.R. Hakim No.31 Medan dan tanggal 24 September 2004 di resmikannya lagi restoran Garuda jl. Pattimura no.328 Medan. Disaat- saat umur setengah abad lebih sedikit, beliau mulai sakit- sakitan namun jiwa dagang beliau tidak layu dimakan zaman, keinginan beliau untuk membuat Restoran Garuda yang termegah dikota Medan. Namun cita- cita beliau yang luhur tersebut pupuslah sudah, karena hari demi hari kondisi fisiknya semakin lemah dan tak berdaya. Pada tanggal 4 Agustus 1997, seorang Pemimpin, seorang Suami, seorang Ayah, seorang Sahabat, seorang yang sangat kita cintai telah meninggalkan kita semua untuk selama- lamanya, namun sebelum beliau meninggal beliau menitipkan pesan kepada anak- anaknya untuk melanjutkan cita-citanya dan menjaga apa yang telah dirintisnya. Hanya 5 tahun sejak perpisahan usaha mereka, keduanya pun meninggal dunia.Pada tahun 1997, H. Bachtar mewariskan 6 outlet Restoran Garuda di tangan Zulhelfi. Tugas mengembangkan usaha keluarga ini dijawab Zulhelfi dengan menggandakannya menjadi 12 outlet pada hari ini, masing-masing 4 outlet di Jakarta, 1 di Lampung dan 6 di Medan. Prestasi ini tidak diraih Zulhelfi dengan jalan yang mudah. Almarhum H. Bachtar memang telah mewarisinya sebuah unit usaha yang solid. Tapi Zulhelfilah yang harus berfikir selama 25 jam untuk senantiasa berimprovisasi dan berkreasi di tengah kerasnya arus persaingan bisnis kuliner di Indonesia. Bisnis makanan bukanlah arena peperangan yang ramah. Kita tak bisa cuma mengandalkan makanan yang enak agar tetap dibeli konsumen. Masyarakat moderen punya tuntutan lebih pada sektor jasa yang satu ini. Mereka ingin servis yang semakin baik setiap hari. Mereka ingin menikmati makanan dalam suasana Universitas Sumatera Utara yang nyaman dan eksklusif. Beberapa orang bahkan merasa perlu diberi ruang privat untuk sekadar menjamu klien. Nah, Rumah Makan Garuda harus menyesuaikan diri dengan mainstream ini. Zulhelfilah yang bertugas merancang desain, konsep, hingga strategi pemasaran di core bisnis kami. Kerja seperti ini sungguh menantang, Zulhelfi bahkan tidak punya waktu untuk melamun. Walau mengusung tema makanan Minang dan Melayu, outlet Garuda Restoran tampil tak kalah moderennya dengan cafe-cafe ber-brand internasional. Zulhelfi menyadari bahwa sentuhan artistik pada dekorasi dan furniture akan memberi nilai tambah bisnis restorannya, meski ia sendiri belum pernah puas untuk itu. Pada sektor inilah kontribusi terbesar latar akademis Zulhelfi berperan. Sebagai jenderal perang dalam legiun bisnisnya, Zulhelfi memastikan sejumlah tradisi dari sang Bapak tetap berlangsung di Restoran Garuda. Di antaranya, pola hubungan antara pemilik dan karyawan. Dari awal, Restoran Garuda menerapkan sistem bagi hasil yang sesuai syariah. Artinya, karyawan tidak mendapat gaji, tetapi mereka akan mendapat penghasilan berdasarkan pembagian keuntungan. Menurut Zulhelfi, sistem ini punya keuntungan yang signifikan. Pola bisnis syariah sebenarnya lebih aman. Zulhelfi tidak harus melakukan pengawasan yang ketat, karena ini juga perusahaaan mereka. Jadi walau keuntungan pemilik secara nominal berkurang, namun Zulhelfi tidak stres. Tingkat stres ini bisa dialihkan untuk rencana-rencana baru yang progresif. Masih ada sisi lain yang cukup unik dari diri Sang Jenderal. Zulhelfi boleh saja punya segudang rencana dan ambisi yang liar untuk perusahaannya. Tapi untuk urusan uang, pria kelahiran Medan 10 Juli 1962 ini ternyata kurang tertarik. Ia selalu menghindar mengurusi uang perusahaannya. Zulhelfi tidak memegang uang. Universitas Sumatera Utara Adik-adik perempuan Zulhelfilah yang mengurusi soal finansial. Kalau ada uang, Zulhelfi malah jadi pusing. Nanti pasti dipaksa berpikir keras lagi untuk mengerjakan sesuatu. Zulhelfi juga tak punya hobi membeli dan mengoleksi barang-barang mewah. Jadi tak ada alasan Zulhelfi harus pegang uang. Zul tidak punya bakat untuk jadi pangeran genit dan menor yang duduk di singgasana. Dia cenderung pada tipikal Napoleon yang haus penaklukan-penaklukan lebih jauh di arena bisnis. Zulhelfi lantas memaparkan rahasia lain kesuksesan Restoran Garuda, yakni konsistensi kualitas rasa dan bahan baku masakan. Tidak ada sesuatu yang magic dalam resep-resep kami.Yang terpenting adalah kami harus bisa menjamin keseragaman kualitas rasa masakan di semua outlet Restoran Garuda. Agar sampai di level itu, kami selalu memilih bahan baku masakan yang berkualitas tinggi. Zulhelfi tidak peduli berapapun harganya. Hal yang sama berlaku terhadap para chef di dapur Restoran Garuda.Rumah Makan Garuda merotasi para chef di semua outlet agar kepiawaian mereka sampai di kualitas yang sama, sebab pada awalnya taste is about feeling. Setiap tangan chef pasti menghasilkan perbedaan. Untuk soal dapur, Zul tidak main-main. Zulhelfi bahkan membuat semacam sekolah chef sendiri. Di sekolah ini semua calon chef dipersiapkan untuk memahami teknik dasar memasak dan pengenalan menu-menu andalan Restoran Garuda. Beberapa keluarga dan teman-teman yang punya bisnis restoran terkadang minta memakai chef beliau. Rumah Makan Garuda bergerak dibidang mengelolah makanan yang spesifik yaitu Minang dan Melayu, dimana alasan untuk mendirikan rumah makan ini adalah merupakan hasil survey bahwa masih kurangnya sarana rumah makan terutama yang menyediakan makanan Universitas Sumatera Utara spesifik Minang dan Melayu dikota Medan. Dengan melihat kesempatan inilah, maka didirikanlah Rumah Makan Garuda pada tahun 1976. Bidang usaha ini terus berkembang hingga saat ini, dimana terdapat beberapa usaha sejenis yang dikelola oleh pihak lain.

B. Visi dan Misi Perusahaan Visi