Jenis Penelitian Status Gizi Balita Lokasi Dan Waktu Penelitian Instrumen Penelitian

longsor, gunung api, maupun banjir atau daerah yang sebagian besar wilayahnya berupa pesisir. Permasalahan yang dihadapi desa tertinggal antara lain kualitas sumber daya manusia di daerah tertinggal relatif lebih rendah di bawah rata-rata nasional akibat terbatasnya akses masyarakat terhadap kesehatan Kementrian Daerah Tertinggal, 2004.

2.8. Kerangka Konsep

Kondisi desa tertinggal dapat mempengaruhi kondisi ketahanan pangan keluarga baik secara kualitatif maupun kuantitatif dan merupakan penyebab tidak langsung masalah status gizi anak balita. Gambar 2.1. Kerangka Konsep Gambaran Ketahan Pangan Keluarga di Desa Tertinggal Kecamatan Pintupohan Meranti

BAB III METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian Status Gizi Balita

Berdasarkan Indeks - BBU - TBU - BBTB Ketahanan Pangan Keluarga : - Kualitatif - Kuantitatif Desa Tertinggal Pola Makan Anak Balita Universitas Sumatera Utara Jenis Penelitian ini adalah penelitian bersifat deskriptif dengan desain cross sectional yaitu mengetahui gambaran ketahanan pangan keluarga di desa tertinggal Kecamatan Pintupohan Meranti Kabupaten Toba Samosir.

3.2. Lokasi Dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan pada bulan Juli sampai Agustus 2010 di desa tertinggal yaitu desa Meranti Tengah dan Desa Pintupohan Dolok.

3.3. Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh keluarga yang terdapat pada dua desa tertinggal Desa Pintupohan Dolok dan Desa Meranti Tengah. Jumlah kepala keluarga di Desa Meranti Tengah tediri dari 138 keluarga dan jumlah kepala keluarga di Desa Pintupohan Dolok terdiri dari 34 kepala keluarga.

3.3.2. Sampel

Sampel adalah sebagian dari populasi, tehnik pengambilan sampel diambil secara purposive, untuk penelitian ini sampel adalah seluruh keluarga yang mempunyai anak balita yang terdapat di desa tertinggal. Jumlah kepala keluarga yang mempunyai anak balita di Pintupohan Dolok terdiri atas 18 kepala keluarga dan di Desa Meranti Tengah terdiri atas 33 kepala keluarga. Responden dalam penelitian ini adalah ibu rumah tangga. Balita yang menjadi sampel adalah, dari tiap keluarga diambil satu balita dan jika terdapat dua atau lebih balita dalam satu rumah tangga maka yang diambil adalah anak balita dengan umur tertua. Universitas Sumatera Utara

3.4. Jenis Dan Metode Pengumpulan Data

3.4.1. Data Primer

a. Data ketersediaan pangan secara kualitatif diperoleh melalui wawancara langsung dengan responden menggunakan kuesioner yang telah disusun oleh Bickel, dkk 2000. b. Data ketersediaan pangan secara kuantitatif diperoleh dari melalui wawancara dan hasil pencatatan responden ibu dengan menggunakan household food record yaitu menimbang atau mengukur dengan URT seluruh makanan yang ada di rumah termasuk cara pengolahannya yang dilakukan selama satu minggu. c. Data status gizi anak balita dari hasil pengukuran dan hasil wawancara dengan orang tua balita ibu yang meliputi umur anak balita, tinggi badan anak balita diukur dengan microtoise, berat badan diukur dengan timbangan dacin.

3.4.2. Data Sekunder

a. Data sekunder yang diperoleh dari puskesmas meliputi nama dan jumlah balita yang ada di desa Pintupohan Dolok dan Desa Meranti Tengah. b. Data dari kantor camat Pintupohan Meranti dan kepala desa meliputi kondisi demografi kecamatan, batas wilayah kecamatan.

3.5. Instrumen Penelitian

a. Daftar kuesioner ketersediaan pangan. b. Dafar Komposisi Bahan Makanan DKBM. c. Formulir household food record. d. Food processor. Universitas Sumatera Utara e. Microtoise f. Timbangan dacin. 3.6.Defenisi Operasional 1. Ketersediaan pangan kualitatif adalah tingkat kekhawatiran terhadap pemenuhan makanan yang dialami keluarga selama 12 terakhir yang diperoleh dari jawaban responden terhadap pertanyaan dari kuesioner ketersediaan pangan. 2. Ketersediaan pangan secara kuantitatif seluruh bahan makanan yang tersedia dalam rumah tangga selama satu minggu, diasumsikan sebagai banyaknya jumlah energi dan protein yang dikonsumsi keluarga selama satu minggu, dengan cara masing-masing jenis makanan disajikan jumlahkan dan dikonversikan dalam ukuran berat kemudian dihitung energi dan proteinnya. 3. Status gizi anak balita adalah keadaaan gizi anak balita umur 12-59 bulan, yang diukur dengan indeks berat badan terhadap umur BBU, tinggi badan terhadap umur TBU, berat badan terhadap tinggi badan BBTB kemudian dibandingkan dengan standar WHO tahun 2005. 3.7. Aspek Pengukuran 1. Tingkat ketersediaan pangan secara kualitatif diperoleh berdasarkan jawaban responden terhadap pertanyaan dari kuesioner yang disusun oleh Bickel, dkk 2000 Untuk keluarga yang memiliki anak balita dikategorikan sebagai berikut: Universitas Sumatera Utara a. Terjamin : jika ≤ 2 dari 18 pertanyaan yang ada, diantarnya dijawab dengan seringkadang kadang : Ya, dan hampir setiap bulanbeberapa bulan tetapi tidak setiap bulan. b. Rawan kelaparan dikelompokkan atas tiga kategori yaitu : - Rawan kelaparan tingkat ringan : jika 3-7 dari pertanyaan yang ada diantaranya dijawab dengan: seringkadang kadang, ya dan hampir setiap bulan tetapi tidak setiap bulan. - Rawan kelaparan tingkat sedang : jika 8-12 dari 18 pertanyaan yang ada diantaranya dijawab dengan seringkadang kadang, ya dan hampir setiap bulan tetapi tidak setiap bulan. - Rawan pangan pangan tingkat berat : jika 13-18 pertanyaan yang ada diantaranya dijawab dengan; seringkadang kadang, ya dan hampir setiap bulan tetapi tidak setiap bulan. 2. Ketersediaan pangan secara kuantitatif seluruh bahan makanan yang tersedia dalam rumah tangga selama satu minggu, diasumsikan sebagai banyaknya jumlah energi dan protein yang dikonsumsi keluarga selama satu minggu, dengan cara masing-masing jenis makanan disajikan jumlahkan dan dikonversikan dalam ukuran berat kemudian dihitung energi dan proteinnya. Untuk menghitung tingkat konsumsi energi dan protein diolah dengan menggunakan food processor. Kemudian dihitung rata rata konsumsi per harinya dan disesuaikan AKG. Universitas Sumatera Utara Jumlah konsumsi energi dan protein keluarga dihitung dengan melihat jumlah total konsumsi energi dan protein sehari dengan menggunakan rumus : Setelah jumlah konsumsi energi dan protein diperoleh dalam bentuk persen, selanjutnya dikategorikan sebagai berikut Depkes RI, 2002 : - Baik : Konsumsi ≥ 100 AKG - Sedang : Konsumsi 80 – 99 AKG - Kurang : Konsumsi 70-80 AKG - Defisit : Konsumsi 70 AKG 3. Untuk mengukur status gizi anak balita digunakan indikator BBU, TBU, BBTB dengan merujuk pada standar baku WHO 2005 dengan kategori : Tabel 2.2. Indikator Status Gizi Berdasarkan Indeks BBU, TBU, BBTB Indikator Nilai Z-score Status Gizi BBU ≥ -2 SD sd ≤ 2 SD ≥ -3 SD sd -2 SD -3 SD Normal Kurang Sangat Kurang Indeks TBU ≥ -2 SD sd ≤ 2 SD ≥ -3 SD sd -2 SD -3 SD 2 SD sd ≤ 3 SD 3 SD Normal Pendek Sangat pendek Tinggi Sangat tinggi Indeks BBTB - 3 SD ≥ -3 SD sd -2 SD ≥ -2 SD sd ≤ 2 SD 2 SD sd ≤ 3 SD 3 SD Sangat Kurus Kurus Normal Gemuk Sangat gemuk Universitas Sumatera Utara 3.8. Pengolahan Dan Analisis Data 3.8.1. Pengolahan dan Analisis Data