Tabel 4.21. Distribusi Status Gizi Anak Balita TBU Tingkat Konsumsi Protein Keluarga Berdasarkan di Desa Tertinggal Kecamatan Kabupaten
Toba Samosir Tahun 2010
Tingkat Konsumsi Protein Keluarga
Status gizi TBU n
Sgt pendek Pendek
Normal n
N n
Defisit
3 14,3
10 47,6
8 30,1
21 100,0
Kurang
5 20,0
6 24,0
14 56,0
25 100,0
Sedang
0,0 0,0
5 100,0 5 100,0
Total 8
15,7 16
37,4 27
52,9 51 100,0
Dari hasil tabulasi silang antara tingkat kecukupan konsumsi protein dengan status gizi dapat dilihat bahwa, dari 25 keluarga dengan tingkat konsumsi protein
yang kurang akan tetapi sebagian besar status gizi anak anak balitanya normal 56,0, 24,0 status gizinya pendek, dan sangat pendek 20,0. Dari 5 keluarga
dengan tingkat konsumsi sedang status gizi anak balitanya dalam kategori normal.
4.4.10. Status Gizi Anak Balita BBTB Berdasarkan Tingkat Konsumsi Protein Keluarga
Hasil penelitian antara tingkat konsumsi protein dengan status gizi anak balita
BBTB didapatkan pada Tabel 4.21 .
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.22. Distribusi Status Gizi Anak Balita BBTB Berdasarkan Tingkat Konsumsi Protein Keluarga di Desa Tertinggal Kecamatan
Kabupaten Toba Samosir Tahun 2010
Tingkat Kecukupan Protein Keluarga
Status gizi BBTB n
Sgt kurus Kurus
Normal n
n n
Defisit
6 28,6
1 4,7
14 66,7
21 100,0
Kurang
5 20,0
3 12,0
17 68,0
25 100,0
Sedang
1 20,0
0,0 4
80,0 5
100,0
Total 12
23,6 4
7,8 35
68,6 51 100,0
Status gizi balita sebagian besar dalam kategori normal. Dari 21 keluarga dengan tingkat konsumsi protein keluarga yang defisit, ternyata sebagian besar
balitanya mempunyai status gizi yang normal. Akan tetapi dari 5 keluarga dengan tingkat konsumsi protein yang sedang masih ditemukan status gizi balitanya sangat
kurus 20,0.
Universitas Sumatera Utara
BAB V PEMBAHASAN
5.1.Ketahanan Pangan Keluarga
Dari hasil penelitian tentang ketahanan pangan keluarga yang dilakukan di 2 desa tertinggal yaitu Desa Pintupohan Dolok dan Desa Meranti Tengah, didapatkan
sampel sebanyak 51 keluarga yang mempunyai anak balita.
5.1.1. Ketahanan Pangan Keluarga secara Kualitatif
Ketahanan pangan dapat diukur secara kualitatif, diukur menggunakan kuesioner yang disusun oleh Bickel, dkk, 2000. Pengukuran ketahanan pangan secara
kuantitatif diukur dengan menggunakan formulir household food record, selanjutnya dikategorikan dalam tingkat konsumsi energi dan protein keluarga. Berdasarkan hasil
jawaban responden, dari 51 kepala keluarga tidak ditemukan adanya ketahanan pangan dalam kategori terjamin, sebagian besar berada dalam kategori rawan dengan
kelaparan tingkat berat. Kekhawatiran keluarga terhadap pemenuhan pangan dipengaruhi oleh sulitnya akses secara ekonomi dan fisik yaitu jauh dan sulitnya
perjalanan yang akan ditempuh untuk memenuhi kebutuhan pangan selain beras. Menurut FAO 1996 kunci dari ketahanan pangan keluarga adalah
kemampuan membeli atau pendapatn yang memadai untuk memenuhi biaya hidup. Menurut Hasan 1995 risiko ketahanan pangan pada tingkat keluarga bukan
semata-mata timbul dari faktor rendahnya pendapatan atau rendahnya produksi dan ketersediaan tapi juga dipengaruhi oleh faktor geografis. Suryana 2004 menyatakan
bahwa tidak cukupnya persediaan pangan dalam keluarga menunjukkan adanya kerawan panganan keluarga.
Universitas Sumatera Utara