Hubungan Penerapan Program Keselamatan Kerja dengan Tindakan Tidak Aman oleh Karyawan PT Perkebunan Nusantara IV (Persero) Unit Usaha Teh Bah Butong

(1)

i

HUBUNGAN PENERAPAN PROGRAM KESELAMATAN KERJA DENGAN TINDAKAN TIDAK AMAN PADA KARYAWAN PT

PERKEBUNANNUSANTARA IV UNIT BAH BUTONG KABUPATEN SIMALUNGUN TAHUN 2013

SKRIPSI

Oleh: 081000145

EVIA DESSY MANURUNG

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2014


(2)

HUBUNGAN PENERAPAN PROGRAM KESELAMATAN KERJA DENGAN TINDAKAN TIDAK AMAN PADA KARYAWAN PT

PERKEBUNANNUSANTARA IV UNIT BAH BUTONG KABUPATEN SIMALUNGUN TAHUN 2013

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

Oleh:

NIM. 081000145 EVIA DESSY MANURUNG

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2014


(3)

(4)

ABSTRAK

Program keselamatan kerja adalah rencana kerja dan pelaksanaan prosedur yang memfasilitasi pelaksanaan keselamatan kerja, pengendalian resiko dan paparan bahaya termasuk tindakan tidak aman oleh karyawan. Namun, tindakan tidak aman ada dilakukan oleh karyawan PT Perkebunan Nusantara IV (Persoro) Unit Usaha Teh bah Butong.

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui hubungan penerapan program keselamatan kerja dengan tindakan tidak aman pada pekerja PT Perkebunan Nusantara IV (Persero) Unit Usaha Teh Bah Butong tahun 2013.

Jenis penelitian adalah deskriptif bertujuan melihat hubungan penerapan program keselamatan kerja dengan tindakan tidak aman oleh karyawan PT Perkebunan Nusantara IV (Persero) Unit Usaha Teh Bah Butong dan melihat apakah penerapan program keselamatan kerja sudah dilaksanakan baik atau tidak. Populasi adalah karyawan bagian produksi dengan NIP (Nomor Induk Pekerja) genap dan penetapan jumlah sampel menggunakan metode simple random sampling sebanyak 65 karyawan. Data dikumpulkan menggunakan kuesioner dan dianalisis.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tindakan tidak aman oleh karyawan PT Perkebunan Nusantara IV Unit Usaha Teh Bah Butong dari 65 responden yang beresiko sedang (Moderate Risk) yaitu sebanyak 23 keryawan menggunakan alat yang rusak, 21 karyawan tidak memakai APD, 16 karyawan melakukan perbaikan saat mesin berjalan, 15 karyawan memuat sesuatu berlebihan, 11 karyawan menempatkan sesuatu tidak pada tempatnya, 5 karyawan mengangkat beban berlebihan, 5 karyawan melakukan posisi kerja salah, 3 karyawan melepaskan alat pengaman dan 1 karyawan melakukan dan menerima panggilan telepon sambil bekerja.

Berdasarkan hasil penelitian diharapkan kepada bagian SMK3 untuk meningkatkan pengawasan terhadap karyawan bagian produksi.


(5)

iii

ABSTRACT

Safety program is a work plan and implementation of procedures to facilitate the implementation of workplace safety, risk management and exposure to hazards, including unsafe acts by employees. However, unsafe act committed by employees of PT Perkebunan Nusantara IV Unit Usaha Teh Bah Butong.

The purpose of the study was to determine the relationship implementation of safety programs with unsafe actions on workers PT Perkebunan Nusantara IV Unit Usaha Teh Bah Butong in 2013.

Descriptive study was aimed at seeing relationships safety program implementation with unsafe acts by employees of PTPN IV PT (Persero) Unit Usaha Teh bah Butong and see if the implementation of safety programs have been implemented properly or not. The population is a production worker with NIP (Worker Identification Number) is fulfilled and the determination of the number of samples using simple random sampling method by 65 employees. Data were collected using a questionnaire and analyzed.

The results showed that unsafe acts by employees of PT Perkebunan Nusantara IV Unit Usaha Teh Bah Butong of 65 respondents who are at risk of moderate (Moderate Risk) as many as 23 employees using defective tools, 21 employees were not wearing PPE, 16 employees make improvements when the engine is running , 15 employees redundant load something, 11 employees put something out of place, 5 employees redundant lifting weights, 5 employees perform any work position, 3 employees released safety device and 1 employee receive calls while working.

Based on the results of the study are expected to P2K3 parts to improve its supervision of production employees.


(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Evia Dessy Manurung

Tempat/Tanggal Lahir : Emplasmen Sidamanik /30 Maret 1990 Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Kristen Protestan Anak ke : 2 dari 4 Bersaudara Status Perkawinan : Belum Kawin

Alamat Rumah : Emplasmen Sidamanik, Komplek Tanah Lapang Lama, PT Perkebunan Nusantara IV Sidamanik

Riwayat Pendidikan :

1. Tahun 1995-1996 : TK Tunas Mekar PTPN IV Emplasmen Sidamanik 2. Tahun 1996-2002 : SD YPHKBP IV Pematang Siantar

3. Tahun 2002-2005 : SLTP Negeri 3 Pematang Siantar 4. Tahun 2005-2008 : SMA Negeri 1 Pematang Siantar

5. Tahun 2008-2014 : Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara


(7)

v

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas kasih dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Hubungan Penerapan Program Keselamatan Kerja dengan Tindakan Tidak Aman oleh Karyawan PT Perkebunan Nusantara IV (Persero) Unit Usaha Teh Bah Butong” yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM).

Dengan segenap kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada orang tua terkasih ( S. Manurung dan St. S. Siahaan, MPd) )yang telah membesarkan dan mendidik penulis dengan kasih sayang dan juga tak henti-hentinya memberikan dukungan doa dan perhatian. Dalam penyusunan skripsi ini, penulis juga banyak mendapatkan bimbingan, dukungan dan bantuan dari berbagai pihak secara moril maupun materil, oleh karena itu pada kesempatan ini dengan ketulusan dan kerendahan hati penulis ingin mengucapkan terimakasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada :

1. Dr. Drs. Surya Utama, M.S, selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara (FKM USU) dan selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah memperhatikan penulis selama penulis menjalani pendidikan

2. Bapak Dr. Ir. Gerry Silaban, M.Kes selaku Ketua Departemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja sekaligus penguji ujian skripsi.


(8)

3. Ibu dr. Halinda Sari Lubis, M.KKK dan Ibu Dra. Lina Tarigan, Apt, MS

selaku dosen pembimbing I dan II yang telah banyak meluangkan waktu dan memberikan saran, bimbingan serta arahan dalam penyelesaian skripsi ini.

4. Bapak dr. Mhd Makmur Sinaga, MS dan Ibu Arfah Mardiana Lubis, S. Psi, M. Psi selaku penguji I dan II ujian skripsi.

5. Seluruh Dosen dan Staf di FKM USU yang telah memberikan bekal ilmu selama penulis mengikuti pendidikan.

6. Manajer PT Perkebunan Nusantara IV (Persero) Unit Usaha Teh Bah Butong yang memberi izin kepada penulis untuk melaksanakan penelitian

7. Bapak Mahfud selaku kepala bidang SMK3 Perkebunan Nusantara IV (Persero) Unit Usaha Teh Bah Butong yang sangat membantu penulis dalam melaksanakan penelitian juga memberi motifasi dan dukungan moril yang sangat berharga 8. Seluruh karyawan yang turut membantu sebagai responden dalam penelitian ini 9. Saudara saya Eka Sri Murniaty Manurung, SP, Frando Parhusib, Lasminta

Manurung dan Octamas Manurung, terima kasih atas perhatian, doa dan semangat yang telah diberikan sehingga saya dapat menyelesaikan pendidikan dan skripsi ini.

10.Kepada Abang Roganda Simanjuntak, SS yang telah banyak memberi dukungan, motifasi dan perhatian yang penuh kepada saya, sehingga saya dapat menyelesaikan pendidikan dan skripsi ini.

11.Theofania (Kak Sairama, Jojorita, Myke, Shinta, Mailani dan Nelly) yang selalu ada dan memberi semangat bagi saya.


(9)

vii

12.Kepada teman seperjuangan departemen K3 (Debi, Kak Uya, Kak Febry, Henokh dan Dunia Terang) dan masih banyak lagi . Terima kasih atas bantuan, masukan, semangat dan dorongan serta kebersamaanya selama ini.

Penulis menyadari masih ada kekurangan dalam penulisan skripsi ini, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak dalam rangka penyempurnaan skripsi ini. Akhir kata penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Februari 2014


(10)

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PENGESAHAN ... i

ABSTRAK ... iia ABSTRACT ... iib DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 8

1.3. Tujuan Penelitian ... 8

1.3.1. Tujuan Umum ... 8

1.3.2. Tujuan Khusus ... 8

1.4. Manfaat Penelitian ... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pelaksanaan Program Keselamatan Kerja ... ... 10

2.1.1. Tujuan Penerapan Program Keselamatan Kerja ... 11

2.1.2. Pengembangan Karyawan dan Program Pendidikan/ Pelatihan ... ... 11

2.1.3. Manfaat Pelatihan Keselamatan Kerja ... ... 14

2.1.4 Indikator Keberhasilan Pelatihan Keselamatan Kerja... 15

2.2. Prosedur Keselamatan Kerja ... ... 16


(11)

ix

2.3.1. Pengertian Tindakan Tidak Aman ... ... 21

2.3.2. Matriks Penilaian Resiko ... ... 24

2.3.3. Faktor-faktor yang berhubungan dengan tindakan tidak amanPekerja ... ... 28

2.4. Kerangka Konsep Penelitian ... ... 35

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian ... 36

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 36

3.3. Populasi dan Sampel Penelitian ... 36

3.3.1. Populasi Penelitian ... 36

3.3.2. Sampel Penelitian ... 37

3.4. Metode Pengumpulan Data ... 38

3.5. Defenisi Operasiona ... 38

3.6. Aspek Pengukuran ... 39

3.6.1. Penerapan Program Keselamatan Kerja ... 39

3.6.2. Tindakan Tidak Aman Pekerja ... 40

3.7. Teknik Analisis Data ... 42

BAB IV HASIL 4.1. Gambaran Umum Perusahaan ... 43

4.1.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 43

4.1.2. Gambaran Alur Proses Pengolahan Teh Hitam PT Perkebunan Nusantara IV Unit Usaha Teh Bah Butong ... 44

4.1.3. Keselamatan dan Kesehatan Kerja ... 49

4.1.4. Struktur Organisasi P2K3 PT Perkebunan Nusantara IV (Persero) Unit Usaha Teh Bah Butong... 50

4.2. Hasil Penelitian ... 51

4.2.1. Analisis Univariat ... 51

4.2.1.1. Distribusi Pekerja Berdasarkan Data Demografi ... 51

4.2.1.2. Distribusi Pekerja Berdasarkan Program Keselamatan Kerja ... 53

4.2.1.3. Distribusi Pekerja Berdasarkan Tindakan Tidak Aman ... 54

4.2.1.4. Distribusi Tindakan Tidak Aman berdasarkan Unit Kerja ... 58


(12)

BAB V PEMBAHASAN

5.1. Penerapan Program Keselamatan Kerja ... 61 5.2. Tindakan Tidak Aman ... 61

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan ... 65 6.2. Saran ... 66


(13)

xi

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1. Peluang ... 40

Tabel 3.2. Akibat ... 41

Tabel 3.3. Matriks Penilaian Resiko ... 42

Tabel 4.1. Waktu fermentasi bubuk teh hitam ... 47

Tabel 4.2. Jenis teh sesuai kriteria pemasaran ... 48

Tabel 4.3. Jenis kemasan dan berat bubuk teh hitam ... 48

Tabel 4.4. Distribusi karyawan berdasarkan jenis kelamin... 51

Tabel 4.5. Distribusi karyawan berdasarkan unit kerja ... 51

Tabel 4.6. Distribusi karyawan berdasarkan umur... 52

Tabel 4.7. Distribusi karyawan berdasarkan masa kerja ... 52

Tabel 4.8. Distribusi karyawan berdadarkan program keselamatan kerja ... 53

Tabel 4.9. Distribusi karyawan berdasarkan tindakan tidak aman ... 56


(14)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 4.1. Alur proses pengolahan teh hitam ... 45 Gambar 4.2. Struktur organisasi P2K3 PT Perkebunan Nusantara IV (Persero)


(15)

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Master Data

Lampiran 2 : Hasil Analisis Univariat Lampiran 3 : Kuesioner Penelitian Lampiran 4 : Surat Pengambilan Data Lampiran 5 : Surat Selesai Penelitian


(16)

ABSTRAK

Program keselamatan kerja adalah rencana kerja dan pelaksanaan prosedur yang memfasilitasi pelaksanaan keselamatan kerja, pengendalian resiko dan paparan bahaya termasuk tindakan tidak aman oleh karyawan. Namun, tindakan tidak aman ada dilakukan oleh karyawan PT Perkebunan Nusantara IV (Persoro) Unit Usaha Teh bah Butong.

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui hubungan penerapan program keselamatan kerja dengan tindakan tidak aman pada pekerja PT Perkebunan Nusantara IV (Persero) Unit Usaha Teh Bah Butong tahun 2013.

Jenis penelitian adalah deskriptif bertujuan melihat hubungan penerapan program keselamatan kerja dengan tindakan tidak aman oleh karyawan PT Perkebunan Nusantara IV (Persero) Unit Usaha Teh Bah Butong dan melihat apakah penerapan program keselamatan kerja sudah dilaksanakan baik atau tidak. Populasi adalah karyawan bagian produksi dengan NIP (Nomor Induk Pekerja) genap dan penetapan jumlah sampel menggunakan metode simple random sampling sebanyak 65 karyawan. Data dikumpulkan menggunakan kuesioner dan dianalisis.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tindakan tidak aman oleh karyawan PT Perkebunan Nusantara IV Unit Usaha Teh Bah Butong dari 65 responden yang beresiko sedang (Moderate Risk) yaitu sebanyak 23 keryawan menggunakan alat yang rusak, 21 karyawan tidak memakai APD, 16 karyawan melakukan perbaikan saat mesin berjalan, 15 karyawan memuat sesuatu berlebihan, 11 karyawan menempatkan sesuatu tidak pada tempatnya, 5 karyawan mengangkat beban berlebihan, 5 karyawan melakukan posisi kerja salah, 3 karyawan melepaskan alat pengaman dan 1 karyawan melakukan dan menerima panggilan telepon sambil bekerja.

Berdasarkan hasil penelitian diharapkan kepada bagian SMK3 untuk meningkatkan pengawasan terhadap karyawan bagian produksi.


(17)

iii

ABSTRACT

Safety program is a work plan and implementation of procedures to facilitate the implementation of workplace safety, risk management and exposure to hazards, including unsafe acts by employees. However, unsafe act committed by employees of PT Perkebunan Nusantara IV Unit Usaha Teh Bah Butong.

The purpose of the study was to determine the relationship implementation of safety programs with unsafe actions on workers PT Perkebunan Nusantara IV Unit Usaha Teh Bah Butong in 2013.

Descriptive study was aimed at seeing relationships safety program implementation with unsafe acts by employees of PTPN IV PT (Persero) Unit Usaha Teh bah Butong and see if the implementation of safety programs have been implemented properly or not. The population is a production worker with NIP (Worker Identification Number) is fulfilled and the determination of the number of samples using simple random sampling method by 65 employees. Data were collected using a questionnaire and analyzed.

The results showed that unsafe acts by employees of PT Perkebunan Nusantara IV Unit Usaha Teh Bah Butong of 65 respondents who are at risk of moderate (Moderate Risk) as many as 23 employees using defective tools, 21 employees were not wearing PPE, 16 employees make improvements when the engine is running , 15 employees redundant load something, 11 employees put something out of place, 5 employees redundant lifting weights, 5 employees perform any work position, 3 employees released safety device and 1 employee receive calls while working.

Based on the results of the study are expected to P2K3 parts to improve its supervision of production employees.


(18)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 Pasal 27, Ayat (2) menyatakan bahwa "tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan". Dengan demikian, kesempatan kerja merupakan masalah yang amat mendasar dalam kehidupan bangsa Indonesia. Setiap upaya pembangunan harus diarahkan pada penciptaan lapangan kerja sehingga setiap warga negara dapat memperoleh pekerjaan dan menempuh kehidupan yang layak bagi kemanusiaan.

Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN) 1993 mengamanatkan bahwa sasaran umum Pembangunan Jangka Panjang Kedua (PJP II) adalah terciptanya kualitas manusia dan kualitas masyarakat Indonesia yang maju dan mandiri dalam suasana tenteram dan sejahtera lahir batin, dalam tata kehidupan masyarakat, bangsa, dan negara yang berdasarkan Pancasila dalam suasana kehidupan.

GBHN 1993 memberikan petunjuk bahwa sasaran umum Pembangunan Lima Tahun Keenam (Repelita VI) adalah tumbuhnya sikap kemandirian dalam diri manusia dan masyarakat Indonesia melalui peningkatan peran serta, efisiensi, dan produkti-vitas rakyat dalam rangka meningkatkan taraf hidup, kecerdasan, dan kesejahteraan lahir batin. Kebijaksanaan pemerataan dan peningkatan kesempatan kerja serta pelatihan tenaga kerja terus dilanjutkan dan ditingkatkan agar menjangkau setiap warga negara dan terarah pada terwujudnya angkatan kerja yang terampil dan


(19)

2

tangguh. Kesempatan kerja terbuka bagi setiap orang sesuai dengan kemampuan, keterampilan, dan keahliannya serta didukung oleh kemudahan memperoleh pendidikan dan pelatihan, penguasaan teknologi, informasi pasar ketenagakerjaan serta tingkat upah yang sesuai dengan prestasi dan kualifikasi yang dipersyaratkan.

Keselamatan kerja para pekerja sangat penting nilainya bagi suatu perusahaan, karena hal tersebut merupakan kunci keberhasilan perusahaan dalam meningkatkan nama baik perusahaan dalam bidang K3, namun seperti yang kita lihat sekarang, masih banyak kecelakaan kerja yang terjadi di suatu perusahaan. Kita ketahui, bahwa Keselamatan kerja para pekerja termasuk dalam Undang- Undang Republik Indonesia. UU No. 13 Tahun 2003 menegaskan bahwa setiap pekerja/ buruh mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas keselamatan dan kesehatan kerja ( pasal 86, ayat 1 ). Untuk melindungi keselamatan pekerja/ buruh guna mewujudkan produktivitas kerja yang optimal diselenggarakan upaya keselamatan dan kesehatan kerja (pasal 86, ayat 2) (Kepnakertrans, 2012).

Melihat kondisi yang dihadapi oleh banyak perusahaan, maka perusahaan memikirkan dan mempertimbangkan satu hal yang dapat ditempuh perusahaan agar mampu bertahan dalam persaingan yang ketat yaitu dengan meningkatkan keselamatan kerja. Keselamatan (safety) mempunyai arti keadaan terbebas dari celaka (accident) ataupun hampir celaka (incident atau near miss), sedangkan kerja (occupation) berarti kegiatan atau suatu usaha untuk mencapai tujuan. Keselamatan kerja merupakan kondisi fisiologis-fisikal dan psikologis tenaga kerja yang diakibatkan oleh lingkungan kerja yang disediakan oleh perusahaan. Jika sebuah


(20)

perusahaan melaksanakan tindakan-tindakan keselamatan yang efektif, maka kecelakaan yang akan dialami oleh pekerja akan semakin kecil kemungkinannya dan hal ini akan semakin mensejahterakan para pekerja dimana imbasnya adalah hasil produksi perusahaan akan menjadi memuaskan dan mencapai target.

Sejak ditetapkannya Undang-Undang No. 1 Tahun 1970 tentang keselamatan kerja, Menteri tenaga kerja dan transmigrasi R.I sebagai pemegang polisi nasional K3, bersama para pemangku kepentingan telah melakukan berbagai upaya untuk mendorong pelaksanaan K3 melalui berbagai kegiatan, antara lain kampanye, seminar, lokakarya, konvensi, pembinaan dan peningkatan kompetensi personil K3, pembentukan dan pemberdayaan lembaga-lembaga K3 baik tingkat nasional sampai dengan tingkat perusahaan, pemberian penghargaan K3, dan perbaikan-perbaikan sistem K3 secara berkelanjutan, namun hasilnya tetap saja belum optimal (Kepmenakertrans RI No. 372 Tahun 2009).

Masalah yang sering muncul dalam perusahaan saat ini adalah kurangnya perhatian terhadap aspek manusiawi. Bila ingin memahami perilaku karyawan, seorang manajer atau pimpinan harus dapat menciptakan kondisi-kondisi yang mendukung kenyamanan dan kegairahan kerja, sehingga dengan kondisi tersebut karyawan dapat meningkatkan mutu kerjanya sehingga sekaligus dapat meningkatkan kualitas dan kuantitas perusahaan itu sendiri.

Sebenarnya setiap kecelakaan itu dapat diramalkan atau diduga dari semula jika perbuatan dan tindakan yang tidak aman tidak memenuhi persyaratan. Statistik


(21)

4

mengungkapkan bahwa 80% kecelakaan disebabkan oleh perbuatan yang tidak aman (Unsafe act), dan hanya 20% oleh kondisi yang tidak aman (Unsafe Condition) (Silalahi, 1991).

Menurut Heinrich (2009), tindakan tidak aman adalah tindakan atau perbuatan dari seseorang atau beberapa orang yang memperbesar kemungkinan terjadinya kecelakaan terhadap pekerja. Tindakan tidak aman menyumbang 98% penyebab kecelakaan, dan kunci untuk mencegah kecelakaan adalah dengan menghilangkan tindakan tidak aman.

Berdasarkam data Jamsostek, angka kecelakaan kerja lima tahun terakhir cenderung naik. Pada 2012 terdapat 99.491 kasus atau rata-rata 414 kasus kecelakaan kerja per hari, sedangkan tahun 2011 terdapat 98.711 kasus kecelakaan kerja, 2010 terdapat 96.314 kasus, 2009 terdapat 94.736 kasus, dan 2008 terdapat 83.714 kasus.

Melihat meningkatnya angka kecelakaan kerja setiap tahun, maka diterbitkanlah Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.50 tahun 2012 tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) yang diharapkan bisa menurunkan angka kecelakaan kerja. Dan melihat keadaan ini, maka ditetapkanlah Peraturan pelaksanan dari pasal 87 UU No.13/2003 tentang Ketenagakerjaan yang mewajibkan semua pemberi kerja melaksanakan SMK3, terutama perusahaan yang mempekerjakan minimal 100 tenaga kerja atau perusahaan yang memiliki tingkat potensi kecelakaan yang lebih tinggi akibat karakteristik proses kerja.


(22)

Memasuki perkembangan era industrialisasi yang bersifat global seperti sekarang ini, persaingan industri untuk memperebutkan pasar baik pasar tingkat regional, nasional maupun internasional, dilakukan oleh setiap perusahaan secara kompetitif. Industrialisasi tidak terlepas dari sumber daya manusia, yang dimana setiap manusia diharapkan dapat menjadi sumber daya siap pakai dan mampu membantu tercapainya tujuan perusahaan dalam bidang yang dibutuhkan.

Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan kerja yang selanjutnya disingkat SMK3 adalah bagian dari sistem manajemen perusahaan secara keseluruhan dalam rangka pengendalian resiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan produktif (Peraturan Pemerintah No. 50 Tahun 2012). Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah bagian dari sistem manajemen secara keseluruhan yang meliputi struktur organisasi, perencanaan, tanggung jawab, pelaksanaan, prosedur, proses dan sumber daya yang dibutuhkan bagi pengembangan, penerapan, pencapaian, pengkajian dan pemeliharaan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja dalam rangka pengendalian resiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan produktif.

Salah satu bagian dari SMK3 adalah program keselamatan kerja. Pelaksanaan program keselamatan kerja dapat meningkatkan pengetahuan karyawan tentang keselamatan yang tinggi dan pengalaman kerja yang menghindarkan pekerja dari bahaya-bahaya ditempat kerja oleh karena melakukan tindakan yang tidak aman pada saat bekerja. Pelaksanaan program keselamatan kerja juga penting untuk membantu


(23)

6

terwujudnya pemeliharaan karyawan yang baik, sehingga mereka menyadari arti penting dari pelaksanaan program keselamatan kerja bagi dirinya maupun perusahaan.

Perusahaan yang baik adalah perusahaan yang benar-benar menjaga keselamatan para pekerjanya dengan membuat aturan tentang keselamatan kerja yang dilaksanakan seluruh pekerja dan pimpinan perusahaan (Sastrohadiwiryo, 2002).

Saat ini perkembangan perusahaan BUMN (Badan Usaha Milik Negara)/ PTPN (PT Perkebunan Nusantara) sangat besar di Indonesia. Potensi sumber daya yang dihasilkan merupakan faktor dominan dalam strategi pembangunan bangsa dan Negara Indonesia terutama dalam menghadapi era globalisasi dan industrialisasi. Kegiatan pegolahan PTPN memerlukan program keselamatan kerja untuk meningkatkan mutu dan kualitas hasil produksi perusahaan.

PTPN IV Unit Bahbutong merupakan perusahaan yang bergerak dibidang pengolahan daun teh menjadi bubuk teh hitam. Proses kerja yang dilakukan oleh pekerja di PTPN IV Unit Bah Butong yaitu:

a. Penerimaan pucuk teh segar (mutu halus kasar/ kegetasan dan ketidaksesuaian pucuk segar).

b. Pelayuan

c. Turunan Daun Layu d. Penggulungan e. Oksidasi Enzimatis


(24)

f. Pengeringan (Kadar air, Taste, Liquor)

g. Sortasi (Kadar air, Density, Taste, Liquor, Appearance, Infused Leaf) h. Pengepakan (Kadar air, Density, Taste, Liquor, Appearance, Infused

Leaf)

i. Penyimpanan

Pada masing-masing proses pengolahan daun teh ada dijumpai beberapa potensi bahaya. Tidak lepas juga dari resiko yang tinggi terhadap tindakan tidak aman yang dilakukan pekerja ketika mereka sedang bekerja. Ini dapat dilihat dari tindakan-tindakan tidak aman seperti bercerita pada saat sedang bekerja, memasukkan tangan kedalam mesin yang sedang berputar mengolah daun teh, tidak menggunakan APD, menggunakan alat kerja yang rusak, dan posisi kerja yang tidak tepat. Hal inilah yang dilakukan oleh pekerja pada saat bekerja sementara mereka bekerja menggunakan mesin-mesin berteknologi. Ini merupakan hasil yang peneliti dapatkan pada saat melakukan survei pendahuluan. Untuk mencegah adanya tindakan tidak aman, PTPN IV Unit Bah Butong membuat Program keselamatan kerja. Beberapa contoh Program keselamatan kerja yang diterapkan di PTPN IV Unit Bah Butong yaitu menyediakan rambu-rambu keselamatan kerja, menyediakan APD, mengadakan pelatihan keselamatan kerja kepada para karyawan dan melakukan inspeksi pada semua peralatan kerja.

PTPN IV Unit Bah Butong juga sudah mendapatkan penghargaan Bendera Emas (Gold Flag) sebanyak 3 kali dan perak 1 kali sementara tindakan tidak aman masih ada dilakukan oleh pekerja. Mengingat akan hai ini, maka peneliti tertarik


(25)

8

melakukan penelitian di PTPN IV Unit Bah Butong dan tertarik untuk melihat hubungan antara diadakannya program keselamatan kerja dengan tindakan tidak aman yang dilakukan pekerja pada saat sedang bekerja.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah ingin mengetahui bagaimana hubungan penerapan program keselamatan kerja terhadap tindakan tidak aman pada karyawan bagian produksi di PT Perkebunan Nusantara IV Unit Bahbutong tahun 2013.

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk menjelaskan bagaimana hubungan penerapan program keselamatan kerja terhadap tindakan tidak aman pada karyawan bagian produksi Teh di PT Perkebunan Nusantara IV Unit Bah Butong tahun 2013.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui apakah pelaksanaan program keselamatan kerja pada PTPN IV Bah Butong sudah dilaksanakan dengan baik atau tidak.

2. Untuk mengetahui jenis tindakan tidak aman yang dilakukan oleh pekerja di PTPN IV Unit Bah Butong tahun 2013.


(26)

1.4 Manfaat Penelitian

1. Sebagai bahan masukan bagi pihak perusahaan mengenai pentingnya diperhatikan hubungan penerapan program keselamatan kerja terhadap tindakan tidak aman.

2. Sebagai bahan masukan bagi pekerja mengenai pelaksanaan program keselamatan kerja di perusahaan.

3. Sebagai penambah wawasan dan pengetahuan kepada penulis khususnya mengenai pelaksanaan program keselamatan kerja pada suatu perusahaan terutama pada perusahaan pengolahan bubuk teh.


(27)

10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pelaksanaan Program Keselamatan Kerja

Program keselamatan kerja merupakan suatu rencana kerja dan pelaksanaan prosedur yang memfasilitasi pelaksanaan keselamatan kerja dan proses pengendalian resiko dan paparan bahaya termasuk kesalahan manusia dalam tindakan tidak aman, meliputi :

1. Membuat program untuk mendeteksi, mengkoreksi, mengontrol kondisi berbahaya, lingkungan beracun dan bahaya-bahaya kesehatan.

2. Membuat prosedur keamanan.

3. Menindaklanjuti program kesehatan untuk pembelian dan penyimpanan bahan berbahaya.

4. Pemeliharaan sistem pencatatan kecelakaan agar tetap waspada. 5. Pelatihan K3 untuk semua level manajemen.

6. Rapat bulanan P2K3.

7. Tetap menginformasikan perkembangan yang terjadi dibidang K3 seperti alat pelindung diri, standar keselamatan yang baru.


(28)

2.1.1 Tujuan Program Keselamatan Kerja

Tujuan program keselamatan kerja adalah memberdayakan keselamatan kerja guna mencapai kecelakaan nihil.

Sasaran program keselamatan kerja antara lain :

1. Meningkatkan pengertian, kesadaran pemahaman dan penghayatan keselamatan kerja semua unsure pimpinan dan pekerja pada satu perusahaan.

2. Meningkatkan fungsi manajemen keselamatan dan kesehatan kerja dan panitia pembina keselamatan dan kesehatan kerja.

3. Agar terbentuknya manajemen keselamatan kerja pada setiap perusahaan

4. Mendorong pembinaan keselamatan kerja pada sektor informal dan masyarakat umum.

2.1.2 Pengembangan Karyawan dan Program Pendidikan/ Pelatihan

Adanya program tertulis tentang pendidikan dan pelatihan bagi para karyawan dan meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam bidang keselamatan kerja dan bahaya tindakan tidak aman, antara lain :

1. Adanya jadwal pelaksanaan program pendidikan dan pelatihan bagi semua karyawan di pabrik.

2. Pengembangan metode keselamatan kerja dan bahaya tindakan tidak aman pada saat sedang bekerja.


(29)

12

Menurut Sastrohadiwiryo (2002), pelatihan juga merupakan proses membantu tenaga kerja untuk memperoleh efektifitas dalam pekerjaan yang sekarang atau yang akan datang melalui pengembangan kebiasaan tentang pikiran, tindakan, kecakapan, pengetahuan dan sikap yng layak.

Kemudian, Santoso (2002), juga mengungkapkan bahwa pelatihan keselamat kerja sangan penting mengingat kebanyakan kecelakaan pada karyawan yang belum terbiasa bekerja secara selamat. Penyebabnya adalah ketidaktahuan tentang bayaha atau cara mencegahbya meskipun tahu tentang adanya suatu resiko.

Menurut Soehatman Ramli (2010), pengembangan pelatihan yang baik dan efektif dilakukan melalui beberapa tahapan, antara lain :

1. Analisa jabatan atau pekerjaan

Dalam tahapan ini dilakukan identifikasi dan analisa semua pekerjaan atau jabatan yang ada dalam perusahaan kemudian akan dibuat daftar pekerjaan yang dilakukan oleh setiap pekerja.

2. Identifikasi pekerjaan atau tugas kritis

Melakukan identifikasi tentang pekerjaan yang tergolong berbahaya dan beresiko tinggi dari semua pekerjaan yang dilakukan oleh setiap pekerja.

3. Mengkaji data-data kecelakaan

Informasi kecelakaan yang pernah terjadi merupakan masukan penting dalam merancang suatu pelatihan, kecelakaan mengidentifikasikan adanya


(30)

penyimpangan atau kelemahan dalam system menejemen keselamatan kerja dan ini dilakukan oleh panitia pembina pelatihan.

4. Survei kebutuhan pelatihan

Melakukan survei mengenai kebutukan pelatihan dan jenis pelatihan yang diperlukan untuk meningkatkan keterampilan pekerja sehingga pekerja dapat melakukan pekerjaan dengan aman dan selamat dimasing-masing tempat kerja. 5. Analisa kebutuhan pelatihan

Melakukan analisa keselamatan kerja untuk mengetahui apa saja potensi bahaya yang ada dalam suatu pekerjaan. Dari analisa keselamatan kerja dapat diidentifikasi jenis bahaya dan tingkat resiko dari setiappekerjaan.

6. Menentukan sasaran dan target pelatiahn

Pelatihan diharapkan akan memperbaiki atau meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan perilaku dari masing-masing pekerja. Sasaran dan target pelatihan harus ditetapkan dengan tepat sebagai masukan untuk merancang format dan silabus pelatihan.

7. Mengembangkan objektif pembelajaran

Pelatihan harus dapat menjangkau semua tingkat dan perbedaan pekerja yang ada dalam suatu perusahaan.

8. Melaksanakan pelatihan

Pelatihan keselamatan kerja dapat dilakukan secara eksternal melalui lembaga pelatihan atau secara internal yang dirancang sesuai dengan kebutuhan.


(31)

14

9. Melakukan evaluasi

Hasil pelatihan harus dievaluasi untuk menentukan efektifitasnya. Evaluasi dilakukan terhadap seluruh aspek pelatihan seperti materi pelatihan dan dampak terhadap pekerja setelah kembali ketempat kerja masing-masing.

10.Melakukan perbaikan

Langkah terakhir dalam proses pelatihan adalah melakukan perbaikan berdasarkan hasil evaluasi yang telah dilakukan.

Dalam melaksanakan pelatihan keselamatan kerja terdapat beberapa teknik yang dapat dilakukan ( Ridley, 2008), antara lain :

1. Perkuliahan dan percakapan 2. Video dan film

3. Peran yang langsung dimainkan oleh peserta pelatihan 4. Studi kasus

5. Diskusi kelompok

6. Latihan dan praktek diluar kelas 7. Pelatihan langsung ditempat kerja

2.1.3 Manfaat Pelatihan Keselamatan Kerja

Menurut Widuri (1992) setiap program pelatihan keselamatan kerja ada manfaatnya, demikian juga dengan pelatihan keselamatan kerja, yaitu :

1. Meningkatkan ilmu dan keterampilan pekerja 2. Mengurangi kecelakaan kerja


(32)

3. Mengurangi absensi dan penggantian pekerja 4. Mengurangi beban pengawasan

5. Mengurangi waktu yang terbuang 6. Mengurangi biaya lembur

7. Mengurangi biaya pemeliharaan mesin 8. Mengurangi keluhan-keluhan

9. Meningkatkan kepuasan pekerja 10.Meningkatkan produksi

11.Komunikasi yang baik 12.Kerjasama yang baik

2.1.4 Indikator Keberhasilan Pelatihan Keselamatan Kerja

Untuk mengetahui efektifitas dari suatu pelatihan keselamatan kerja dapat diukur dengan memperhatikan indicator keberhasilan pelatihan ( Widuri, 1992), yaitu :

1. Prestasi kerja karyawan 2. Kedisiplinan keryawan 3. Absensi karyawan

4. Tingkat kerusakan produksi, alat-alat dan mesin 5. Tingkat kecelakaan karyawan

6. Tingkat pemborosan bahan baku, tenaga dan waktu 7. Tingkat kerjasama karyawan


(33)

16

8. Tingkat upah karyawan 9. Prakarsa karyawan

10.Kepemimpinan dan kepuasan manajerial.

2.2. Prosedur Keselamatan Kerja

Prosedur, peraturan dan pedoman tertulis harus diterapkan ditiap unit kerja di pabrik pengolahan teh dan berlaku bagi setiap orang dalam upaya mencapai keselamatan kerja untuk menanggulangi tindakan tidak aman pekerja.

1. Prosedur keselamatan kerja tertulis pada masing-masing unit kerja

2. Peraturan khusus dibuat untuk tempat-tempat beresiko, disesuaikan dengan kondisi lokal dan standard nasional riset kesehatan. Perhatian diberikan kepada :

a. Unit- unit dengan curahan kaustik dan bahan kimia lainnya yang banyak. b. Tempat penyimpanan cairan yang mudah terbakar.

c. Tempat penyimpanan bahan-bahan yang mudah menguap dan mudah terbakar.

d. Perizinan penyimpanan, penggunaan dan pengamanan benda-benda radioaktif.

3. Adanya prosedur penganggulangan terjadinya kontaminasi, misalnya oleh bahan-bahan radioaktif.

4. Semua peralatan berbahaya untuk pengolahan daun teh disimpan di tempat yang aman.


(34)

5. Cara pemakaian alat kerja/ mesin pengolahan harus sesuai dengan peraturan dan prosedur yang telah ditetapkan.

6. Tempat penyimpanan semua peralatan berbahaya diberi tanda secukupnya sesuai dengan peraturan.

7. Tersedia alat-alat keadaan gawat darurat pada setiap unit pengolahan teh. 8. Perlengkapan keamanan karyawan, antara lain :

a. Pegangan pada setiap tangga ataupun jalan yang licin

b. Toilet dan kamar mandi karyawan yang dilengkapi dengan sabun, gayung, dan air yang bersih.

c. Tempat beristirahat karyawan d. Tersedianya poliklinik

9. Rambu-rambu/ tanda-tanda dipasang diseluruh pabrik pengolahan dengan jelas dan mudah dimengerti/ diikuti, misalnya: arah, tanda pengaman, pintu keluar, toilet, mesin-yang sedang rusak atau sedang dalam perbaikan, tanda larangan bercanda didaerah berbahaya pada saat bekerja dan tanda larangan merokok. 10.Inspeksi keamanan diseluruh pabrik pengolahan dilakukan secara teratur dan hasil

yang diperoleh didokumentasikan pada unit keselamatan. 11.Semua pekerja paham dengan program keselamatan.

12.Ada bukti hasil inspeksi pencegahan bahaya tindakan tidak aman oleh P2K3 (Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja). Inspeksi ini harus dilakukan secara teratur pada saat karyawan sedang mengerjakan pekerjaannya.


(35)

18

13.Adanya contoh-contoh kejadian kecelakaan akibat tindakan tidak aman yang diperlihatkan kepada pekerja melalui gambar yang ditempelkan di tempat-tempat yang srtategis dan biasa dilalui oleh para karyawan.

14.Adanya alat-alat pengaman dan pelindung diri yang digunakan karyawan pada saat bekerja.

Alat pelindung diri (APD) adalah peralatan keselamatan yang harus digunakan oleh personil apabilaberada pada suatu tempat kerja yang berbahaya (Cahyono, 2004). Menurut Suma’mur (2009), alat pelindung diri adalah suatu alat dipakai untuk melindungi diri terhadap bahaya-bahaya kecelakaan kerja.

Alat-alat pelindung diri beraneka ragam macamnya. Jika digolongkan berdasarkan bagian- bagian tubuh yang dilindunginya, makan jenis-jenis alat pelindung diri adalah sebagai berikut:

a. Alat Pelindung Kepala

Alai ini terdiri dari alat pengikat rambut, penutup rambut, topi dari berbagai bahan. Tujuan pemakai alat pelindung kepala adalah untuk melindungi kepala dari bahaya terbentur dengan benda tajam atau benda keras, baik yang sifatnya jatuh, melayang atau meluncur termasuk melindungi diri dari panas radiasi bahan-bahan kimia korosif. Jenis pekerjaan yang memerlukan alat pelindung kepala misalnya pekerjaan dibawah mesin-masin maupun pekerjaan disekitar konduktor energi terbuka. Contoh alat pelindung kepala adalah topi plastic, topi plastikberlapis abses, topi aluminium dan topi logam.


(36)

b. Alat Pelindung Mata

Alat pelindung mata digunakan untuk melindungi mata dari kemungkinan kontak dengan bahaya karena percikan atau kemasukan debu-debu, gas-gas, uap, cairan korosif, partikel-partikel melayang atau terkena radiasi gelombang elektromagnetik. Alat pelindung mata terdiri dari 3 macam, yaitu :

i. Kacamata biasa

ii. Kacamata googles yaitu kacamata yang tertutup semua, tetapi terdapat lubang

lubang kecil sebagai ventilasi iii. Tameng muka

c. Alat Pelindung Telinga (Hearing Protection)

Alat pelindung telingan bekerja sebagai penghalang antara bising dan telinga dalam. Alat ini diperlukan apabila tingkat kebisingan ditempat kerja sudah mencapai 85dB diatas 8 jam sehari.

Alat pelindung telinga terdiri dari 4 macam, yaitu : i. Kapas

ii. Sumbat telinga (Ear Plugs) mempunyai daya atenuasi suara sebesar 25-30dB.

iii. Tutup telinga (Ear Muff) mempunyai daya atenuasi suara sebesar 10-15 dB lebih besar dari sumbat telinga.


(37)

20

d. Alat pelindung pernapasan (Respiratory Protection)

Alat pelindung pernapasan diperlukan ditempat kerja dimana udara didalamnya tercemar. Secara umum ada 2 macam alat pelindung pernapasan, yaitu :

i. Respirator atau Purifying Respirator

Alat ini berfungsi untuk membersihkan udara yang dihirup oleh pekerja. Alat ini digunakan untuk melindungi pekerja dari bahaya pernapaan debu, kabut, asap, gas dan uap.

ii. Breathing Apparatus atau Air Supply Respirator

Alat ini berfungsi untuk memberikan udara bersih atau oksigen kepada pekerja yang menggunakannya.

e. Alat pelindung tangan dan Jari-jari (Hand Gloves)

Alat pelindung tangan ini paling banyak digunakan, karena kecelakaan yang paling banyak terjadi pada tangan dari keseluruhan kecelakaan yang ada. Menurut bentuknya, sarubg tangan dapat dibedakan menjadi :

i. Sarung tangan biasa (Gloves)

ii. Sarung tangan yang dilapisi dengan plat logam (Grantlet) yang digunakan dilengan.

iii. Mitth, sarung tangan untuk 4 jari yang terbungkus. f. Alat pelindung kaki (Foot Cover)

Sepatu keselamatan kerja dipakai untuk melindungi kaki dari kejatuhan benda berat, percikan asam dan basa yang korosif, cairan panas dan terinjak benda-benda tajam. Contoh alat pelindung kaki seperti sepatu


(38)

kulit, sepatu karet, sepatu bot karet, sepatu anti slip, sepatu dilapisi baja, sepatu plastic, sepatu dengan sol kayu/ gabus, pelindung betis, tungkai dan mata kaki.

g. Alat pelindung tubuh

Alat pelindung tubuh berupa pakaian dapat berbentuk apron yaitu pakaian pelindung tubuh yang menutupi sebagian tubuh, mulai dari dada sampai lutut dan berbentuk overalls yaitu pakaian pelindung tubuh yang menutupi seluruh bagian tubuh.

Pemakaian APD bertujuan untuk melindungi tenaga kerja dan juga merupakan salah satu upaya mencegah terjadinya kecelakaan kerja dn penyakit akibat kerja oleh bahaya potensial pada suatu perusahaan yang tidak dapat dihilangkan atau dikendalikan.

2.3 Tindakan Tidak aman

2.3.1 Pengertian Tindakan Tidak Aman

Menurut Heinrich (1931) tindakan tidak aman adalah tindakan atau perbuatan dari seseorang atau beberapa orang pekerja yang memperbesar kemungkinan terjadinya kecelakaan terhadap pekerja.

Tindakan tidak aman yang sering dijumpai, diantaranya adalah :

a. Menjalankan yang bukan tugasnya, gagal memberikan peringatan b. Menjalankan pesawat lebih dari kecepatan


(39)

22

c. Melepaskan alat pengaman atau membuat alat pengaman tidak berfungsi d. Menggunakan alat yang rusak

e. Tidak memakai APD

f. Memuat sesuatu secara berlebihan

g. Menempatkan sesuatu tidak pada tempatnya h. Mengangkat berlebihan

i. Posisi kerja yang tidak tepat

j. Melakukan perbaikan pada waktu mesin sedang berjalan k. Bersenda gurau

l. Bertengkar

m. Berada dalam pengaruh obat-obatan ataupun alkohol

Heinrich (1931), kecelakaan terdiri atas lima faktor yang saling berhubungan : 1. Kondisi kerja

2. Kelalaian manusia 3. Tindakan tidak aman

4. Kecelakaan 5. Cedera

Kelima faktor ini tersusun layaknya kartu domino yang diberdirikan. Jika salah satu jatuh, maka kartu ini akan menimpa kartu lain hingga kelimanya akan roboh secara bersama. Ilustrasi ini mirip dengan efek domino yang telah kita kenal


(40)

sebelumnya, jika satu bangunan roboh maka kejadian ini akan memicu kejadian beruntun yang menyebabkan runtuhnya bangunan lainnya. Menurut Henrich, kunci untuk mencegah kecelakaan adalah dengan menghilangkan tindakan tidak aman ( poin ketiga dari lima faktor penyebab kecelakaan ). Menurut penelitian yang dilakukannya, tindakan tidak aman ini menyumbang 98% penyebab kecelakaan. Kemudian, bagaimana penjelasan dengan menghilangkan tindakan tidak aman ini dapat mencegah kecelakaan kerja ? kembali lagi ke analogi tindakan tidak aman sebelumnya, jika kartu nomor 3 tidak ada lagi, seandainya kartu nomor 1 dan 2 pun jatuh, ini tidak akan menyebabkan jatuhnya semua kartu. Dengan adanya jarak antara kartu kedua dan keempat, dan jika pun kartu kedua terjatuh, ini tidak akan sampai menimpa kartu nomor 4. Akhirnya kecelakaan nomor 4 dan cidera nomor 5 dapat dicegah. Dengan penjelasan Teori Domino ini, maka kecelakaan kerja dapat dijelaskan dengan logis dan bukan menganggap bahwa kecelakaan kerja akibat bernasib sial ataupun keberuntungan.

Penyebab utama terjadinya kecelakaan akibat tindakan tidak aman ini, antara lain karena sikap dan perilaku karyawan yang bersangkutan, yaitu :

1. Tidak tahu adanya bahaya : karena tidak pernah diberitahu oleh pimpinan tentang bahaya dan resiko ditempat kerjanya sehingga tidak tanggap terhadap bahaya dan juga tidak mempunyai keterampilan menghindari bahaya tersebut. 2. Tidak mau tahu akan adanya ancaman bahaya : karena tidak mempunyai

perhatian pada K3 sehingga berperilaku sembrono mungkin juga karena pengaruh lemahnya pengawasan.


(41)

24

Tidak mampu menghadapi bahaya karena tidak pernah dilatih K3 sehingga tidak berpengalaman melaksanakan pekerjaan dengan cara aman dan selamat yang akhirnya menimbulkan tindakan-tindakan tidak aman. Tindakan tidak aman menimbulkan resiko kecelakaan kerja, kerusakan material bahkan kematian. Matriks penilaian resiko digunakan untuk menilai tindakan tidak aman.

2.3.2. Matriks Penilaian Resiko

Menurut Ramli. S. (2010), Penilaian resiko kecelakaan kerja berdasarkan panduan matriks penilaian resiko terbagi atas 3, yaitu peluang, akibat dan kriteria penilaian. Peluang dibagi atas 5 kriteria, yaitu :

A. Almost Certain/ Hampir pasti terjadi

Suatu kejadian yang akan terjadi pada semua kondisi. Misalnya kejadian yang berulang kali terjadi setiap tahun.

B. Likely/ Mungkin terjadi

Suatu kejadian mungkin akan terjadi pada hampir semua kondisi. Misalnya terjadi sekali dalam satu tahun sampai tiga tahun.

C. Moderate/ sedang

Suatu kejadian akan terjadi pada beberapa kondisi tertentu. Misalnya terjadi sekali dalam lima tahun.


(42)

D. Unlikely/ Kecil Kemungkinan

Suatu kejadian akan terjadi pada beberapa kondisi tertentu namun kecil kemungkinannya. Misalnya terjadi sekali dalam sepuluh tahun.

E. Rerely/ Jarang Sekali

Suatu kejadian akan terjadi pada beberapa kondisi yang khusus/ luar biasa/ setelah bertahun-tahun. M.isalnya terjadi paling tidak sekali dalam sejarah perusahaan.

Penilaian akibat terbagi atas 5 kriteria, yaitu : 1. Insicnifikan/ Tidak Signifikan

Tidak ada cidera, kerugian material sangat kecil.

2. Minor

Memerlukan perawatan P3K, on-site release langsung dapat ditangani, kerugian materi sedang.

3. Moderate/ Sedang

Memerlukan perawatan medis, on-site release langsung dapat ditangani dengan bantuan pihak luar, kerugian materi cukup besar.


(43)

26

4. Major

Cidera yang mengakibatkan cacat/ hilang fungsi tubuh secara total, off side release tanpa efek merusak, kerugian materi besar.

5. Catastropic/ Bencana

Menyebabkan kematian, off-side release bahan toksik dan efeknya merusak, kerugian materi sangat besar.

Matriks penilaian akhir dari resiko kecelakaan kerja terdiri dari 4 kriteria, yaitu :

1. E (Extreme Risk)/ Resiko Ekstrim

Memerlukan penanganan segera atau penghentian kegiatan atau keterlibatan manajemen puncak, perbaikan ancaman sebab akibat peluang (ASAP).

2. H (High Risk)/ Resiko Tinggi

Memerlukan pihak manajemen, penjadwalan perbaikan secepatnya.

3. M (Moderate Risk)/ Resiko Sedang

Penanganan oleh manajemen area terkait, penjadwalan sesiau resiko.

4. L (Low Risk)/ Resiko Rendah Kendalikan dengan prosedur rutin.


(44)

Menurut Rasmussen, ada tiga jenjang ketegori kesalahan yang dapat terjadi pada manusia, yaitu :

1. Salah sebab kemampuan (skill-based error)

Adalah kesalahan manusia yang disebabkan oleh karena ketidak mampuan seseorang secara fisik atau tidak memilki keterampilan yang dibutuhkan untuk menjalankan suatu tugas tertentu. Seseorang bisa saja tahu apa saja yang seharusnya dilakukan tetapi ia tidak mempunyai kemampuan untuk melakukannya.

2. Salah sebab aturan (rule-based error)

Adalah suatu kesalahan manusia kerena tidak melakukan aktifitas yang seharusnya dilakukan atau melakukan aktivitas yang tidak sesuai dengan apa yang seharusnya dilakukan.

3. Salah sebab pengetahuan (knowledge-based error)

Adalah kesalahan manusia yang disebabkan karena ia tidak memiliki pengetahuan yang dibutuhkan untuk memahami situasi dan membuat keputusan untuk bertindak atau melakukan suatu aktivitas.

Menurut Reason (1990), kesalahan manusia (human error) dapat dikategorikan menjadi sebagai berikut :

1. Mistakes

Kesalahan ini disebabkan oleh kegagalan atau tidak lengkapnya proses penilaian atau proses menyimpulkan suatu pilihan sasaran atau merinci cara


(45)

28

mencapai sesuatu, terlepas dari apakan tindakan yang dilakukan itu sesuai atau tidak dengan kerangka keputusan yang telah direncanakan.

2. Lapse

Adalah kesalahan dalam mengingat dan tidak selalu harus tampil dalam perilaku aktual dan kadangkala hanya dirasakan oleh pribadi yang bersangkutan.

3. Slips

Adalah kesalahan akibat penerapan yang tidak sesuai dengan rencana yang telah ditentukan untuk mencapai suatu tujuan tertentu, terlepas dari apakah rencana tersebut benar atau tidak.

2.2.3 Faktor-faktor yang berhubungan dengan tindakan tidak aman pekerja

1. Pelatihan

Salah satu cara yang baik untuk mempromosikan keselamatan ditempat kerja adalah dengan memberikan pelatihan bagi pekerja. Pelatihan keselamatan awal harus menjadi bagian proses orientasi pekerja baru. Pelatihan selanjutnya diarahkan pada pembentukan pengetahuan yang baru, spesifik, dan lebih dalam serta memperbaharui pengetahuan yang sudah ada (Goestsch, 1996).

Pelatihan memberikan manfaat ganda dalam promosi keselamatan. Pertama pelatihan memastikan pekerja tahu bagaimana cara bekerja dengan amandan mengapa hal itu penting. Kedua pelatihan menunjukkan bahwa manajemen memiliki komitmen terhadap keselamatan ( Goestsch, 1991).


(46)

Pelatihan merupakan komponen utama dalam setiap program keselamatan kerja. Pelatihan dimaksudkan untuk meningkatkan pemahaman pekerja terhadap hazard dan risiko. Dengan adanya peningkatan kesadaran terhadap risiko, pekerja dapat menghindari kondisi tertentu dengan mengenali pajanan dan memodifikasinya dengan mengubah prosedur kerja menjadi lebih aman (Leamon, 1990)

1. Peraturan

Peraturan merupakan dokumen tertulis yang mengkomunikasikan standar, norma dan kebijakan untuk perilaku yang diharapkan (Geller, 2001a). peraturan memiliki peran besar dalam menentukan perilaku mana yang dapat diterima dan tidak dapat diterima (Roughton, 2002).

Notoatmodjo (1993) menyebutkan salah satu strategi perubahan perilaku adalah dengan menggunakan kekutan atau kekuasaan misalnya peraturan-peraturan dan perundang-undangan yang harus dipatuhi oleh anggota masyarakat. Cara ini menghasilkan perilaku yang cepat, akan tetapi perubahan tersebut belum tentu akan berlangsung lama kerena perubahan perilaku yang terjadi tidak atau belum didasari oleh kesadaran sendiri.

Secara umum, kewajiban manajeman dalam peraturan keselamatan dapat dirangkum sebagai berikut :

a. Manajemen harus memiliki peraturan yang memastikan keselamatan dan kesehatan ditempat kerja.


(47)

30

b. Manajeman harus memastikan bahwa setiap pekerjanya memahami peraturan tersebut.

c. Manajemen harus memastikan bahwa peraturan tersebut dilaksanakan secara objektif dan konsisten.

(Goestsch, 1996).

Manajemen yang tidak memenuhi kriteria diatas dianggap teledor. Memiliki peraturan saja tidak cukup, demikian juga memiliki peraturan dan meningkatkan kesadaran pekerja terhadap peraturan. Manajemen harus memutuskan peraturan yang sesuai, mengkonsumsi peraturan tersebut kepada pekerja, dan menegakkan peraturan tersebut ditempat kerja. Penegakan peraturan merupakan hal yang sering dilupakan (Goestsch, 1996).

Peraturan keselamatan akan lebih efektif jika dibuat dalam bentuk tertulis dikomunikasikan dan didiskusikan dengan seluruh pekerja yang terlibat. Hubungan antara peraturan keselamatan dengan konsekuensi yang diterima akibat pelanggaran dapat didiskusikan dengan para pekerja. Pekerja kemudian diminta untuk menandatangani pernyataan bahwa mereka telah membaca dan memahami peraturan tersebut dan juga telah mendapatkan penjelasan tentang konsekuensi yang akan mereka terima bila melanggarnya. Ketika pekerja dilibatkan dalan perumusan peraturan, maka akan lebih memahami dan mau mengikuti peraturan tersebut (Roughton, 2002).


(48)

Petunjuk untuk membangun peraturan keselamatan :

a. Kurangi jumlah peraturan. Terlalu banyak peraturan menyebabkan overload.

b. Tulis peraturan dalam bahasa yang jelas dan mudah dipahami. Langsung pada poin pentingnya saja dan hindari penggunaan kata-kata yang memiliki makna ambigu atau sulit dipahami.

c. Tulis hanya peraturan penting untuk memastikan keselamatan di tempat kerja.

d. Libatkan pekerja dalam merumuskan peraturan yang berlaku bagi area operasi tertentu.

e. Rumuskan hanya peraturan yang hanya dan akan ditegakkan. f. Gunakan akal sehat dalam merumuskan peraturan.

(Goestsch, 1996).

2. Pengawasan

Kelemahan dari peraturan keselamatan adalah hanya berupa tulisan yang menyebutkan bagaimana seseorang bisa selamat, tetapi tidak mengawasi tindakan aktivitasnya. Pekerja akan cenderung melupakan kewajibannya dalam beberapa hari atau minggu (Roughton, 2002). Oleh karena itu dibutuhkan pengawasan untuk menegakkan peraturan ditempat kerja.

Menurut Roughton (2002), beberapa tipe individu yang harus terlibat dalam mengawasi tempat kerja, yaitu :


(49)

32

a. Pengawas (Supervisor)

Setiap pengawas yang ditunjuk harus mendapatkan pelatihan terlebih dahulu mengenai bahaya yang mungkin akan ditemui juga pengendaliannya.

b. Pekerja

Ini merupakan salah satu cara untuk melibatkan pekerja dalam proses keselamatan. Setiap pekerja harus mengerti mengenai potensi bahaya dan cara melindungi diri dan rekan kerjanya dari bahaya tersebut. Mereka yang terlibat dalam pengawasan menumbuhkan pelatihan dalam mengenali dan mengendalikan potensi hazard.

c. Safety Professional

Safety Professional harus menyediakan bimbingan dan petunjuk tentang metode inspeksi. Safety Professional dapat diandalkan untuk bertanggung jawab terhadap kesuksesan atau permasalahan dalam program penegahan dan pengendalian bahaya.

3. Safety Promotion

Membuat Safety Promotion secara visual merupakan cara yang efektif untuk mempromosikan keselamatan. Sebagai contoh, rambu keselamatan yang tampak secara visual bagi operator mesin dapat mengingatkannya untuk menggunakan pengaman mesin. Rambu diletakkan di dekat mesin tersebut, jika operator tidak dapat mengaktifkan mesin tanpa membaca rambu-rambu ini, maka operator tersebut akan


(50)

selalu diingatkan untuk menggunakan cara aman setiap kali mengoperasikan mesin (Goestsch, 1996).

Hal-hal yang dapat meningkatkan efektifitas Safety Sign adalah :

a. Ganti rambu, poster, dn alat batu visual lainnya secara periodic. Pesan visual yang terlalu lama digunakan, lama kelamaan akan menyatu dengan latar dan tidak dikenali lagi.

b. Libatkan pekerja dalam membuat pesan yang akan ditampilkan pada pesan atau poster.

c. Buat pesan visual yang sederhana dan dengan pesan yang jelas.

d. Buat pesan-pesan visual yang cukup besar agar mudah dilihat dalam jarak tertentu.

e. Tempatkan pesan-pesan visual pada tempat-tempat tertentu yang akan menghasilkan efek maximum.

f. Gunakan permainan warna agar pesan visual dapat menarik perhatian. (Goestsch, 1996).

4. Hukuman dan Penghargaan

Hukuman adalah konsekuensi yang diterima individu atau kelompok sebagai bentuk bentuk akibat dari perilaku yang tidak diharapkan. Hukuman dapat menekan atau melemahkan perilaku (Geller, 2001). Hukuman tidak hanya berorientasi untuk menghukum pekerja yang melanggar peraturan, melainkan sebagai control terhadap lingkungan kerja sehingga pekerja terlindungi dari insiden (Roughton, 2002).


(51)

34

Penghargaan adalah konsekuensi positif yang diberikan kepada individu atau kelompok dengan tujuan mengembangan, mendukung dan memelihara perilaku yang diharapkan. Jika digunakan sebagaimana mestinya, penghargaan dapat memberikan yang terbaik kepada setiap orang karena penghargaan membentuk perasaan percaya diri, penghargaan diri, pengendalian diri, optimism, dan rasa memiliki (Geller, 2001).

Menurut Groeneweg (2007), meskipun hukuman dan penghargaan memiliki pengaruh yang kuat dalam mengendalikan perilaku manusia, tetapi bukanlah tanpa masalah. Penghargaan hanya jika penerimanya menganggap bahwa penghargaan tersebut bernilai pada saat diterima. Menghukum perilaku yang diluar kendali pekerja (slip) juga tidak efektif. Bahkan kemungkinan pelanggaran diketahui atau dilaporkan kurang efektif dalam mengubah perilaku, karena masih ada kesempatan pelanggaran tidak diketahui atau dilaporkan. Jika ditempat kerja terdapat kesempatan ini, orang akan secara otomatis memilih perilaku yang tidak diharapkan tanpa memperdulikan hukuman atau penghargaan yang akan mereka terima. Keefektifan pendekatan ini biasanya hanya untuk jangka pendek.

Menurut widle, penekanan pada hukuman dapat memotivasi perilaku seseorang dalam keselamatan, namun bukti dari keefektifitasnya tidak diketahui dengan pasti. Adapun kelemahan dari hukuman ini adalah :

a. Efek atribusi

Sebagai contoh, menilai seseorang sebagai karakteristik yang tidak diharapkan dapat merangsang seseorang untuk berperilaku seperti mereka


(52)

benar-benar memiliki karakteristik itu. Menilai seseorang tidak bertanggung jawab akan membuat mereka berperilaku seperti itu.

b. Penekanan pada pengendalian proses pembentukan perilaku. Sebagai contoh, menggunakan alat pelindung diri atau mematuhi batas kecepatan kerja daripada menekan pada hasil akhir yang ingin dicapai yaitu keselamatan. Pengendalian proses tidak praktis untuk didisain dan diimplementasikan serta tidak dapat merangkum seluruh perilaku yang tidak diharapkan dari pekerja dalam setiap waktu.

c. Hukuman membawa efek samping negatif, hukuman menimbulkan disfungsi iklim organisasi yang ditandai oleh dendam, tidak mau bekerja sama, sikap antagonis, bahkan sabotase. Hasilnya, perilaku yang tidak diharapkan mungkin akan muncul.

2.5. Kerangka Konsep Penelitian

Tindakan tidak aman pekerja Penerapan program keselamatan


(53)

36

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1.Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah bivariat dengan desain Cross sectional. Namun, berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan melalui kuisioner dan wawancara dengan karyawan PTPN IV Unit Usaha Teh Bah butong bagian produksi, didapatkan bahwa penerapan program keselamatan kerja telah dilakukan dengan baik yaitu 100 persen, sehingga pada saat dilakukan uji statistik bivariat, tidak bisa dikorelasikan dengan tindakan tidak aman. Oleh karena itu, uji statistik penelitian ini diganti menjadi uji statistik deskriptif.

3.2.Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian akan dilaksanakan di PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Usaha Teh, Bah Butong selama bulan Maret sampai Juli 2013. Adapun alasan pelaksanaan penelitian di tempat tersebut, yaitu :

1. Belum pernah dilakukan penelitian dengan judul yang sama sebelumnya 2. Ada kesediaan dan dukungan dari pihak perusahaan.

3.3.Populasi dan Sampel Penelitian 3.3.1. Populasi Penelitian

Populasi penelitian ini adalah seluruh karyawan yang bekerja dibagian produksi PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Usaha Teh, Bah butong, yaitu 200 orang.


(54)

3.3.2. Sampel Penelitian

Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiono, 2007). Sampel dalam penelitian ini ditentukan dengan rumus sebagai berikut :

=

NZ

2 P (1-P) ��2

+�2�(1−�) Dimana :

n = besar sampel B = besar populasi

P = Proporsi, bila penelitian ini tidak mengetahui besarnya P dalam populasi mana

P: 0,5

G = Galat pendugaan ( Gasperz, 1991).

Berdasarkan rumus diatas, maka besarnya sampel yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

� = 200.1,962.0,5(1−0,5)

200.0,12+ 1,962.0,5 (10.5) = 64,88 ≈ 65


(55)

38

Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah simple random sampling yaitu berdasarkan nomor induk pekerja genap.

3.4.Metode Pengumpulan Data

Data primer merupakan data yang diperoleh dari wawancara dengan menggunakan kuesioner, yaitu daftar pertanyaan yang berhubungan dengan masalah penelitian yaitu mendapatkan jawaban karyawan untuk hubungan penerapan program keselamatan kerja dengan tindakan tidak aman. Hasil wawancara dengan karyawan khusus untuk tindakan tidak aman menggunakan matriks penilaian resiko.

Data sekunder merupakan data tidak langsung yang diperoleh dari bagian personalia PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero) Unit Usaha Teh, Bah Butong, meliputi gambaran umum perusahaan, jumlah pekerja, program keselamatan kerja perusahaan, gambaran penerapan program keselamatan kerja, dan pelaksanaan program keselamatan kerja

3.5.Definisi Operasional

a. Penerapan program keselamatan kerja adalah upaya yang dilakukan oleh perusahaan kepada karyawan untuk menciptakan keselamatan yang tinggi dan pengalaman kerja yang menghindarkan pekerja dari bahaya-bahaya ditempat kerja akibat melakukan tindakan yang tidak aman pada saat bekerja juga untuk mewujudkan pemeliharaan karyawan yang baik.


(56)

b. Tindakan tidak aman adalah tindakan-tindakan bahaya yang dilakukan oleh pekerja di bagian produksi pengolahan teh yang kemungkinan mengakibatkan terjadinya kecelakaan kerja.

3.6.Aspek Pengukuran

3.6.1. Penerapan Program Keselamatan Kerja

Skala pengukuran yang digunakan untuk mengetahui hubungan diterapkannya program keselamatan kerja terhadap tidakan tidak aman yang dilakukan oleh karyawan adalah skala Guttman yaitu skala yang digunakan untuk jawaban yang bersifat jelas (tegas) dan konsisten (Sugiyono, 2010).

Responden diminta untuk menyatakan pendapatnya atas pertanyaan yang diberikan melalui dua pilihan yaitu “Ya” dan “Tidak”. Jawaban responden bernilai 1 apabila menjawab “Ya” dan bernilai 0 apabila menjawab “Tidak”. Skor minimum yang diperoleh 0 dan skor maksimum yang diperoleh 16.

Total skor dibagi dalam dua kategori, yaitu :

1. Baik adalah bila jumlah skor yang diperoleh ≥ 50 % dari total skor tertinggi.

2. Kurang adalah apabila jumlah skor yang diperoleh < 50 % dari total skor tertinggi (Sugiyono, 2000).


(57)

40

3.6.2. Tindakan Tidak Aman Pekerja

Pengukuran variabel tindakan tidak aman pekerja menggunakan teori Manajemen Resiko. Responden diminta menyatakan pendapatnya atas pernyataan mengenai tindakan tidak aman yang dilakukan oleh pekerja yang diberikan penilaiannya melalui :

Peluang Kriteria Keterangan

A Almost Certain/ Hampir pasti

terjadi

Suatu kejadian akan terjadi pada semua kondisi Misal : berulang kali pada tiap tahun

B Likely /

Mungkin Terjadi

Suatu kejadian mungkin akan terjadi pada hampir semua kondisi.

Misal : Terjadi sekali dalam setahun sampai 3 tahun

C Moderate/Sedang Suatu kejadian akan terjadi pada beberapa kondisi tertentu.

Misal : Terjadi sekali dalam 5 tahun D Unlikely/Kecil

kemungkinan

Suatu kejadian akan terjadi pada beberapa kondisi tertentu, namun kecil kemungkinannya. Misal : terjadi sekali dalam 10 tahun

E Rarely /

Jarang sekali

Suatu kejadian akan terjadi pada beberapa kondisi yang khusus/luar biasa/setelah bertahun-tahun. Misal : terjadi paling tidak sekali dalam sejarah perusahaan.

Tabel 3.1. Peluang

Akibat Kriteria Keterangan

1

Insicnificant /

Tidak Signifikan Tidak ada cidera, kerugian materi sangat kecil.

2 Minor

Memerlukan perawatan P3K, on-site release langsung dapat ditangani, kerugian materi sedang.


(58)

3

Moderate / Sedang

Memerlukan perawatan medis, on-site release langsung dapat ditangani dengan bantuan pihak luar, kerugian materi cukup besar.

4 Major

Cidera yang mengakibatkan cacat/hilang fungsi tubuh secara total, off-side release tanpa effek merusak, kerugian materi besar.

5

Catastropic / Bencana

Menyebabkan kematian, off-side release bahan toksit dan effeknya merusak, kerugian materi sangat besar.

Tabel 3.2. Akibat

Peluang

Akibat

1 2 3 4 5

A H H E E E

B M H H E E

C L M H E E

D L L M H E

E L L M H H

Tabel 3.3. Matriks Penilaian Resiko

E Extreme Risk/Risiko Ekstrim, memerlukan penanganan segera atau penghentian kegiatan atau keterlibatan manajemen puncak, perbaikan Ancaman Sebab Akibat Peluang (ASAP).

H High Risk/Risiko tinggi, memerlukan pihak manajemen, penjadwalan tindakan perbaikan secepatnya.

M Moderate Risk/Risiko Sedang, penanganan oleh manajemen area terkait, penjadwalan sesuai prosedur.


(59)

42

3.7. Teknik Analisis Data

Data yang dikumpulkan dianalisa secara univariat dengan menggunakan uji statistik deskriptif. Analisis univariat digunakan untuk mengetahui frekuansi penerapan program keselamatan kerja, tindakan tidak aman, jenis kelamin,unit kerja, umur dan masa kerja karyawan bagian produksi teh di PT Perkebunan Nusantara IV Unit Bah Butong, Kabupaten Simalungun tahun 2013. Analisis data dilakukan menggunakan spss versi 16.


(60)

BAB IV HASIL 4.1. Gambaran Umum Perusahaan 4.1.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Perkebunan Bah Butong dibuka pada tahun 1917 oleh Nederland Handel Maskapai (NV.NHM). Pabrik pertama didirikan pada tahun 1927 dan mulai beroperasi sejak tahun 1931. Pada tahun 1957, Pemerintah Indonesia melakukan pengambilan alihan perusahaan yang dikelola bangsa asing, termasuk perusahaan NHM melalui SK Menteri Pertanian No. 229/UM/57, tanggal 10 Agustus 1957 yang diperkuat dengan Undang-Undang Nasionalisasi No. 86/1958. Pada tahun 1961, PPN baru dan Pusat Perkebunan Negara dilebur menjadi Badan Pimpinan Umum PPN Daerah Sumatera Utara I-IX melalui UU No. 141 tahun 1961 Sumut III dan PP No. 141 tahun 1961. Tahun 1963 perkebunan teh Sumatera Utara dialihkan menjadi Perusahaan Aneka Tanaman IV (ANTAN-IV) melalui PP No. 27 tahun 1963. Tahun 1968 terjadi perubahan menjadi perusahaan Negara Perkebunan VIII (PNP VIII) melalui PP No. 141 tahun 1968 tanggal 13 April 1968. Perubahan berikutnya mulai tahun 1974 menjadi persero yaitu PT Perkebunan VIII (PTP VIII) melalui Akta Notaris GHS Lumban Tobing SH, No. 65 tanggal 31 April 1974 yang diperkuat SK Menteri Pertanian No. YA/ 5/ 5/ 23, pada tanggal 7 Januari 1975. Semenjak tanggal 11 Maret 1996 terjadi restrukturisasi kembali dimana perkebunan Bah Butong masuk dalam lingkup PTP Nusantara IV melalui akte pendiririan PTPN IV No. 37 tanggal 11 Maret 1996 yang mengatur peleburan PTP VI, VII, dan VIII menjadi PT


(61)

44

Perkebunan Nusantara VI (PERSERO). Sejak tahun 1998 s/d 2000 dibangun pabrik baru yang lebih besar dan modern dan diresmikan pada tanggal 20 Januari 2001.

Lokasi kebun Bah Butong berada di Kecamatan Sidamanik, 26 Km dari Kota Pematang Siantar dan 155 Km dari Kantor Pusat yang berada di Kota Medan. Luas areal HGU (Hak Guna Usaha) adalah 2.891.84 Ha dengan luas tanaman adalah 428.2 Ha dan dengan ketinggian 890 mdpl. Secara geografis, PT Perkebunan Teh Unit Usaha Bah Butong berbatasan dengan :

1. Utara : Berbatasan dengan persawahan kampung Sidamanik, 2. Selatan : Berbatasan dengan kampung Jorlang Huluan,

3. Timur : Berbatasan dengan Perkebunan Nusantara IV Bah Birung Ulu, dan 4. Barat : Berbatasan dengan Gunung Bosar.

4.1.2. Gambaran Alur Proses Pengolahan Teh Hitam PT Perkebunan Nusantara IV Unit Usaha Bah Butong

Berdasarkan pengamatan di lapangan, diketahui bahwa PT Perkebunan Nusantara IV memiliki 8 unit/ stasiun pengolahan daun pucuk teh segar menjadi teh hitam. Proses ini dilakukan setiap hari senin hingga minggu. Akan tetapi, pada hari senin, proses produksi teh tidak berlangsung sepenuhnya, hanya proses pelayuan daun pucuk teh segar saja yang beroperasi sehingga pada hari selasa mulai dilakukan proses turunan daun layu hingga pada proses pengepakan, dan demikianlah untuk hari-hari berikutnya. Khusus untuk unit/ stasiun pelayuan, karyawan bekerja pada pukul 17.00-08.00 WIB. Bagi karyawan yang bekerja pada unit lainnya bekerja sejak pukul 06.30-17.00 WIB. Dimana disetiap unit/ stasiun memiliki 2 orang krani/ mandor/ Karyawan pimpinan yang memimpin setiap karyawan pada unit/ stasiunnya


(62)

masing-masing. Karyawan pimpinan tidak ikut bekerja seperti yang karyawan pelaksana kerjakan. Karyawan pimpinan mengatur dan memanajemen para anggotanya sehingga proses produksi berjalan sesuai dengan target dan mengingatkan pekerja untuk melakukan pekerjaan dengan konsentrasi dan kemauan yang tinggi demi nama baik perusahaan dan mengurangi resiko terjadinya kecelakaan kerja. Berikut alur proses pengolahan teh hitam PT Perkebunan Nusantara IV Unit Usaha Bah Butong.

Gambar 4.1. Alur proses pengolahan teh hitam Penerimaan

Pucuk Teh

Pengepakan Sortasi Pra Sortasi

Pelayuan

Penggulungan

Fermentasi

Pengeringan Turunan Daun Layu


(63)

46

1. Stasiun Penerimaan Daun Teh Basah

Penerimaan daun teh basah dari Afdeling dilakukan sebanyak 3 kali sehari. Daun teh basah diangkut ke unit/ stasiun pelayuan dan dimasukkan ke Withering Trough dengan menggunakan alat angkut Monorail, yang selanjutnya daun teh basah di diserakkan pada box pelayuan untuk dilayukan.

2. Stasiun Pelayuan

Pelayuan daun teh basah bertujuan untuk menurunkan kandungan air, sehingga daun teh basah menjadi layu fisik serta memberi kesempatan terjadinya perubahan senyawa-senyawa kimia. Dalam proses pelayuan, diperlukan aliran udara panas dari Heat Exchanger dengan suhu 26-30oC. Lama pelayuan antara 18 sampai dengan 20 Jam.

3. Stasiun Turunan Daun Layu

Pada saat daun teh basah sudah payu dari stasiun pelayuan, maka daun teh yang sudah layu diturunkan melalui corong dimana dasarnya adalah mesin penggulungan daun teh layu dan kapasitas daun layu sekitar 10 kilo setiap mesinnya.

4. Stasiun Penggulungan

Penggulungan bertujuan untuk memeras/ memulas cairan getah daun dan juga untuk membentuk pecahan daun menjadi menggulung.mesin yang digunakan yaitu OTR-PCR-RV-RV yang menghasilkan bubuk I, II, III, IV dan Badag. Selama proses penggulungan, suhu dan kelembaban ruangan harus tetap terjaga, antara 22-24oC dan RH>95%. Untuk mengendalikan suhu dan RH maka digunakan alat pengabut air (Humidifier).


(64)

5. Stasiun Fermentasi

Fermentasi/ Oksidasi Enzimatis bertujuan untuk memberikan kesempatan terjadinya reaksi oksidasi enzimatis dalam bubuk teh dan mengendalikannya sehingga terbentuk kualitas teh hitam yang baik.

Waktu Fermentasi :

Bubuk I (menit) Bubuk II (menit) Bubuk III (menit) Bubuk IV(menit) Bubuk V (menit)

120 130 130 130 130

Tabel. 4.1. Waktu Fermentasi bubuk teh hitam

Suhu dan Kelembaban di ruang fermentasi diupayakan sama kondisinya dengan ruang pengggulungan.

6. Stasiun Pengeringan

Proses peneringan bertujuan untuk menghentikan proses kerja enzim pada titik optimal dan memfiksasi sifat-sifat baik yang telah dicapai pada waktu proses oksidasi enzymatis serta menurunkan kadar air dalam teh sehingga dapat tahan lama ketika disimpan.

7. Stasiun Pra Sortasi

Sebelum masuk pada stasiun sortasi, maka pada stasiun Pra sortasi bubuk teh yang sudah dikeringkan akan di ayat/ di saring, sehingga batang-batang daun teh ataupun bagian daun teh yang masih kasar akan tersaring oleh mesin stasiun pra sortasi.

8. Stasiun Sortasi

Pada stasiun sortasi bertujuan untuk memisahkan teh berdasarkan jenisnya sesuai dengan kriteria yang berlaku pada peamasaran teh hitam.


(65)

48

BOP 1 BOP BOPF BP BT PF DUST 1 BP 2

BT II PF II DUST II DUST III DUST VI FANN II RBO Tabel 4.2. Jenis teh sesuai kriteria pemasaran

9. Pengepakan

Teh yang sudah memenuhi jumlah 1 Chop langsung di Pak. Kemasan yang digunakan untuk pengepakan yaitu Paper sack dan Poly Bag.

Grade Jenis Kemasan Per Chop Isi Per

Sack ( Kg)

Netto (Kg)

I

BOP I P.Sack 40 48 1920

BOP P.Sack 40 48 1920

BOPF P.Sack 40 50 2000

BP P.Sack 20 60 1200

BT P.Sack 40 40 1600

PF P.Sack 40 53 2120

DUST I P.Sack 40 60 2400

II

BP II P.Sack 40 60 2400

BT II P.Sack 40 50 2000

PF II P.Sack 40 53 2120

DUST II P.Sack 40 60 2400

DUST III P.Sack 40 60 2400

DUST IV P.Sack 25 60 1500

FAN II P.Sack 40 57 2280

III RBO P.Sack 50 50 2000

Tabel 4.3. Jenis kemasan dan berat bubuk teh hitam Negara tujuan eksport teh :

1. Negara-Negara Timur Tengah : Mesir, Irak, Iran dan Syria.

2. Negara-Negara Eropa : Jerman, Irlandia, Italia, Belanda, Prancis, Spanyol, Inggris.

3. Negara-Negara lainnya : Amerika, Australia, New Zealand, Fiji, Taiwan, Singapura, Malasya, China, dan Pakistan.


(66)

4.1.3. Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Perusahaan membentuk suatu wadah dalam melaksanakan program dan kebijakan Keselamatan dan Kesehatan Kerja yaitu P2K3 (Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja) yang bertujuan untuk menciptakan suasana kerja yang aman, nyaman, dan sehat sehingga tenaga kerja dapat bekerja secara efisien dan produktif. Tahun 2009 PT Nusantara IV Unit Usaha Teh bah Butong telah menerima sertifikat dan Bendera Emas dari Pemerintah oleh Menteri Tenaga Kerja atas Penerapan SMK3 (Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan kerja). PT Perkebunan Nusantara IV mempunyai tim Audit Eksternal, yaitu Sucofindo dimana melakukan Audit SMK3 satu kali dalam tiga tahun.


(67)

50

4.1.4. Struktur Organisasi P2K3 PT Perkebunan Nusantara IV (Persero) Unit Usaha Bah Butong

Medis

Regu Medis Pabrik dan Afdeling

Evakuasi Regu dari Pabrik

Rescue Regu dari Pabrik

Inspeksi dan Investigasi Tim dari Pabrik Tanggap Darurat

Tim dari Pabrik

Manajemen Resiko Tim dari Pabrik

Anggota Seluruh Karyawan Pemadam Inti

Regu Pemadam Inti

Logistik dan Komunikasi Regu Logistik dan

Komunikasi Pengamanan Regu Keamanan

Regu Pemadam Regu Pemadam Pabrik Regu Pemadam Afdeling

Evakuasi Tim dari Afdeling

Rescue

Tim dari Afdeling Manajemen Resiko Tim dari Afdeling Internal Audit

Tim Internal Audit

Tanggap Darurat Tim dari Afdeling

Ketua 1

Kepala Dinas Tanaman

Ketua II Ketua Dinas Pengolahan Teh Ketua III Asisten Pengolahan Dokumen Control

Bid. Dokumen Control

Fire Shief Pa- Pam

Ketua Umum Manager Unit Usaha

Sekertaris Aisten Tata Usaha


(68)

4.2. Hasil Penelitian

4.2.1. Analisis Univariat

4.2.1.1. Distribusi Pekerja Berdasarkan Data Demografi

Secara administratif berdasarkan data terbaru tahun 2013, PT Perkebunan Nusantara IV Unit Usaha Teh Bah Butong, ada 10 Unit/ stasiun pengolahan daun teh menjadi bubuk teh hitam, dengan jumlah karyawan pelaksana sebagai sampel sebanyak 65 orang. Secara rinci dapat dilihat pada tabel 4.4. berikut :

Tabel 4.4. Distribusi karyawan Berdasarkan Jenis Kelamin

Sumber : Profil PT Perkebunan Nusantara IV Unit Usaha Teh Bah Butong, 2013

Tabel 4.5. Distribusi Pekerja Berdasarkan Unit Kerja

No Unit Kerja f Persentase %

1 Daun basah 7 10.8

2 Pelayuan 4 6.2

3 Turunan daun layu 4 6.2

4 Penggulungan 15 23.1

5 Pengeringan 6 9.2

6 Pra- sortasi 8 12.3

7 Sortasi 13 20.0

8 Boyan 4 6.2

9 Pengepakan 4 6.2

Total 65 100.0

Sumber : Profil PT Perkebunan Nusantara IV Unit Usaha Teh Bah Butong, 2013

No Jenis Kelamin f Persentase %

1 Perempuan 25 38.5

2 Laki-laki 40 61.5


(69)

52

Tabel 4.6. Distribusi Pekerja berdasarkan Umur

No Umur f Persentasi %

1 2

≤45 tahun 33 50.8

>45 tahun 32 49.2

Total 65 100.0

Sumber : Profil PT Perkebunan Nusantara IV Unit Usaha Teh Bah Butong, 2013

Tabel 4.7. Distribusi Pekerja Berdasarkan Masa kerja

No Umur f Persentasi %

1 <17 tahun 27 41.5

2 ≥17 tahun 38 58.5

Total 65 100.0

Sumber : Profil PT Perkebunan Nusantara IV Unit Usaha Teh Bah Butong, 2013

Berdasarkan tabel distribusi jenis kelamin dapat dilihat bahwa jumlah karyawan jenis kelamin Laki-laki lebih banyak yaitu 40 karyawan dari pada Jenis kelamin Perempuan yaitu 25 karyawan, tabel distribusi unit kerja terlihat bahwa karyawan bernomor induk pekerja lebih banyak sebagai sampel untuk dilakukan wawancara yaitu pada stasiun penggulungan sebanyak 14 karyawan, tabel distribusi kelompok umur, dapat dilihat bahwa umur pekerja <=45 tahun lebih banyak yaitu 33 karyawan, dan tabel distribusi masa kerja, terlihat bahwa masa pekerja >=17 tahun lebih banyak, yaitu 38 orang.


(70)

4.1.1.2. Distribusi Pekerja Berdasarkan Program Keselamatan Kerja

Program keselamatan kerja PT Perkebunan Nusantara IV Unit Usaha Teh Bah Butong sudah menerapkan program keselamatan kerja. Ini dapat dilihat pada tabel penerapan program keselamatan kerja dimana dari 65 karyawan 100 % responden menjawab hasil wawancara bahwa PT Perkebunan Nusantara IV benar sudah menerapkan program keselamatan kerja. Secara rinci dapat kita lihat melalui tabel berikut.

Tabel 4.8. Distribusi Pekerja Berdasarkan Program Keselamatan Kerja No Program Keselamatan Kerja Ya Tidak 1 Prosedur kerja (instruksi kerja) dibuat disetiap

unit kerja

65 - 2 Sosialisasi program keselamatan kerja secara

berkala 65 -

3 Diadakan rapat bulanan dengan Panitia Pembina

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3) 65 - 4 Ada program untuk mendeteksi, mengkoreksi,

mengontrol kondisi berbahaya, lingkungan beracun dan bahaya-bahaya keselamatan

65

-5 Ada petugas khusus untuk menangani keadaan

darurat di pabrik 65 - 6 Diadakan pelatihan keselamatan kerja untuk

karyawab bagian produksi 65 - 7 Pelatihan dilakukan oleh sumber daya yang

memadai 65 -

8 Ada tindakan kontrol kondisi bahaya di pabrik 65 - 9 Tersedia alat-alat pelindung diri untuk

keselamatan karyawan 65 - 10 Penggunaan mesin-mesin yang dilengkapi alat

pengaman 65 -

11 Sosialisasi perkembangan alat pelindung diri yang baru dan standar keselamatan kerja yang

baru 65 -

12 Terdapat standar kepatuhan kerja (seperti sanksi)

apabila lalai menjalankan prosedur kerja 65 -

13 Melakukan inspeksi keselamatan dan kesehatan

kerja bulanan 65 - 14 Adanya pemeliharaan fasilitas pabrik untuk


(71)

54

mengurangi resiko kecelakaan di tempat kerja 65 -

15 Pemantauan lingkungan kerja oleh HIPERKES 65

16 Penyediaan kotak P3K di tiap lokasi kerja 65 -Sumber : Hasil wawancara dengan responden PT Perkebunan Nusantara IV Unit Usaha Teh Bah Butong, 2013

4.2.1.3. Distribusi Penilaian Risiko Pada Karyawan Berdasarkan Tindakan Tidak Aman

Tindakan tidak aman oleh karyawan PT Perkebunan Nusantara IV Unit Bah Butong dari 65 karyawan sebagai responden yang paling banyak dilakukan dan beresiko sedang (Moderate Risk) yaitu sebanyak 23 keryawan menggunakan alat yang rusak. Selanjutnya, 21 karyawan tidak memakai APD, 16 karyawan melakukan perbaikan pada saat mesin sedang berjalan, 15 karyawan memuat sesuatu secara berlebihan, 11 karyawan menempatkan sesuatu tidak pada tempatnya, 5 karyawan mengangkat beban secara berlebihan dan juga 5 karyawan melakukan posisi kerjayang tidak, 3 karyawan melepaskan alat pengaman atau membuat alat pengaman tidak berfungsi dan hanya 1 karyawan melakukan panggilan dan menerima panggilan telefon sambil bekerja.Tindakan tidak aman beresiko sedang juga terjadi pada setiap unit kerja. Pada unit Daun basah terdapat 4 karyawan tidak memakai APD, 3 karyawan melakukan perbaikan pada saat mesin sedang berjalan, 2 karyawan menggunakan alat yang rusak, 2 karyawan memuat sesuatu cesara berlebihan, 2 karyawan melakukan posisi kerja yang tidak tepat dan 1 karyawan mengangkat beban berlebihan. Pda unit pelayuan, terdapat 2 karyawan menggunakan alat bantu kerja yang rusak, 2 karyawan memuat sesuatu secara berlebihan, dan 2 karyawan menempatkan sesuatu tidak pada tempatnya. Pada unit turunan daun layu, terdapat 2


(72)

karyawan yidak memakai APD, 2 karyawan menempatkan sesuatu tidak pada tempatnya, 2 karyawan melakukan perbaikan pada saat mesin sedang berjalan, 1 karyawan menggunakan alat bantu kerja yang rusak dan 1 karyawan memuat sesuatu secara berlebihan. Pada unit penggulungan, terdapat 6 karyawan menggunakan alat bantu kerja yang rusak, 6 karyawan memuat sesuatu tudak pada tempatnya, 5 karyawan tidak memakai APD, 3 karyawan menempatkan sesuatu tidak pada tempatnya, dan 3 karyawan melakukan perbaikan pada saat mesin sedang berjalan.

Pada unit pengeringan, terdapat 2 karyawan menggunakan alat bantu kerja yang rusak, 1 karyawan tidak memakai APD, 1 karyawan mengangkat beban berlebihan, dan 1 karyawan melakukan perbaikan pad saat mesin sedang berjalan. Pada unit pra sortasi, 3 karyawan menggunakan alat bantu kerja yang rusak, 3 karyawan melakukan perbaikan pada saat mesin sedang berjalan, 2 karyawan tidak memakai APD, 1 karyawan memuat sesuatu secara berlebihan, 1 karyawan menempatkan sesuatu tidak pada tempatnya, dan 1 karyawan melakukan posisi kerja yang tidak tepat. Pada unit sortasi, terdapat 2 karyawan menggunakan alat bantu kerja yang rusak, 2 karyawan tidak memakai APD, 1 karyawan memuat sesuatu secara berlebihan, 1 karyawan mengangkat beban berlebihan dan 1 karyawan melakukan perbaikan pada saat mesin sedang berjalan. Pada unit boyan, terdapat 2 karyawan melepaksan alat pengaman atau membuat alat pengaman menjadi tidak berfungsi, 2 karyawan tidak memakai APD, 2 karyawan melakukan perbaikan pada saat mesin sedang berjalan, 1 karyawan menggunakan alat bantu kerja yang rusak dan 1 karyawan menempatkan sesuatu tidak pada tempatnya. Pada unit pengepakan, terdapat 4 karyawan menggunakan alat bantu kerja yang rusak, 3 karyawan tidak


(1)

Area Kerja * Memuat sesuatu secara berlebihan.3 Crosstabulation

Area Kerja Memuat sesuatu secara

berlebihan.3 Total

Moderate Risk Low Risk

Daun basah 2 5 7

Pelayuan 2 2 4

Turunan daun layu 1 3 4

Penggulungan 6 9 15

Pengeringan 0 6 6

Pra- sortasi 1 7 8

Sortasi 1 12 13

Boyan 0 4 4

Pengepakan 2 2 4

Total 15 50 65

Area Kerja * menempatkan sesuatu tidak pada tempanya.3 Crosstabulation

Area Kerja menempatkan sesuatu tidak

pada tempanya.3 Total

Moderate Risk Low Risk

Daun basah 2 5 7

Pelayuan 2 2 4

Turunan daun layu 2 2 4

Penggulungan 3 12 15

Pengeringan 0 6 6

Pra- sortasi 1 7 8

Sortasi 0 13 13

Boyan 1 3 4


(2)

Area Kerja * Mengangkat beban berlebihan.3 Crosstabulation

Area Kerja Mengangkat beban berlebihan.3 Total Moderate Risk LOw Risk

Daun basah 1 6 7

Pelayuan 0 4 4

Turunan daun layu 0 4 4

Penggulungan 1 14 15

Pengeringan 1 5 6

Pra- sortasi 1 7 8

Sortasi 1 12 13

Boyan 0 4 4

Pengepakan 0 4 4

Total 5 60 65

Area Kerja * Posisi kerja yang tidak tepat.3 Crosstabulation

Area Kerja Posisi kerja yang tidak tepat.3 Total Moderate Risk Low Risk

Daun basah 2 5 7

Pelayuan 0 4 4

Turunan daun layu 0 4 4

Penggulungan 0 15 15

Pengeringan 0 6 6

Pra- sortasi 1 7 8

Sortasi 0 13 13

Boyan 1 3 4

Pengepakan 1 3 4


(3)

Area Kerja * Melakukan perbaikan pada waktu mesin sedang berjalan.3 Crosstabulation

Area Kerja Melakukan perbaikan pada

waktu mesin sedang berjalan.3 Total Moderate Risk Low Risk

Daun basah 3 4 7

Pelayuan 0 4 4

Turunan daun layu 2 2 4

Penggulungan 3 12 15

Pengeringan 1 5 6

Pra- sortasi 3 5 8

Sortasi 1 12 13

Boyan 2 2 4

Pengepakan 1 3 4

Total 16 49 65

Area Kerja * Bersenda gurau sambil bekerja.3 Crosstabulation

Area Kerja Bersenda gurau sambil

bekerja.3 Total

Low Risk

Daun basah 7 7

Pelayuan 4 4

Turunan daun layu 4 4

Penggulungan 15 15

Pengeringan 6 6

Pra- sortasi 8 8

Sortasi 13 13

Boyan 4 4


(4)

Area Kerja * Merokok sambil bekerja.3 Crosstabulation

Area Kerja Merokok sambil bekerja.3 Total Low Risk

Daun basah 7 7

Pelayuan 4 4

Turunan daun layu 4 4

Penggulungan 15 15

Pengeringan 6 6

Pra- sortasi 8 8

Sortasi 13 13

Boyan 4 4

Pengepakan 4 4

Total 65 65

Area Kerja * Melakukan panggilan atau menerima panggilan telphon sambil bekerja.3 Crosstabulation

Area Kerja

Melakukan panggilan atau menerima panggilan telphon

sambil bekerja.3

Total Moderate Risk Low Risk

Daun basah 0 7 7

Pelayuan 0 4 4

Turunan daun layu 0 4 4

Penggulungan 0 15 15

Pengeringan 0 6 6

Pra- sortasi 0 8 8

Sortasi 0 13 13

Boyan 0 4 4

Pengepakan 1 3 4


(5)

Area Kerja * Menggunakan mesin yang sedang rusak/ dalam perbaikan.3 Crosstabulation

Area Kerja

Menggunakan mesin yang sedang

rusak/ dalam perbaikan.3

Total

Low Risk

Daun basah 7 7

Pelayuan 4 4

Turunan daun layu 4 4

Penggulungan 15 15

Pengeringan 6 6

Pra- sortasi 8 8

Sortasi 13 13

Boyan 4 4

Pengepakan 4 4


(6)

Dokumen yang terkait

Perilaku Penjamah Pestisida di PT. Perkebunan Nusantara IV Kebun Bah Butong Tahun 2015

2 65 122

Penerapan Metode Goal Programming Untuk Mengoptimalkan Produksi Teh (Studi Kasus: PT Perkebunan Nusantara IV - Pabrik Teh Bah Butong)

2 54 106

Identifikasi Sistem Produksi Teh di PT. Perkebunan Nusantara IV Kebun Bah Butong

14 120 90

Pengaruh Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja Terhadap Kinerja Karyawan PT Perkebunan Nusantara IV Unit Usaha Bah Butong (Studi pada PT Perkebunan Nusantara IV Unit Usaha Bah Butong Kecamatan Sidamanik Kabupaten Simalungun)

1 24 117

Hubungan Kelelahan Kerja Dengan Produktivitas Kerja Pada Pemetik Teh di PT. Perkebunan Nusantara IV Bah Butong Kabupaten Simalungun Tahun 2014

4 34 104

Hubungan Kelelahan Kerja Dengan Produktivitas Kerja Pada Pemetik Teh di PT. Perkebunan Nusantara IV Bah Butong Kabupaten Simalungun Tahun 2014

0 1 28

Hubungan Penerapan Program Keselamatan Kerja dengan Tindakan Tidak Aman oleh Karyawan PT Perkebunan Nusantara IV (Persero) Unit Usaha Teh Bah Butong

0 0 19

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pelaksanaan Program Keselamatan Kerja - Hubungan Penerapan Program Keselamatan Kerja dengan Tindakan Tidak Aman oleh Karyawan PT Perkebunan Nusantara IV (Persero) Unit Usaha Teh Bah Butong

0 4 26

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - Hubungan Penerapan Program Keselamatan Kerja dengan Tindakan Tidak Aman oleh Karyawan PT Perkebunan Nusantara IV (Persero) Unit Usaha Teh Bah Butong

0 7 9

HUBUNGAN PENERAPAN PROGRAM KESELAMATAN KERJA DENGAN TINDAKAN TIDAK AMAN PADA KARYAWAN PT PERKEBUNANNUSANTARA IV UNIT BAH BUTONG KABUPATEN SIMALUNGUN TAHUN 2013 SKRIPSI

0 1 15