Apa yang menjadi kriteria seseorang itu layak mendapatkan hadhanah
                                                                                disalahkan, apakah pemerintah itu mau melaksanakan dengan suka rela, itulah di Indonesia. Artinya pemerintah itu adalah orang yang mengerti hukum tapi ketika
putusan  Tata  Usaha  Negara  merugikan  pihak  pemerintah      terjadi  juga  perasaan berat untuk melaksanakan putusan tersebut.
Beda  dengan  di  arab  misalnya  di  arab  itu  tidak ada  istilah  jumput  paksa, anak  yang  misalnya  ada  di  bapaknya  diserahkan  ke  ibunya  atau  sebaliknya  itu
sudah langsung diserahkan tanpa ada pemakasaan karena memang hormat kepada pengadilan,  karna  rajaannya  juga  taat  misalnya  terjadi  pembongkaran  besar-
besaran di sekitar masjidilharam ada yang tidak puas lalu melakukan gugatan ke pengadilan itu kalau memang  Negarakerajaan harus bayar ya bayar.
Kedua,  karna  si  anak  ada  di  tangan  salah  satu  orang  tuanya  ibubapak ketika  diputus  sudah  pindah  alamat  atau  pindah  wilayah  dan  sulit  untuk
mencarinya  akhirnya  apabila  terjadi  seperti  itu  penyelesaiannya  bukan  lewat pengadilan  lagi  melainkan  mencari  informasi    oleh  masing-masing  pihak,  akibat
tidak  patuhnya  terhadap  hukum  dan  putusan  pengadilan.  Eksekusi    terhadap hadhanah ini termasuk perkara yang berat untuk diadili yang bapak dan ibunya itu
benar-benar  ngotot  untuk  mengambil  dan    mempertahankan  anaknya.  Kalau masalah  hadhanah  pada  umumnya  pidah  alamat  kemudian  tidak  diketahui,  jadi
tinggal  masing-masing  cari  tau,  kalau  lewat  pengadilan  nanti  panggil  dulu, “bocor” lagi, pindah alamat lagi ahirnya susah.
                