Putusan Nomor : 1200Pdt.G2012PA.Ckr

dilangsungkan Akad Nikah antara pemohon dan termohon, berdasarkan kutipan akta nikah Nomor 107176XI1998. Dari perkawinan tersebut dikaruniai 2 dua anak laki-laki yaitu : Aldi Aulia Fahlevi, umur 13 tahun dan arhinza sutan syahriza, umur 3 tahun. Memasuki Tahun 2004, rumah tangga pemohon dan termohon kurang harmonis, seringkali terjadi perselisihan danatau pertengkaran sejak akhir tahun 2009, beberapa kali memperlakukan anaknya dengan tidak memperhatikan kondisi kedua anaknya, khususnya anak kedua yang masih kecil, saat ini usia 3 tahun . Sejak Juli tahun 2012 hingga saat ini pemohon dan termohon tidak tinggal bersama dalam satu rumah dan sudah tidak harmonis lagi dan tidak akan dapat hidup rukun sebagai suami isteri sebagaimana diatur dan ditegaskan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan, Pasal 39 ayat 2 dan ditegaskan pada Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975, Pasal 19 huruf f . demi kepentingan yang terbaik untuk anak dan mengingat segala perbuatan dan tindakan termohon yang tidak baik, tidak amanah, dan tidak bertanggung jawab sebagai isteri dan sebagai ibu bagi kedua anaknya, maka sudah sepatutnya dan semestinya kedua anak yang telah dilahirkan dari perkawinan pemohon dan termohon tinggal bersama dan berada dalam hak pengasuhan pemohon selaku Ayah Kandung dari kedua anaknya. Mengenai Hukumnya : Berdasarkan fakta-fakta, Majelis Hakim berpendapat, bahwa perkawinan Pemohon dan Termohon telah pecah breakdown marriage dan sudah tidak ada harapan akan hidup rukun lagi sebagai suami isteri, sehingga tujuan luhur perkawinan untuk membentuk rumah tangga yang bahagia, tentram, kekal dan damai sakinah mawaddah warahmah, sesuai dengan surat Ar-Rum 21 dan pasal 1 UU Nomor 1 Tahun 1974 jo. Pasal 2 dan pasal 3 KHI, tidak terwujud. Meskipun anak kedua Pemohon dan Termohon bernama Arhinza Sutan Syahriza, lahir tanggal 3 agustus 2009 atau umur 3 tahun, berarti masih dibawah umur atau belum mumayyiz, akan tetapi Termohon telah terbukti, bahwa Termohon adalah seorang ibu yang kurang perhatian terhadap anak-anaknya. Sesuai pasal 49 ayat 1 UU Nomor 1 Tahun 1974, Majelis Hakim berpendapat bahwa Termohon merupakan seorang ibu yang berkelakuan buruk dan melalaikan kewajiban terhadap anaknya, karena hak Termohon seorang ibu untuk memelihara anak dapat dialihkan kepada Pemohon. Karena anak pertama Pemohon dan Termohon yang bernama Aldi Aulia Fahlevi, lahir tanggal 6 September 1999 telah berumur 13 tahun berarti telah mumayyiz, Majelis Hakim telah memandang bahwa anak tersebut telah dapat membedakan antara yang baik dengan yang buruk, benar dengan salah, sesuai dengan pasal 105 huruf b KHI, maka anak tersebut dapat memilih untuk ikut kepada Pemohon sebagai ayah kandungnya atau kepada Termohon sebagai ibu kandungnya. Majelis Hakim memutuskan :  Memberi izin kepada Pemohon Gatot Purnomo Bin Soemanto untuk menjatuhkan Talak Satu Raj’i terhadap Termohon Siti Atufah Alias Ulfa Binti H. Moch. Soleh di depan sidang Pengadilan Agama Cikarang.  Menetapkan anak Pemohon dan Termohon yang bernama Arhinza Sutan Syahriza, lahir tanggal 3 Agustus 2009 berada di bawah hadhanah Pemohon Gatot Purnomo Bin Soemanto.

2. Putusan Nomor : 0415Pdt.G2011PA.Ckr

Pihak yang berperkara : Herni Silvia Yohana, M, umur 27 tahun, agama Islam, sebagai “Penggugat”. Melawan Wahyudi Bin Sidjo, M, umur 32 tahun, agama Islam, sebagai “Tergugat”. Tentang duduk Perkaranya : Penggugat telah melangsungkan pernikahan dengan Tergugat pada tanggal 08 Maret 2004, yang dicatat oleh Pegawai Pencatat Nikah pada Kantor Urusan Agama Kecamatan Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, sebagaimana ternyata dari Kutipan Akta Nikah Nomor 38925V2004 tertanggal 10 Mei 2004. Penggugat dan Tergugat telah dikaruniai 1 satu orang anak laki-laki bernama Viccar, umur 5 tahun. Sejak awal bulan Maret 2008 rumah tangga Penggugat dan Tergugat mulai tidak harmonis dengan adanya perselisihan dan pertengkaran yang terus menerus. Dengan kejadian tersebut, rumah tangga antara Penggugat dengan Tergugat sudah tidak lagi dapat dengan baik, sehingga tujuan perkawinan untuk membentuk rumah tangga yang sakinah, mawaddah dan rahmah sudah sulit dipertahankan lagi dan karenanya agar masing-masing pihak tidak lebih jauh melanggar norma agama dan norma hukum, maka perceraian merupakan alternatif terakhir bagi Penggugat untuk menyelesaikan permasalahan rumah tangga antara Penggugat dengan Tergugat. Satu orang anak sebagaimana disebutkan di atas, selain masih di bawah umur dan juga saat ini tinggal bersama Penggugat serta sudah barang tentu masih sangat tergantung kepada kasih sayang Penggugat selaku ibu kandungnya, oleh karenanya demi pertumbuhan fisik dan mental anak tersebut serta semata- mata untuk kepentingannya, maka sudah selayaknya Penggugat ditetapkan sebagai pemegang hak hadhanah dari anak tersebut. Mengenai Hukumnya : Dengan adanya fakta-fakta yang diketahui pada saat persidangan merupakan bukti bahwa rumah tangga antara Penggugat dengan Tergugat telah pecah, dan sendi-sendi rumah tangga telah rapuh dan sulit untuk ditegakkan kembali yang dapat dinyatakan bahwa rumah tangga antara Penggugat dengan Tergugat telah rusak broken marriage, sehingga telah terdapat alasan untuk bercerai sebagaimana yang telah diatur di dalam Pasal 19 hurup f Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Perkawinan sejalan dengan ketentuan pada Pasal 116 hurup f Kompilasi Hukum Islam. Berdasarkan ketentuan Pasal 41 hurup a Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan dinyatakan bahwa: “Tentang hak pemeliharaan anak semata-mata didas arkan kepada kepentingan anak”, dan anak yang masih di bawah umur belum mumayyiz pada umumnya masih banyak bergantung kepada bantuan pertolongan ibunya. Maka dengan didasarkan kepada ketentuan Hukum Islam sejalan dengan bunyi Pasal 105 hurup a Kompilasi Hukum Islam, maka permohonan agar Penggugat ditetapkan sebagai pemegang hak