Analisis Penulis PELAKSANAAN EKSEKUSI HADHANAH
karena itu, eksekusi terhadap hak asuh anak sesuai dengan kelaziman yang ada maka tidak ada eksekusinya, apalagi eksekusinya bersifat deklatoir menetapkan.
Kenyataan yang ada selama ini, pelaksanaan eksekusi hak asuh anak hanya bersifat sukarela, maksudnya tidak merupakan upaya paksa.
Sedangkan ahli hukum yang memperbolehkan eksekusi terhadap hak asuh anak dapat dijalankan mengatakan bahwa perkembangan hukum yang dianut akhir-
akhir ini menetapkan bahwa masalah penguasaan anak yang putusannya bersifat menghukum condemnatoir, jika sudah berkekuatan hukum tetap, maka putusan
tersebut dapat dieksekusi. Pengadilan mempunyai upaya paksa dalam melaksanakan putusan ini.
Jadi, seorang anak yang dikuasai oleh salah satu orangtuanya yang tidak berhak sebagai akibat putusan perceraian, maka Pengadilan Agama Mahkamah
Syar’iyah dapat mengambil anak tersebut dengan upaya paksa dan menyerahkan kepada salah satu orangtua yang berhak untuk mengasuhnya.
13
Dalam pembahasan ilmu hukum, suatu putusan Hakim itu dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu:
14
1. Secara Sukarela, adalah putusan yang mana oleh para pihak yang kalah dengan
sukarela mentaati putusan tanpa pihak yang menang harus meminta bantuan pengadilan atau mengeksekusi putusan tersebut.
13
Abdul Manan, Penerapan Hukum Acara Perdata di Lingkungan Pengadilan Agama, Jakarta: Kencana, 2005, h.436.
14
Mukti Arto, Praktek Perkara Perdata Pada Pengadilan Agama, h.313.
2. Secara Paksa, adalah putusan yang mana pihak yang menang dengan meminta
bantuan alat negara atau pengadilan untuk melaksanakan putusan, apabila pihak yang kalah tidak mau melaksanakan secara sukarela.
Ketika putusan itu telah dijatuhkan oleh pengadilan, lalu pihak yang dikalahkan tidak mau menyerahkan anak sebagai objek sengketa secara sukarela,
maka akan ditempuh prosedur eksekusi hak asuh anak hadhanah. Sejalan dengan perkembangan kebutuhan praktek peradilan, eksekusi
putusan di Pengadilan Agama Mahkamah Syar’iyah tidak hanya terbatas dalam bidang hukum benda, dalam prakteknya sampai saat ini, eksekusi putusan telah
mencakup dalam eksekusi putusan hak asuh anak hadhanah. Eksekusi hak asuh anak merupakan sejumlah permasalahan yang begitu penting karena objek
perkaranya mengenai orang, sehingga tingkat keberhasilannya terbilang cukup rendah bila dibandingkan dengan eksekusi di bidang hukum kebendaan.
15
Putusan yang dapat dieksekusi adalah putusan yang memenuhi syarat untuk dilaksanakan eksekusi, yaitu :
1 Putusan yang telah berkekuatan hukum tetap, kecuali dalam hal : Pelaksanaan
putusan serta merta, putusan yang dapat dilaksanakan lebih dahulu, Pelaksanaan putusan provisi, Pelaksanaan akta perdamaian, Pelaksanaan eksekusi Grosse
Akta. 2
Putusan tidak dijalankan oleh pihak terhukum secara sukarela meskipun telah diberikan peringatan oleh Ketua Pengadilan Agama
15
Abdul Manan, Penerapan Hukum Acara Perdata, h.435.
3 Putusan Hakim bersifat Kondemnatoir, yaitu putusan yang amar putusannya
bersifat menghukum atau memerintahkan pihak yang kalah untuk memenuhi suatu prestasi tertentu.
4 Eksekusi dilakukan atas perintah dan dibawah pimpinan Ketua Pengadilan
Agama. Dalam hal ini Pengadilan Agama yang dimaksud adalah Pengadilan Agama
yang menjatuhkan putusan tersebut atau Pengadilan Agama yang diberikan delegasi wewenang oleh Pengadilan Agama yang memutusnya. Pengadilan Agama yang
berwenang melaksanakan eksekusi hanyalah Pengadilan Tingkat pertama. Pengadilan Tinggi Agama tidak berwenang melakukan eksekusi.
16
Mengenai pelaksanaan putusan yang tidak dilaksanakan Pasal 196 HIR menyebutkan bahwa:
“Jika pihak yang dikalahkan tidak mau atau lalai untuk memenuhi isi keputusan itu dengan damai, maka pihak yang menang memasukkan permintaan,
baik dengan lisan, maupun dengan surat, kepada ketua pengadilan negeri yang tersebut pada ayat pertama pasal 195 HIR, buat menjalankan keputusan itu Ketua
menyuruh memanggil pihak yang dikalahkan itu serta memperingatkan, supaya ia memenuhi keputusan itu di dalam tempo yang ditentukan oleh ketua, yang selama-
lamanya delapan hari”.
17
16
Mukti Arto, Praktek Perkara Perdata Pada Pengadilan Agama, h.313.
17
Herzien Inlandsch Reglement HIR atau Reglemen Indonesia yang diperbaharui RIB
Sebagaimana bapak Assadurrahman mengatakan, bahwa dasar hukum yang dipakai
dalam melaksanakan
eksekusi hadhanah,
tetap bagaimanapun
mengggunakan HIR, perdata umum yaitu HIR untuk wilayah jawa dan R.bg untuk luar jawa, eksekusi secara umum menggunakan aturan itu, tidak ada itu
perkara, nafkah iddah, hadhanah, putusan Pengadilan harus dilaksanakan tetap menggunakan aturan-aturan umumnya. Dulu sebelum Undang-Undang Nomor 7
tahun 1989 ada, eksekusi keputusan Pengadilan Agama harus minta bantuan Pengadilan Negeri akan tetapi sekarang Pengadilan Agama bisa melaksanakan
eksekusi sendiri namun tetap aturannya menggunakan HIR atau R.Bg.
18
Pelaksanaan eksekusi terhadap putusan hadhanah harus melalui prosedur hukum yang berlaku dan apabila eksekusi tidak dilaksanakan sesuai dengan
prosedur hukum yang ditetapkan maka eksekusi tidak sah dan harus diulang.
19
Adapun prosedur eksekusi putusan hadhanah secara kronologis dapat dirinci sebagai berikut :
1. Putusan hadhanah tersebut telah mempunyai kekuatan hukum tetap
2. Pihak yang kalah tidak mau melaksanakan putusan hadhanah secara sukarela
3. Pihak yang menang penggugat mengajukan permohonan eksekusi kepada
Pengadilan Agama yang memutus perkara hadhanah 4.
Pengadilan Agama telah menetapkan sidang Aanmaning 5.
Telah melewati tenggang waktu atau tegoran sesuai dengan pasal 207 R.Bg
18
Wawancara Pribadi dengan Asadurrahman. Bekasi, 15 Januari 2014
19
Abdul Manan, Penerapan Hukum Acara Perdata, h.437.
6. Ketua Pengadilan Agama Mengeluarkan surat perintah eksekusi
7. Pelaksanaan eksekusi di tempat termohon eksekusi yang dihukum untuk
menyerahkan anak 8.
Pelaksanaan eksekusi dibantu oleh dua orang saksi yang memenuhi unsure sebagaimana tersebut dalam 210 ayat 2 R.Bg
9. Juru Sita mengambil anak tersebut secara baik-baik, sopan dan dengan tetap
berpegang kepada adat istiadat yang berlaku, kalau tidak diserahkan secara sukarela maka dilaksanakan secara paksa
10. Juru Sita membuat berita acara eksekusi yang ditanda tangani oleh jurusita
beserta dua orang saksi sebanyak lima rangkap. Lebih lanjut Pasal 180 HIR menyebutkan bahwa, Ketua Pengadilan dapat
memerintahkan supaya suatu putusan dilaksanakan terlebih dahulu walaupun ada upaya banding
20
. Dalam Pasal 64 Undang-Undang Peradilan Agama, putusan pengadilan yang dimintakan banding atau kasasi pelaksanaannya ditunda demi
hukum, kecuali apabila dalam amarnya menyatakan putusan tersebut dapat dijalankan lebih dahulu meskipun ada perlawanan banding atau kasasi.
21
Jadi, terkait dengan eksekusi putusan mengenai hak asuh anak hadhanah harus melihat kembali pada amar putusan tersebut apakah dalam amar putusan
tersebut telah ditentukan bahwa hak asuh anak ini dapat dieksekusi walaupun ada upaya hukum banding maupun kasasi atau tidak. Apabila amar putusan menyatakan
20
Herzien Inlandsch Reglement HIR atau Reglemen Indonesia yang diperbaharui RIB
21
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama sebagaimana telah dirubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 50 Tahun 2009 tentang Peradilan Agama
dapat dieksekusi walaupun ada upaya hukum banding maupun kasasi, maka putusan tersebut dapat langsung dieksekusi.
Namun, dalam
pelaksanaannya eksekusi
mengenai hadhanah
ini menimbulkan banyak kesulitan, karena hal ini berbeda dengan eksekusi perdata
lainnya. Sebagaimana yang diutarakan oleh bapak Assadurrahman, beliau mengatakan ada beberapa faktor yang menyebabkan sulitnya eksekusi putusan
hadhanah :
22
Pertama, Memang orang Indonesia itu apabila merasa ia dikalahkan dalam persidangan, mereka menganggap putusan yang diberikan majelis hakim tidak adil
atau hukum tidak adil, artinya kesadaran atau ketaatannya kepada hukum itu masih rendah jangankan para pihak yang merasa dianggap “diperlakukan tidak adil”
keputusan Tata Usaha Negara saja kalau pemerintah disalahkan, apakah pemerintah itu mau melaksanakan dengan suka rela, itulah di Indonesia. Artinya pemerintah itu
adalah orang yang mengerti hukum tapi ketika putusan Tata Usaha Negara merugikan pihak pemerintah terjadi juga perasaan berat untuk melaksanakan
putusan tersebut. Kedua, karna si anak ada di tangan salah satu orang tuanya ibubapak
ketika diputus sudah pindah alamat atau pindah wilayah dan sulit untuk mencarinya akhirnya apabila terjadi seperti itu penyelesaiannya bukan lewat Pengadilan lagi
melainkan mencari informasi oleh masing-masing pihak, akibat tidak patuhnya terhadap hukum dan putusan Pengadilan. Eksekusi terhadap hadhanah ini termasuk
22
Wawancara Pribadi dengan Asadurrahman. Bekasi, 15 Januari 2014
perkara yang berat untuk di adili yang bapak dan ibunya itu benar-benar tidak mau mengalah dan tetap mempertahankan anaknya.
Jadi, dapat diketahui bahwa penyebab sulitnya pelaksanaan eksekusi mengenai hadhanah dimulai dari pihak yang tidak patuh dan hormat kepada hukum
dan pengadilan sehingga mereka tidak mau menjalankan isi putusan, kemudian ditambah masalah berpindah-pindahnya wilayah tempat tinggal yang di mana anak
tersebut ada para pihak yang dikalahkan dan tidak diketahui keberadaannya lagi. Apabila sudah seperti itu maka sulit untuk dilaksanakan eksekusi, karena sudah
bukan ranah Pengadilan lagi akan tetapi sudah dikembalikan pada masing-masing pihak karena Pengadilan tidak mengurusi sampai sejauh itu.
Berikut beberapa langkah untuk mencegah kemungkinan-kemungkinan akan hampanya putusan hadlanah, yaitu sebagai berikut :
1. Mediasi Sebagai Penyelesaian Alternatif
Mediasai adalah
sebuah lembaga
perdamaian dalam
rangka menyelesaikan sengketa dengan perantaraan seorang atau lebih mediator melalui
prosedur non litigasi. Di samping itu mediasi merupakan salah satu proses penyelesaian sengketa yang lebih cepat dan murah, serta dapat memberikan
akses yang lebih besar kepada para pihak menemukan penyelesaian yang memuaskan dan memenuhi rasa keadilan. Islam menyuruh untuk menyelesaikan
setiap perselisihan dengan melalui pendekatan “Islah”. Karena itu, tepat bagi para Hakim Peradilan Ag
ama untuk menjalankan fungsi “mendamaikan” sebab
bagaimanapun adilnya suatu putusan, pasti lebih indah dan lebih adil hasil putusan itu berupa perdamaian.
23
Hukum acara yang berlaku, pasal 130 HIR pasal 154 R.Bg mendorong pengadilan untuk menempuh proses perdamaian yang dapat diintensifkan
dengan cara mengintegrasikan proses mediasi ke dalam prosedur berperkara di pengadilan. Sejalan dengan hal tersebut Mahkamah Agung telah menerbitkan
Peraturan Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2008 tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan.
Dalam Pasal 2 ayat 3 Peraturan Mahkamah Agung Nomor 1 Tahun 2008 tersebut ditegaskan bahwa apabila tidak menempuh mediasi berdasarkan
Peraturan ini merupakan pelanggaran terhadap ketentuan Pasal 130 HIR Pasal 154 R.Bg yang mengakibatkan putusan batal demi hukum. Ketentuan ini
menunjukkan bahwa prosedur mediasi dalam proses peradilan merupakan ketentuan imperatif.
Terkait dengan mediasi perkara sengketa hak asuh anak hadlanah, prosedur mediasi ini menjadi sangat penting bukan saja karena ketentuan
imperatif hukum acara atau karena kepentingan penggugat dan tergugat, melainkan yang lebih penting justru karena menyangkut pertimbangan semata-
mata untuk kepentingan terbaik bagi anak, agar dapat menekan seminimal mungkin dampak buruk baik secara psikologis, emosional, sosial, intelektual
23
Ahmad Mujahidin, Pembaharuan Hukum Acara Perdata Pengadilan Agama dan Mahkamah Syariah di Indonesia, Jakarta: IKAHI, 2008, h.13.
maupun spiritual bagi si anak tersebut akibat dari persengketaan antara kedua orang tua anak itu.
2. Menerapkan Lembaga Dwangsom dalam Putusan Hadlanah
Dwangsom atau lengkapnya dwangsom of astreinte Belanda: uang paksa, sejumlah uang yang harus dibayar oleh seseorang sebagai hukuman
berdasarkan putusan pengadilan, sepanjang atau sesering ia tidak memenuhi kewajiban pokok yang dibebankan kepadanya oleh keputusan pengadilan itu.
24
Bahwa yang dimaksud dwangsom adalah uang paksa, sebegitu jauh pengadilan memutuskan penghukuman untuk sesuatu lain daripada untuk
membayar sejumlah uang, maka dapatlah ditentukan di dalamnya, bahwa jika, selama atau manakala si terhukum tidakbelum memenuhi keputusan tersebut, ia
pun wajib membayar sejumlah uang yang ditetapkan dalam putusan itu, uang mana disebut uang paksa. Dengan demikian maka uang paksa ini merupakan
suatu alat eksekusi secara tak langsung.
25
Persoalan mengenai boleh atau tidaknya menerapkan lembaga dwangsom dalam putusan hadlanah masih diperselisihkan oleh para praktisi
hukum. Sebagian praktisi hukum berpendapat bahwa lembaga dwangsom ini tidak boleh diterapkan dalam putusan hadlanah karena konteksnya berbeda,
sebagian praktisi hukum yang lain berpendapat bahwa lembaga dwangsom dapat juga diterapkan dalam putusan hadlanah karena dengan mencamtumkan
24
Andi Hamzah, Kamus Hukum, Jakarta: Ghalia Indonesia, 1986, Cet.I, h.163.
25
Soebekti, Kamus Hukum, Jakarta: Pradnya Paramita, 2005, Cet. XVI, h.37.
dwangsom itu pihak tergugat akan memenuhi isi putusan hakim jika ia mengetahui ada kewajiban yang harus dipenuhi apabila ia tidak melaksanakan
hukuman pokok yang dibebankan kepadanya. Maka dapat disimpulkan atas persoalan ini tampaknya pendapat yang terakhir menginginkan diterapkan
lembaga dwangsom dalam putusan hadlanah apabila penerapan itu untuk tujuan kemaslahatan.
26
Sebagaimana pendapat bapak Assadurrahman bahwa, bisa saja dengan putusan dwangsom denda keterlambatan denda perhari. Pengadilan mungkin
kalau ada permintaan itu bisa saja memberikan pertimbangan, misalnya 500 ribu perhari apabila tidak melaksanakan isi putusan.
27
Artinya bisa saja duangsom ini diterapkan memalui pertimbangan Hakim, akan tetapi permohononannya
tersebut harus diletakkan dalam surat gugatan yang diajukan kepada Pengadilan Agama kepada dengan menyebutkan alasan-alasan yang dibenarkan oleh
hukum. Atau juga dengan alasan adanya kekhawatiran penggugat kepada tergugat yang tidak bersedia melaksanakan hukuman pokok sebagaimana yang
ditetapkan oleh hakim. Dasar pemberlakuan penerapan lembaga dwangsom uang paksa dalam
praktek peradilan di Indonesia adalah mengacu pada Pasal 606 a dan b Rechtsvordering. Pasal 606 a :
“sepanjang suatu putusan hakim mengandung
26
Abdul Manan, Penerapan Hukum Acara Perdata di Lingkungan Pengadilan Agama, Jakarta: Kencana, 2005, h.438.
27
Wawancara Pribadi dengan Asadurrahman. Bekasi, 15 Januari 2014
hukuman untuk suatu yang lain dari pada membayar sejumlah uang, maka dapat ditentukan bahwa sepanjang atau setiap kali terhukum tidak mematuhi
hukuman tersebut, olehnya harus diserahkan sejumlah uang yang besarnya ditetapkan dalam putusan hakim dan uang tersebut dinamakan uang paksa”.
Pasal 606 b : “Bila putusan tersebut tidak dipenuhi, maka pihak lawan dari
terhukum berwenang untuk melaksanakan putusan terhadap sejumlah uang paksa yang telah ditentukan tanpa terlebih dahulu memperoleh atas hak baru
menurut hukum ”.
Sedangkan dalam R.Bg dan HIR lembaga dwangsom tidak disebutkan secara rinci. Lembaga dwangsom mulai dipergunakan oleh Raad van Justice dan
Hoegerechtteschof sejak tahun 1938. Meletakkan lembaga dwangsom merupakan tindakan logis yuridis dengan tujuan untuk memaksa orang yang
dikenakan hukuman itu agar serius dan tidak main-main dalam mematuhi dan melaksanakan putusan hakim.
Dengan hal tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa dwangsom adalah suatu hukum tambahan pada orang yang dihukum untuk membayar sejumlah
uang selain yang telah disebutkan dalam hukuman pokok dengan maksud agar ia bersedia melaksanakan hukuman pokok sebagaimana mestinya.
Dengan pengertian ini dapat diketahui bahwa sifat dwangsom adalah sebagai berikut :
28
28
Abdul Manan, Penerapan Hukum Acara Perdata di Lingkungan Pengadilan Agama, h.439.
1 Merupakan accecoir, tidak ada dwangsom apabila tidak ada hukuman
pokok, apabila hukuman pokok sudah dilaksanakan maka dwangsom yang ditetapkan bersama hukuman pokok tidak mempunyai kekuatan lagi.
2 Merupakan hukuman tambahan, apabila hukuman pokok yang ditetapkan
oleh hakim tidak dipenuhi oleh tergugat yang dihukum, maka dwangsom itu dapat dieksekusi,
3 Merupakan hukuman psychis, dengan adanya dwangsom yang ditetapkan
oleh hakim dalam putusannya, maka orang yang dihukum itu ditekan secara psychis agar ia dengan sukarela melaksanakan hukuman pokok yang telah
ditentukan oleh hakim. Agar lembaga dwangsom ini dapat dicantumkan dalam putusan hakim,
maka penggugat harus meminta diletakkan dwangsom ini dalam surat gugatan yang diajukan kepada Pengadilan Agama dengan menyebutkan alasan-alasan
yang dibenarkan oleh hukum. Alasan ini dapat berupa hal yang diperjanjikan sebelumnya antara penggugat dan tergugat, atau juga dengan alasan adanya
kekhawatiran penggugat kepada tergugat yang tidak bersedia melaksanakan hukuman pokok sebagaimana yang ditetapkan oleh hakim.
29
Dwangsom berbeda dengan ganti rugi sebagaimana diatur dalam Pasal 225 HIR, dan berbeda pula dengan kompensasi yang dikenal dalam hukum
perdata, sebab dalam dwangsom ini kewajiban yang disebut dalam putusan hakim tetap ada dan tidak bisa diganti atau dihapus. Dengan demikian lembaga
29
Abdul Manan, Penerapan Hukum Acara Perdata di Lingkungan Pengadilan Agama, h.440.
dwangsom ini sangat tepat apabila diletakkan pada putusan hadlanah karena dwangsom tersebut merupakan salah satu strategi yang diyakini dapat mencegah
putusan hadlanah menjadi ilusoir hampa yang memang selama ini disinyalir banyak putusan hadlanah yang tidak dapat dijalankan sebagaimana mestinya.
82