b. Melakukan penilaian terhadap kegiatan usaha dan atau tindakan pelaku usaha yang dapat mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan atau
persaingan usaha tidak sehat sebagaimana diatur dalam pasal 17 dengan pasal 24;
c. Melakukan penilaian terhadap ada atau tidak adanya penyalahgunaan posisi dominan yang dapat mengakibatkan terjadinya praktek monopoli
dan atau persaingan usaha tidak sehat sebagaimana diatur dalam pasal 25 sampai dengan 28;
d. Mengambil tindakan sesuai dengan wewenang Komisi sebagai mana diatur dalam pasal 36;
e. Memberikan saran dan pertimbangan terhadap kebijakan pemerintah yang berkaitan dengan praktek monopoli dan atau persangan usaha tidak sehat;
f. Menyusun pedoman dan atau publikasi yang berkaitan dengan undang- undang ini;
g. Memberi laporan secara berkala atas hasil kerja Komisi kepada Presiden dan Dewan Perwakilan Rakyat.
4. Kewenangan KPPU Dalam pasal 36, undang-undang Nomor. 5 tahun 1999. Komisi
Pengawas Persaingan Usaha mempunyai wewenang sebagai berikut: a. Menerima laporan dari masyarakat dan atau dari pelaku usaha tentang
dugaan terjadinya praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat;
b. Melakukan penelitian tentang dugaan adanya kegiatan usaha dan atau tindakan pelaku usaha yang dapat mengakibatkan terjadinya praktek
monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat; c. Melakukan penyelidikan dan atau pemeriksaan terhadap kasus dugaan
praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat yang dilaporkan oleh masyarakat atau oleh pelaku usaha atau yang
ditemukan oleh komisi sebagai hasil penelitiannya; d. Menyimpulkan hasil penyelidikan dan atau pemeriksaan tentang ada
atau tidak adanya praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat;
e. Memanggil pelaku usaha yang diduga telah melakukan pelanggaran terhadap ketentuan undang-undang ini;
f. Memanggil dan menghadirkan saksi, saksi ahli, dan setiap orang yang dianggap mengetahui pelanggaran terhadap ketentuan undang-undang
ini; g. Meminta bantuan penyidik untuk menghadirkan pelaku usaha, saksi,
saksi ahli atau setiap orang sebagaimana dimaksud huruf e dan hurug f, yang tidak berdedia memenuhi panggilan Komisi;
h. Meminta keterangan dari instansi pemerintah dalam kaitannya dengan penyelidikan dan atau pemeriksaan terhadap pelaku usaha yang
melanggar ketentuan undang-undang ini;
i. Mendapatkan, meneliti, dan atau menilai surat, dokumen, atau alat bukti lain guna penyelidikan dan atau pemeriksaan;
j. Memutuskan dan menetapkan ada atau tidak adanya kerugian dipihak pelaku usaha lain atau masyarakat;
k. Memberitahukan putusan Komisi kepada pelaku usaha yang diduga melakukan praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat;
Menjatuhkan sanksi berupa tindakan administratif kepada pelaku usaha yang melanggar ketentuan undang-undan g ini.
l. Menjatuhkan sanksi berupa tindakan administratif kepada pelaku usaha yang melanggar ketentuan undang-undang ini.
D. Kedudukan KPPU dalam Sistem Ketatanegaraan teori trias politika
Dalam konteks ketatanegaraan, KPPU merupakan lembaga negara komplementer state auxiliary organ yang mempunyai wewenang berdasarkan
UU No 5 Tahun 1999 untuk melakukan penegakan hukum persaingan usaha. Secara sederhana state auxiliary organ adalah lembaga negara yang dibentuk di
luar konstitusi dan merupakan lembaga yang membantu pelaksanaan tugas lembaga negara pokok Eksekutif, Legislatif, dan Yudikatif yang sering juga
disebut dengan lembaga independen semu negara quasi. Peran sebuah lembaga independen semu negara quasi menjadi penting sebagai upaya responsif bagi
negara-negara yang tengah mengalami transisi dari otoriterisme ke demokrasi.
Lembaga quasi tersebut menjalankan kewenangan yang sebenarnya sudah diakomodasi oleh lembaga negara yang sudah ada, tetapi dengan
keadaan ketidakpercayaan publik public distrust kepada eksekutif, maka dipandang perlu dibentuk lembaga yang sifatnya independen, dalam arti tidak
merupakan bagian dari tiga pilar kekuasaan. Lembaga-lembaga ini biasanya dibentuk pada sektor-sektor cabang kekuasaan seperti yudikatif quasi-judicial,
eksekutif quasi-public yang fungsinya bisa berupa pengawasan terhadap lembaga negara yang berada di sektor yang sama atau mengambil alih beberapa
kewenangan lembaga negara di sektor yang sama. Jika dibandingkan dengan state auxiliary organ lainnya seperti KPK maka
terdapat persamaan dan perbedaan antara KPK dengan KPPU. Beberapa persamaan antara keduanya adalah: kedua komisi ini dibentuk berdasarkan
ketentuan Undang-Undang. KPK dibentuk dengan UU No.30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, sedangkan KPPU dibentuk
dengan UU No 5 tahun 1999. Namun demikian sejalan dengan pemikiran Jimly Asshiddigie, kedua komisi ini berbeda dalam hal kedudukan. KPK disebut
sebagai komisi Negara yang independen berdasarkan konstitusi atau yang memiliki constitutional importance. Hal ini dikarenakan walaupun pembentukan
KPK dengan UU, namun keberadaan KPK memiliki sifat constitutional importance berdasarkan Pasal 24 ayat 3 UUD NKRI 1945. SedangkanKPPU
merupakan lembaga independen lain yang dibentuk berdasarkan undang- undang.
12
Perbedaan yang lain berkaitan dengan latar belakang pembentukan kedua komisi ini. KPK dibentuk sebagai respon tidak efektifnya Kepolisian dan
Kejaksaan dalam memberantas korupsi yang semakin merajalela. Diharapkan dengan adanya KPK dapat mendorong penyelenggaraan Good Governance.
Sehingga keberadaan komisi sangat penting, hanya saja perlu ada koordinasi dengan instansi yang memiliki kewenangan yang serupa. Sedangkan
pembentukan KPPU bertujuan untuk menjamin iklim usaha yang kondusif, dengan adanya persaingan yang sehat, sehingga ada kesempatan berusaha yang
sama bagi pelaku usaha besar, pelaku usaha menengah, dan pelaku usaha kecil. Selain itu, komisi ini dibentuk juga untuk mendorong terciptanya efisiensi dan
efektivitas dalam kegiatan usaha. Selanjutnya, KPPU merupakan suatu organ khusus yang mempunyai tugas
ganda selain menciptakan ketertiban dalam persaingan usaha juga berperan untuk menciptakan dan memelihara iklim persaingan usaha yang kondusif. Meskipun
KPPU mempunyai fungsi penegakan hukum khususnya Hukum Persaingan Usaha, namun KPPU bukanlah lembaga peradilan khusus persaingan usaha.
Dengan demikian KPPU tidak berwenang menjatuhkan sanksi baik pidana maupun perdata. Kedudukan KPPU lebih merupakan lembaga administratif
12
Jimly Asshiddiqie, Perkembangan dan Konsolidasi Lembaga Negara Pasca Reformasi Konpress, 2006 h.24.
karena kewenangan yang melekat padanya adalah kewenangan administratif, sehingga sanksi yang dijatuhkan merupakan sanksi administratif. KPPU diberi
status sebagai pengawas pelaksanaan UU No 5 Tahun 1999. Status hukumnya adalah sebagai lembaga yang independen yang terlepas dari pengaruh dan
kekuasaan Pemerintah dan pihak lain. Anggota KPPU diangkat dan diberhentikan oleh Presiden atas persetujuan DPR. Anggota KPPU dalam menjalankan tugasnya
bertanggung jawab kepada Presiden. Hal ini sejalan dengan praktek di Amerika dimana FTC the Federal Trade Commission bertanggung jawab kepada
Presiden. Ketentuan ini wajar karena KPPU melaksanakan sebagian dari tugas tugas pemerintah, sedangkan kekuasaan tertinggi pemerintahan ada dibawah
Presiden. Walaupun demikian, tidak berarti KPPU dalam menjalankan tugasnya dapat tidak bebas dari campur tangan pemerintah. Independensi tetap dijaga
dengan keterlibatan DPR untuk turut serta menentukan dan mengontrol pengangkatan dan pemberhentian anggota KPPU.
13
E. Perbedaan Tugas dan Fungsi KPPU dengan Kementerian Hukum dan
HAM, Kementerian Perindudtrian dan Kementerian Perdagangan
Secara umum, tugas Komisi Pengawas Persaingan Usaha KPPU adalah melakukan pegawasan terhadap kegiatan pelaku usaha di Indonesia berkaiatan
13
Andi Fahmi Lubis, Dkk, Hukum Persaingan Usaha Antara Teks dan Konteks,Jakarta, KPPU-RI,2009 , h. 313.
dengan larangan praktek monopoli dan persaingan usaha tidak sehat sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999. Selain itu KPPU juga
memiliki kewenangan melakukan investigasi terhadap pelaku usaha yang patut diduga melanggar Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 Tentang Larangan
Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat, sekaligus berwenang menjatuhkan sanksi terhadap pelaku usaha yang terbukti melanggar Undang-
Undang tersebut. Berkaitan dengan aktifitas dunia usaha di Indonesia, KPPU menjalin
hubungan yang baik dengan semua pihak khususnya lembaga-lembaga terkait. Pola hubungan yang dibangun adalah koordinatif mengingat KPPU merupakan
lembaga independent. Dalam hal pendirian badan usaha bukan merupakan domain KPPU. Kegiatan usaha baik dilakukan secara perseorangan maupun
kelembagaan badan usaha tidak terlepas dari peraturan-peraturan kegiatan usaha dan atau pendirian badan usaha yang berlaku di Indonesia. Secara tehnis izin
legalitas dan izin pelaksanaan kegiatan usaha di Indonesia sudah diatur oleh Pemerintah melalui kemeterian-kementerian yang terkait seperti Kementerian
Hukum dan HAM RI, Kementerian Perindustrian RI maupun Kementerian Perdagangan RI.
Kementerian Hukum dan HAM RI melalui Direktorat Jenderal Administrasi Hukum memiliki salah satu tugas dan kewenangan memberikan