2.3. Teori Basis Ekonomi Economic Base Theory
Teori basis ekspor murni dikembangkan pertama kali oleh Tiebout. Teori ini membagi kegiatan produksijenis pekerjaan yang terdapat di dalam satu wilayah atas
sektor basis dan sektor non basis. Kegiatan basis adalah kegiatan yang bersifat exogenous artinya tidak terikat pada kondisi internal perekonomian wilayah dan
sekaligus berfungsi mendorong tumbuhnya jenis pekerjaan lainnya. Sedangkan kegiatan non basis adalah kegiatan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat di daerah
itu sendiri. Oleh karena itu, pertumbuhannya tergantung kepada kondisi umum perekonomian wilayah tersebut. Artinya, sektor ini bersifat endogenous tidak bebas
tumbuh. Pertumbuhannya tergantung kepada kondisi perekonomian wilayah secara keseluruhan Tarigan, 2007.
Aktivitas basis memiliki peranan sebagai penggerak utama primer mover dalam pertumbuhan suatu wilayah. Semakin besar ekspor suatu wilayah ke wilayah
lain akan semakin maju pertumbuhanan wilayah tersebut, dan demikian sebaliknya. Setiap perubahan yang terjadi pada sektor basis akan menimbulkan efek ganda
multiplier effect dalam perekonomian regional Adisasmita, 2005. Sektor basis adalah sektor yang menjadi tulang punggung perekonomian
daerah karena mempunyai keuntungan kompetitif Competitive Advantage yang cukup tinggi. Sedangkan sektor non basis adalah sektor-sektor lainnya yang kurang
potensial tetapi berfungsi sebagai penunjang sektor basis atau service industries Sjafrizal, 2008. Sektor basis ekonomi suatu wilayah dapat dianalisis dengan teknik
Universitas Sumatera Utara
Location Quotient LQ, yaitu suatu perbandingan tentang besarnya peranan suatu sektorindustri di suatu daerah terhadap besarnya peranan sektorindustri tersebut
secara nasional Tarigan, 2007.
2.4. Location Quotient Kuesion Lokasi
Analisis LQ digunakan untuk menentukan komoditas unggulan dari segi produksinya. Ada beberapa pendekatan yang dapat digunakan untuk menentukan
kegiatan basis dan bukan basis, diantaranya adalah teknik Location Quotient LQ.
Pendekatan ini sering digunakan untuk mengukur basis ekonomi. Dalam teknik LQ pengukuran dari kegiatan ekonomi secara relatif berdasarkan nilai tambah bruto atau
tenaga kerja. Analisis LQ juga dapat digunakan untuk menetukan komoditas unggulan dari sisi produksinya.
Penelitian yang dilakukan oleh Hairudin 2002 di Kabupaten Kotabaru dengan menggunakan anlisis Location Quotient LQ menunjukan bahwa selama
periode pengamatan 1995-2000, komoditi pertanian yang merupakan komoditi unggulan dengan koefisien LQ1 terdiri atas jagung, kacang kedelai, ubi kayu,
cabe, kelapa sawit, lada, kerbau, udang windu, udang putih, ikan kembung, cumi- cumi, kayu meranti, kayu kariung. Sedangkan komoditi yang bukan unggulan
koefisien LQ 1 terdiri atas padi, kacang tanah, terong, durian, mangga, kelapa dalam, karet, kopi, sapi, kambing, ayam buras, ayam ras, itik dan kakap merah. Hanik
Rochmiyati 2003, mengidentifikasi tentang komoditi unggulan pertanian yang dilakukan di Kabupaten Pontianak dengan menggunakan alat analisis Location
Universitas Sumatera Utara
Quotient LQ dan hasil penelitian disimpulkan bahwa komoditi unggulan untuk sayuran: ketimun, sawi, terong, daun bawang, buncis; pada kelomok buah-buahan
adalah duku, nanas, pisang dan rambutan; hasil perkebunan terdiri dari kelapa dalam, kelapa hibrida, dan kopi; sedangkan untuk hasil perikanan adalah manyung, kakap
merah, kakap putih, kerapu, pari dan tongkol. Asumsi yang digunakan dalam teknik ini adalah semua penduduk disetiap daerah mempunyai pola permintaan yang sama
dengan pola permintaan pada tingkat regionalnasional pola permintaan secara geografis sama, produktivitas tenaga kerja, dan setiap industri menghasilkan barang
yang homogen pada setiap sektor Arsyad, 1999. Pendekatan LQ mempunyai dua kelebihan diantaranya adalah sebagai berikut:
a. Memperhitungkan ekspor, baik secara langsung maupun tidak lansung barang
antara. b.
Metode ini tidak mahal dan dapat diterapkan pada data distrik untuk mengetahui kecendrungan.
Kelebihan analisis LQ yang lainnya adalah analisis ini bisa dibuat menarik apabila dilakukan dalam bentuk time –seriestrend, artinya dianalisis selama kurun
waktu tertentu. Dalam hal ini perkembangan LQ bisa dilihat untuk suatu komoditi tertentu dalam kurun waktu yang berbeda, apakah terjadi kenaikan atau penurunan
Tarigan, 2005. 2.5.
Produk Domestik Regional Bruto
Universitas Sumatera Utara
Dalam ruang lingkup suatu negara dikenal istilah yang disebut: Gross National Product GNP yang berarti Produk Nasional Kotor, sedangkan dalam suatu
kesatuan wilayah yang lebih rendah hal ini disebut Produk Domestik Regional Bruto PDRB.
Berdasarkan uraian di atas dapat kita nyatakan sebagai Produk Nasional Kotor yang dapat mencakup suatu negara kesatuan wilayah tertentu. Apabila ditarik
pengertian tersebut dalam suatu wilayah region tertentu maka diperoleh Produk Regional Kotor yang sebenarnya merupakan perkiraan pendapatan yang diterima oleh
penduduk suatu wilayah yakni jumlah seluruh pendapatan sebagai balas jasa penggunaan faktor-faktor produksi oleh wilayah. Dengan kata lain Produk Domestik
Regional Bruto dapat diartikan sebagai : Estimasi total produk barang dan jasa yang diterima oleh masyarakat suatu daerah sebagai balas jasa dari penggunaan faktor-
faktor produksi yang dimilikinya. Dalam hal ini maka pendapatan yang dihasilkan atas penggunaan faktor-faktor tetapi berada di luar wilayah tersebut tidaklah
diperhitungkan. Menurut
Kusmadi, dkk., 1996 dalam Prihatin, 1999 produk domestik
regional bruto PDRB merupakan satu indikator ekonomi untuk mengukur kemajuan pembangunan di suatu wilayah. Sebagai nilai dari semua barang dan jasa yang
dihasilkan oleh sektor-sektor ekonomi, PDRB bermanfaat untuk mengetahui tingkat produk netto atau nilai tambah yang dihasilkan seluruh faktor produksi, besarnya laju
pertumbuhan ekonomi, dan polastruktur perekonomian pada satu tahun atau periode di suatu negara atau wilayah tertentu.
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan lapangan usaha, PDRB dibagi dalam sembilan sektor, sedangkan secara makro ekonomi dibagi menjadi tiga kelompok besar yang disebut sebagai
sektor primer, sekunder dan tersier. Sektor primer apabila outputnya masih merupakan proses tingkat dasar dan sangat bergantung kepada alam, yang termasuk
dalam sektor ini adalah sektor Pertanian dan sektor Pertambangan dan Penggalian. Untuk sektor ekonomi yang outputnya berasal dari sektor primer dikelompokkan ke
dalam sektor sekunder, yang meliputi sektor Industri Pengolahan, sektor Listrik, Gas dan Air Minum serta sektor Bangunan. Sedangkan sektor-sektor lainnya, yakni sektor
Perdagangan, Hotel dan Restoran, sektor Pengangkutan dan Komunikasi, sektor Bank dan Lembaga Keuangan lainnya serta sektor Jasa-Jasa dikelompokkan ke dalam
sektor tersier Sitorus, dkk., 1997 dalam Prihatin, 1999. Dalam perhitungan pendapatan nasional, terdapat 2 dua metode antara lain:
1. Metode langsung, yaitu perhitungan nilai tambah dari sutu lapangan usahasektor
atau sub sektor suatu region dengan cara mengalokasikan angka pendapatan nasional.
2. Metode tidak langsung, yaitu metode alokasi pendapatan nasional dengan
memperhitungkan nilai tambah sektorsub sektor suatu region dengan cara mengalokasikan angka pendapatan nasional dan sebagai dasar alokasi adalah
jumlah produksi fisik, nilai produksi fisik, nilai produksi brutonetto dan tenaga kerja, serta alokator tidak langsung.
Universitas Sumatera Utara
Metode umum yang digunakan dalam kedua metode di atas adalah dengan metode langsung, seperti di Indonesia bahkan juga di Pemerintah Kabupaten Serdang
Bedagai. Metode dimasud dilaksanakan dengan beberapa pendekatan antara lain :
1. Pendekatan Produksi Production Approach, yaitu menghitung nilai tambah dari
barang dan jasa yang diproduksi oleh seluruh kegiatan ekonomi dengan cara mengurangkan biaya tiap-tiap sektorsub sektor.
2. Pendekatan Pendapatan Income Approach, yaitu menghitung nilai tambah setiap
sektor kegiatan ekonomi dengan menjumlahkan semua balas jasa faktor-faktor produksi yaitu upahgaji, surplus usaha, penyusutan dan pajak tidak langsung
netto. 3.
Pendekatan Pengeluaran Expenditure Approach, yaitu menghitung nilai tambah suatu kegiatan ekonomi yang bertitik tolak pada penggunaan akhir dari barang
dan jasa yang diproduksi Kusmadi, dkk., 1996 dalam Prihatin, 1999. Di Indonesia, pendekatan yang umum digunakan adalah dari segi Pendekatan
Produksi. Perlu diperhatikan bahwa dalam menjumlahkan hasil produksi barang dan jasa, haruslah dicegah perhitungan ganda Double CountingMultiple Counting. Hal
tersebut penting sebab sering terjadi bahan mentah suatu sektor dihasilkan oleh sektor lain, sehingga nilai bahan mentah tersebut telah dihitung pada sektor yang
menghasilkannya. Produk Domestik Regional Bruto secara keseluruhan maupun sektoral
umumnya disajikan dalam dua bentuk yaitu penyajian atas dasar harga berlaku dan
Universitas Sumatera Utara
atas dasar harga konstan dengan suatu tahun dasar. Penyajian atas dasar harga berlaku menunjukkan besaran nilai tambah bruto masing-masing sektor, sesuai dengan
keadaan pada tahun sedang berjalan. Dalam hal ini penilaian terhadap produksi, biaya antara ataupun nilai tambahnya dilakukan dengan menggunakan harga berlaku pada
masing-masing tahun. Penyajian atas dasar harga konstan merupakan penyajian harga yang berlaku
secara berkala, perkembangan pendapatan regional dapat diartikan sebagai perkembangan karena mengingkatnya produksi juga diikuti oleh meningkatnya
harga-harga. Oleh karena itu penyajian seperti ini masih dipengaruhi oleh adanya faktor perubahan harga inflasideflasi.
Penyajian atas dasar harga konstan diperoleh dengan menggunakan harga tetap suatu tahun dasar. Dalam hal ini semua barang dan jasa yang dihasilkan, biaya
antara yang digunakan ataupun nilai tambah masing-masing sektor dinilai berdasarkan harga-harga pada tahun dasar. Penyajian seperti ini akan memperlihatkan
perkembangan produktivitas secara riil karena pengaruh perubahan harga inflasideflasi sudah dikeluarkan.
Angka PDRB secara absolut memberikan gambaran besarnya tingkat produksi suatu wilayah. Angka PDRB yang dinilai dengan harga konstan memperlihatkan laju
pertumbuhan ekonomi wilayah tersebut yang diwakili oleh peningkatan produksi berbagai sektor.
Dari uraian-uraian tersebut akan diperlihatkan adanya kenaikan PDRB maupun pendapatan regional perkapita, perubahan dan pergeseran strukur ekonomi
Universitas Sumatera Utara
menurut sektor-sektor primer, sekunder maupun tertier. Pergeseran struktur pada masing-masing sektor yang bersangkutan seperti sektor pertanian, industri,
perdagangan, pemerintahan dan sektor-sektor lainnya.
2.6. Pengembangan Sektor dan Komoditi Unggulan sebagai Strategi