Ras Noninvasif Gambaran Histopatologi Tumor Payudara di Instalasi Patologi Anatomi Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik-Medan Tahun 2009-2010

b. Usia Menarche

Pada 20 kasus, terjadi peningkatan insiden kanker payudara pada wanita yang usia menarche kurang dari 11 tahun jika dibandingkan dengan usia yang mendapat menarche pada usia 14 tahun. Menopause yang terlambat juga merupakan faktor penyebab terjadinya resiko kanker payudara Cotton, 1992.

c. Usia Kehamilan

Pada wanita dengan usia kehamilan anak pertama kurang dari 20 tahun memiliki faktor resiko separuhnya jika dibandingkan dengan wanita pada saat usia kehamilan anak pertama lebih dari 35 tahun atau pada nullipara . Diduga, pada saat kehamilan menyebabkan terjadi diferensiasi terminal sel-sel epitel yang dikatakan berkompetensi untuk terjadinya perubahan ke arah keganasan Cotton, 1992.

d. Ras

Walaupun secara keseluruhan insiden kanker payudara rendah pada wanita Afrika dan Amerika, tetapi pada kelompok ini ditemukan pada stadium yang lanjut sehingga angka mortalitas meningkat jika dibandingkan dengan wanita kulit putih. Kanker payudara lebih banyak ditemukan pada wanita kulit hitam jika dibandingkan dengan wanita kulit putih serta berusia lebih dari 40 tahun. Pada wanita kulit hitam yang menderita kanker payudara umumnya dengan ‘nuclear high - grade’ , lebih sering tanpa reseptor hormonal dan terjadinya mutasi sporadik p53. Penderita kanker payudara paling banyak ditemukan pada wanita kaukasia. Faktor sosial yang berpengaruh seperti keterlambatan pemeriksaan ke pusat kesehatan dan sedikitnya penggunaan mammografi juga memegang peranan penting Juan, 2004; Mills, 2004 Universitas Sumatera Utara

e. Paparan Estrogen

Penggunaan hormon pengganti pada wanita postmenopausal menunjukkan peningkatan faktor resiko terjadinya kanker payudara. Pemberian estrogen dan progesteron secara bersamaan meningkatkan terjadinya insiden kanker payudara jika dibandingkan dengan pemberian estrogen saja. Keadaan ini terutama dijumpai pada karsinoma lobular invasif. Tidak adanya estrogen endogen oovorektomi dapat menurunkan insiden kanker payudara mencapai 75 . Faktor-faktor lain yang berpengaruh seperti geografik, diet, obesitas, olah raga teratur, menyusui, toksin lingkungan dan merokok dikatakan mempunyai faktor keterkaitan Kumar, 2007

2.2.2. Etiologi Patogenesis

Dasar patogenesis dari tumor adalah suatu proses yang dinamakan karsinogenesis Mitchel, 2007. Karsinogenesis terkait dalam proses-proses yang meliputi : a. Menghasilkan sendiri sinyal pertumbuhan b. Insensivitas terhadap sinyal penghambat pertumbuhan c. Menghindari apoptosis d. Potensi replikasi tanpa batas e. Angiogenesis berkelanjutan f. Kemampuan menginvasi dan beranak sebar Suatu pertumbuhan yang tak terkontrol dari organ payudara dipengaruhi oleh faktor genetik dan hormonal. Berbagai faktor yang dapat mencetuskan suatu pertumbuhan yang berlebihan bahkan yang ganas dari organ payudara adalah:

1. Herediter

Ditemukan 13 tumor payudara terjadi secara herediter pada garis pertama keturunan, hanya sekitar 1 yang diakibatkan oleh multifaktor dan mutasi germline. Universitas Sumatera Utara Sekitar 23 kanker payudara terjadi secara familial atau 3 dari seluruh kanker payudara hal ini diakibatkan dengan BRCA1 dan BRCA2 probabilitas terjadinya kanker yang berhubungan dengan mutasi gen ini meningkat jika terjadi pada garis pertama keturunan. Penderita terkena sebelum menopause dan atau dengan kanker multiple, atau pada pria dengan kanker payudara dan jika pada anggota keluarga menderita kanker ovarium. Secara herediter, penyebab terjadinya mutasi multifaktorial dan pada umumnya antar faktor ini saling mempengaruhi. Perubahan terjadi pada salah satu dari gen dan sekian banyak gen yang dapat mencetuskan suatu transformasi maligna didukung oleh faktor lain Rubin, 2003 Gen BRCA1 dan BRCA2 Pada kanker payudara ditemukan dua gen yang bertanggung jawab pada dua pertiga kasus kanker payudara familial atau 5 secara keseluruhan, yaitu gen BRCA1 yang berlokasi pada kromosom 17 17q21 dan gen BRCA2 yang berlokasi pada kromosom 13q-12-13. Adanya mutasi dan delesi BRCA1 yang bersifat herediter pada 85 menyebabkan terjadinya peningkatan resiko untuk terkena payudara 10 secara nonherediter dan kanker ovarium. Mutasi dari BRCA1 menunjukkan perubahan ke arah karsinoma tipe medular, cenderung ‘high grade’ , mitotik sangat aktif, pola pertumbuhan dan mempunyai prognosis yang buruk. Gen BRCA2 yang berlokasi pada kromosom 13q melibatkan 70 untuk terjadinya kanker payudara secara herediter dan bukan merupakan mutasi sekunder dari BRCA1 . Seperti halnya BRCA1 , BRCA2 juga dapat menyebabkan terjadinya kanker ovarium dan pada pria dapat meningkat resiko terjadinya pada kanker payudara Tapia, 2007.

2. Mutasi Sporadik

Secara mayoritas keadaan mutasi sporadik berhubungan dengan paparan hormon, jenis kelamin, usia menarche dan menopause, usia reproduktif, riwayat menyusui dan estrogen eksogen. Keadaan kanker seperti yang dijumpai pada wanita postmenopause dan overekspresi estrogen reseptor. Estrogen Universitas Sumatera Utara sendiri mempunyai dua kemampuan untuk berkembang menjadi kanker payudara. Metabolit estrogen pada penyebab mutasi atau menyebabkan perusakan DNA-radikal bebas. Melalui aktivitas hormonal, estrogen dapat menyebabkan proliferasi lesi premaligna menjadi suatu maligna. Sifat bergantung hormon ini berkaitan dengan adanya estrogen, progesterone dan reseptor hormon steroid lain ini di sel payudara. Pada neoplasma yang memiliki reseptor ini terapi hormon antiestrogen dapat memperlambat pertumbuhannya dan menyebabkan regresi tumor Kissane, 1990.

3. Mutasi Germline

Faktor genetik ditunjukkan dengan kecendrungan familial yang kuat. Tidak adanya pola pewarisan menunjukkan bahwa insiden familial dapat disebabkan oleh kerja banyak gen atau oleh faktor lingkungan serupa yang bekerja pada anggota keluarga yang sama. Pada penderita sindroma Li- Fraumeni terjadi mutasi dari tumor suppressor gen p53. Keadaan ini dapat menyebabkan keganasan pada otak dan kelenjer adrenal pada anak-anak dan kanker payudara pada orang dewasa. Ditemukan sekitar 1 mutasi p53 pada penderita kanker payudara yang dideteksi pada usia sebelum 40 tahun Kissane, 1990.

4. HER2neu

HER2neu c-erbB-2 merupakan suatu onkogen yang meng-encode glikoprotein transmembran melalui aktivitas tirosin kinase, yaitu p185. Overekspresi HER2neu dapat dideteksi melalui pemeriksaaan imunohistokimia, FISH ‘Fluorencence In Situ Hybridization’ dan CISH ‘Chromogenic In Situ Hybridization’ . Suatu kromosom penanda 1q+ telah dilaporkan dan peningkatan ekspresi onkogen HER2neu telah dideteksi pada beberapa kasus. Adanya onkogen HER2neu yang mengalami amplikasi pada sel-sel payudara berhubungan dengan prognosis yang buruk Moriki, 2006. Universitas Sumatera Utara

5. Virus

Diduga menyebabkan kanker payudara. Faktor susu Bittner adalah suatu virus yang menyebabkan kanker payudara pada tikus yang ditularkan melalui air susu. Antigen yang serupa dengan yang terdapat pada virus tumor payudara tikus telah ditemukan pada beberapa kasus kanker payudara pada manusia tetapi maknanya tidak jelas Rubin, 2003.

2.2.3. Klasifikasi Tumor Payudara

Berdasarkan gambaran histologisnya, WHO tahun 2003 membagi tumor pada payudara menjadi:

1. Epithelial Tumor

a Invasive ductal carcinoma b Invasive lobular carcinoma c Tubular carcinoma d Invasive cribiform carcinoma e Medullary carcinoma f Mucinous carcinoma and the other tumours with abundant mucin 1 Mucinous carcinoma 2 Cystadenocarcinoma and columnar cell mucinous carcinoma 3 Signet ring cell carcinoma g Neuroendocrine tumours 1 Solid neuroendocrine carcinoma 2 Atypical carcinoid tumour 3 Small celloat cell carcinoma 4 Large cell neuroendocrine carcinoma h Invasive papillary carcinoma i Invasive micropapillary carcinoma j Apocrine carcinoma k Metaplastic carcinoma 1 Pure epithelial metaplastic carcinomas a Squamous cell carcinoma Universitas Sumatera Utara b Adenocarcinoma with spindle cell metaplasia c Adenosquamous carcinoma d Mucoepidermoid carcinoma 2 Mixed epithelialmesenchymal metaplastic carcinomas l Lipid-rich carcinoma m Secretory carcinoma n Oncocytic carcinoma o Adenoid cystic carcinoma p Acinic cell carcinoma q Glycogen-rich clear cell carcinoma r Sebaseous carcinoma s Inflammatory carcinoma t Lobular neoplasia 1 Lobular carcinoma in situ u Intraductal proliferative lesions 1 Usual ductal hyperplasia 2 Flat epithelial atypia 3 Atypical ductal hyperplasia 4 Ductal carcinoma in situ v Microinvasive carcinoma w Intraductal papillary neoplasms 1 Central papilloma 2 Peripheral papilloma 3 Atypical papilloma 4 Intraductal papillary carcinoma 5 Intracystic papillary carcinoma x Benign epithelial proliferations 1 Adenosis including variants a Sclerosing adenosis b Apocrine adenosis c Blunt duct adenosis Universitas Sumatera Utara d Microglandular adenosis e Adenomyoepithelial adenosis 2 Radial scarcomplex sclerosing lesion y Adenomas 1 Tubular adenoma 2 Lactating adenoma 3 Apocrine adenoma 4 Pleomorphic adenoma 5 Ductal adenoma

2. Myoepithelial lesions

a. Myoeptheliosis b. Adenomyoepitheliosis c. Adenomyoepithelioma d. Malignant myoepithelioma

3. Mesenchymal tumours

a. Haemangioma b. Angiomatosis c. Haemangiopericytoma d. Pseudoangiomatous stromal hyperplasia e. Myofibroblastoma f. Fibromatosis agressive g. Inflammatory myofibroblastic tumour h. Lipoma 1 Angiolipoma i. Granular cell tumour j. Neurofibroma k. Schwannoma l. Angiosarcoma m. Liposarcoma n. Rhabdomyosarcoma o. Osteosarcoma Universitas Sumatera Utara p. Leiomyoma q. Leiomyosarcoma

4. Fibroepithelial tumours

a. Fibroadenoma b. Phyllodes tumour 1 Benign 2 Borderline 3 Malignant c. Periductal stromal sarcoma, low grade d. Mammary hamartoma

5. Tumours of the nipple

a. Nipple adenoma b. Syringomatous adenoma c. Paget disease of the nipple

6. Malignant lymphoma

a. Diffuse large B-cell lymphoma b. Burkitt lymphoma c. Extranodal marginal-zone B-cell lymphoma of MALT type d. Follicular lymphoma

7. Metastatic tumours 8. Tumours of the male breast

a. Gynecomastia b. Carcinoma 1 Invasive 2 In situ Universitas Sumatera Utara Tabel 2.1 Tumor Jinak dan Tumor Ganas Payudara dikutip dari: World Health Organization , 2003 Tumor Jinak Tumor Ganas Carsinoma In Situ Malignant Tumour a Intraductal Papillary Neoplasms 1 Central papilloma 2 Peripheral papilloma b Adenomas 1 Tubular adenoma 2 Lactating adenoma 3 Apocrine adenoma 4 Pleomorphic adenoma 5 Ductal adenoma c Adenomyoepithelioma d Haemangioma e Myofibroblastoma f Lipoma g Granular cell tumour h Neurofibroma i Schwannoma j Leiomyoma k Fibroadenoma l Phyllodes tumour m Nipple adenoma n Syringomatous adenoma a Lobular Carcinoma In Situ b Ductal Carcinoma In Situ c Intraductal Papillary Carcinoma d Intracystic Papillary Carcinoma e Carcinoma In Situ Male Breast Tumor a Invasive ductal carcinoma b Invasive lobular carcinoma c Tubular carcinoma d Invasive cribiform carcinoma e Medullary carcinoma f Mucinous carcinoma and the other tumours with abundant mucin g Neuroendocrine tumours h Invasive papillary carcinoma i Invasive micropapillary carcinoma j Apocrine carcinoma k Metaplastic carcinoma l Lipid-rich carcinoma m Secretory carcinoma n Oncocytic carcinoma o Adenoid cystic carcinoma p Acinic cell carcinoma q Glycogen-rich clear cell carcinoma r Sebaseous carcinoma s Inflammatory carcinoma Universitas Sumatera Utara

2.2.4. Tumor Jinak Payudara

Bentuk utama tumor jinak payudara menurut Kumar 2007, antara lain:

2.2.4.1. Fibroadenoma

Fibroadenoma muncul sebagai nodus diskret, biasanya tunggal, mudah digerakkan dan bergaris tengah 1 cm sampai 10 cm. Walaupun jarang, tumor ini mungkin multipel dan, juga sama jarangnya, tumor mungkin bergaris tengah lebih dari 10 cm fobroadenoma raksasa. Berapapun ukurannya, tumor ini biasanya mudah „dikupas‟. Secara makroskopis, semua tumor teraba padat dengan warna seragam coklat-putih pada irisan, dengan bercak- bercak kuning merah muda yang mencerminkan daerah kelenjar. Secara histologis, tampak stroma fibroblastik longgar yang mengandung rongga mirip duktus berlapis epitel dengan ukuran dan bentuk beragam. Rongga mirip duktus atau kelenjar ini dilapisi satu atau lebih lapisan sel yang regular dengan membran basal jelas dan utuh. Meskipun di sebagian lesi rongga duktus terbuka, bundar sampai oval, dan cukup teratur fibroadenoma perikanalikularis, sebagian lainnya tertekan oleh proliferasi ekstensif stroma sehingga pada potongan melintang rongga tersebut tampak sebagai celah atau struktur ireguler mirip bintang fibroadenoma intrakanalikularis Crum, 2007.

2.2.4.2. Tumor Filoides

Tumor ini jauh lebih jarang ditemukan daripada fibroadenoma dan diperkirakan berasal dari stroma intralobulus, jarang dari fibroadenoma yang sudah ada. Tumor ini mungkin kecil bergaris tengah 3-4 cm, tetapi sebagian besar tumbuh hingga berukuran besar, mungkin masif hingga payudara membesar. Sebagian mengalami lobulasi menjadi kistik dan karena pada Universitas Sumatera Utara potongan memperlihatkan celah mirip daun, tumor ini disebut tumor filoides. Perubahan yang paling merugikan adalah peningkatan selularitas stroma disertai anaplasia dan aktivitas mitotik yang tinggi, disertai oleh peningkatan pusat ukuran, biasanya dengan invasi jaringan payudara di sekitarnya oleh stroma maligna. Sebagian besar tumor ini tetap lokalisata dan disembuhkan dengan eksisi; lesi maligna mungkin kambuh, namun lesi ini juga cenderung terlokalisasikan. Hanya yang paling ganas, sekitar 15 kasus, menyebar ke tempat jauh Crum, 2007. Perbedaan histologis antara tumor filoides yang jinak, tumor filoides yang ganas, dan dengan fibroadenoma sangat sulit ditentukan Naruns, 2004. Kriteria patologis yang membedakan antara tumor floides jinak dan ganas adalah gambaran dari stromanya, antara lain batas dari tumor, adanya infiltrat, derajat selularitas, adanya gambaran nekrosis jaringan, tipe selular dan jumlah aktivitas mitotik WHO, 2002.

2.2.4.3. Papiloma Intraduktus

Merupakan pertumbuhan tumor neoplastik di dalam suatu duktus. Sebagian besar lesi bersifat soliter, ditemukan dalam sinus atau duktus laktiferosa utama. Lesi ini menimbulkan gejala klinis berupa keluarnya discharge serosa atau berdarah dari puting susu, adanya tumor subareola kecil dengan garis tengah beberapa milimeter, atau retraksi puting payudara jarang. Tumor biasanya tunggal dengan garis tengah kurang dari 1 cm, terdiri atas pertumbuhan yang halus, bercabang-cabang di dalam suatu kista atau duktus yang melebar. Secara histologis, tumor terdiri atas papila-papila, masing-masing memiliki aksis jaringan ikat yang dibungkus oleh sel epitel slindris atau kuboid yang sering tediri atas 2 lapis, dengan lapisan epitel luar terletak di atas lapisan mioepitel Crum, 2007; Berek, 2004. Universitas Sumatera Utara

2.2.5. Tumor Ganas Payudara

Kanker payudara dibagi menjadi kanker yang belum menembus membran basal noninvasif dan yang sudah menembus membran basal dan yang sudah menembus membran basal. Bentuk utama tumor ganas payudara dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

a. Noninvasif

Terdapat dua tipe karsinoma payudara yang noninvasif yaitu: karsinoma duktus in situ DCIS dan karsinoma lobulus in situ LCIS. Penelitian morfologik memperlihatkan bahwa keduanya biasanya berasal dari unit lobulus duktus terminal. DCIS cenderung mengisi, mendistorsi dan membuka lobulus yang terkena sehingga tampaknya melibatkan rongga mirip duktus. Sebaliknya LCIS biasanya meluas, tetapi tidak mengubah arsitektur dasar lobulus. Keduanya dibatasi oleh membran basal dan tidak menginvasi stroma atau saluran limfovaskular. 1 Karsinoma Duktus in situ DCIS DCIS memperlihatkan gambaran histologik yang beragam. Pola arsitekturnya, antara lain tipe solid, kribiformis, papilaris, mikopapilaris, dan clinging . Secara makroskopis, DCIS dapat menghasilkan suatu massa keras yang terdiri atas struktur-struktur seperti tali dan massa nekrotik. Kalsifikasi adalah gambaran yang biasanya dijumpai Tavasolli, 2003. Berdasarkan histologinya DCIS terbagi atas lima subtipe: komedokarsinoma, solid, kribriform, papilari, dan mikropapilari. Beberapa kasus menunjukkan hanya mempunyai satu gambaran subtipe, tetapi mayoritas kasus menunjukkan campuran dari kelima tipe ini. Sebelumnya DCIS terbagi atas dua bagian yaitu yang „ highgrade ‟ dengan karakteristik sel-sel besar dan plemorfis serta dijumpai adanya nekrosis comedokarsinoma. Sedangkan yang ‘low - grade’ terdiri atas sel-sel kecil yang uniform serta tidak dijumpai Universitas Sumatera Utara adanya nekrosis solid, kribiform, mikropapilari. Sekarang ini DCIS terbagi atas tiga grade berdasarkan atas kriteria sitologi. Yang termasuk grade 3 adalah komedokarsinoma yang klasik, solid klasikkribiformmikropapilari termasuk ke dalam grade 1 DCIS, dan sedangkan gambaran diantara kedua kriteria di atas dimasukkan kedalam grade 2 DCIS Crum, 2007. 2 Karsinoma Lobulus in situ LCIS LCIS cenderung bersifat multifokal dan bilateral. LCIS tidak menghasilkan lesi yang dapat diraba dan tidak terlihat pada mammografi . Kondisi ini biasanya merupakan temuan patologik insidental. Sel-sel pada DCIS dan LCIS kehilangan ekspresi e- cadherin , suatu protein transmembran yang bertanggung jawab atas adhesi sel-sel epitelial. Pada keadaan ini ditemukan ‘loss of heterozygocity’ pada 16q posisi gen e-cadherin Rosen, 2001; Crum, 2007. Sel-sel abnormal dari hiperplasia lobular atipik, karsinoma lobular insitu dan karsinoma lobular invasif adalah identik, terdiri dari sel-sel kecil dengan inti yang oval atau bulat dan anak inti yang kecil serta tidak berdekatan satu sama lain. Sering dijumpai adanya ’signet ring cell’ yang mengandung mucin. Karsinoma lobular insitu tidak merubah bentuk dasarnya dan acini yang terlibat masih tetap dapat dikenali sebagai lobule-lobule. Karsinoma lobular insitu sering menampilkan reseptor estrogen dan progesteron dan overekspresi HER2neu belum didapat Tavasolli, 2003.

b. Invasif 1 Karsinoma Duktus Invasif